Yasmin mendekati Bramantyo, ia pura pura acuh dan tak mengenali pria itu. "baik, pak. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan suara gagap.
Bramantyo menatap Yasmin lekat, bukannya menjawab pria itu menarik tangan Yasmin. "kau tak mengenaliku atau pura pura tak mengenaliku?"
Yasmin tersentak, ia tak menyangka jika pria itu masih mengenalinya. "sa–saya... silakan bapak mau beli yang mana?" tanyanya masih tak mau merespon Bramantyo.
Bramantyo terpaksa melepas tangan Yasmin di saat Nia dan kawannya memperhatikan mereka. "aku mau ke meja yang itu." ucapnya.
"baik, pak. Sebentar saya ambilkan dulu." Yasmin tersenyum, ia pun lekas mengambil kemeja abu abu yang di tunjuk Bramantyo, meski rasa gugup menguasai, namun Yasmin berusaha tenang.
"yang ini, pak. Silakan di coba." kata Yasmin sembari menunjukkan sebuah ruangan ganti yang tak begitu luas.
"Sekalian sama sabuknya juga." Bramantyo menunjuk sebuah sabuk berwarna hitam pekat yang terpajang begitu indah.
Yasmin mengangguk, seperti layaknya tamu pembeli lainnya, Yasmin mengesampingkan getaran dan gejolak jiwanya. Jantungnya yang berirama cepat serta tubuh yang gemetar, namun ia harus tetap profesional. "ini adalah pekerjaan. Aku harus profesional." batinnya.
Bramantyo menatap Yasmin yang masih sibuk dan Acuh seakan tidak mempedulikannya, seakan antara mereka tidak pernah terjadi apapun, namun bukan Bramantyo namanya jika ia diam saja, Ia jauh-jauh datang ke tempat itu hanya untuk mendekati gadis itu, mana bisa seorang pelayan toko Justru malah mengabaikannya dan tidak meliriknya sama sekali. Padahal, andai Gadis itu tahu bahwa Bramantyo adalah seorang CEO perusahaan properti yang terkenal pasti gadis pelayan itu akan tunduk dan berlutut.
"silakan, Pak! Anda bisa mencobanya di sana." kata Yasmin dengan ramah.
"Bisa tolong bantu saya!" kata Bramantyo.
Yasmin membeku sesaat, ia tidak mengerti apa yang diinginkan pembelinya ini. Namun dengan sopan, Yasmin melangkah mendekati ruang ganti dan berdiri di tirai yang menghalanginya. "silakan bapak masuk ke dalam!" ucapnya.
Bramantyo melangkah masuk dengan kemeja dan sabuk yang berada di tangannya, namun begitu ia sampai di dalam ruangan sempit itu, dengan cepat tangan Bramantyo menarik Yasmin masuk bersamanya.
"Maaf, Pak. Apa-apaan ini?" ucap Yasmin lirih namun suaranya terdengar panik.
"bantu saya untuk melepas kemejaku dan menggunakan pakaian ini." kata Bramantyo dengan tersenyum menggoda menatap Yasmin.
Yasmin menelan saliva, "Maaf Pak, saya tidak bisa. Silakan bapak mengganti pakaian sendiri, Saya tunggu di luar." kata Yasmin sembari hendak beranjak meninggalkan ruangan sempit itu, akan tetapi Bramantyo menahan lengan Yasmin dan mendorongnya Kedinding. "kenapa? Apakah kau malu melihat tubuhku tanpa pakaian?" ucapnya menggoda.
Yasmin terdiam.
"Bukankah semalam kau sudah melihat semuanya dari tubuh ini?" goda Bramantyo. "pelayan yang baik akan membantu pembelinya untuk melepaskan pakaian." kata Bramantyo sembari menarik tangan lembut Yasmin dan menyentuh area dadanya.
Jantung Yasmin berdegup kencang bagai genderang yang mau berperang.
"Apa kau sudah lupa, bahwa semalam kau begitu liar menggodaku dan memaksaku untuk melayanimu?" kata Bramantyo kembali menggoda seakan memojokkan Yasmin.
Yasmin tercengang, ia tidak tahu harus menjawab apa, namun Ia tetap berusaha tenang. "Maaf Pak. Maafkan saya Atas kejadian semalam, saya tidak bermaksud untuk Menghabiskan malam bersama Bapak. Bapak tahu kejadian semalam itu karena saya dibius, minuman saya dicampur dengan sesuatu." ucapnya Berusaha menjelaskan.
Namun Bramantyo tak perduli Ia terus menekan Yasmin hingga wajah keduanya bertemu, Bramantyo melumat lembut bibir merah muda Yasmin, menciptakan sensasi hangat diantara keduanya. Namun dengan kasar Yasmin memberontak akan tetapi Bramantyo terus saja tak melepaskan pagutannya hingga akhirnya Yasmin terpaksa menggigit bibir pria itu dan terluka.
"Arghh...!" pekik Bramantyo dan ia pun terpaksa melepaskan pagutannya.
"Maaf, Pak. Saya bukan wanita seperti yang Bapak kira." ucapnya dengan tatapan tajam. "Bapak jangan khawatir saya akan memberikan ganti rugi Atas kejadian semalam jika memang Bapak merasa dirugikan karena perbuatan saya." ucapnya dengan tertunduk, tangannya sedikit menekan dada pria tampan itu. "saya wanita baik-baik, saya hanyalah seorang pelayan toko bukan menjual tubuh saya." ucapnya lirih namun tegas.
Bramantyo terpaksa melepas kungkungannya, ia menatap tajam Yasmin dengan raut wajah yang kecewa. Ia pun berkata, "kalau begitu, aku akan berbelanja sebanyak 1 miliar di toko ini, asalkan kau mau tidur bersamaku sekali lagi."
Yasmin membalas tatapan pria itu dengan tajam, tersirat kecewa yang begitu dalam karena ucapan pria tersebut, dengan kasar Yasmin mendorong pria itu. "Kalau begitu Silakan Bapak pergi dari tempat ini dan carilah wanita di luaran sana yang memang menjajakan tubuhnya demi uang. Bapak salah jika Bapak mengira saya juga merupakan bagian dari mereka." ucapnya tegas.
"Jadi kau menolakku?" tanya Bramantyo dengan nada suara tajam.
Yasmin terdiam antara takut dan cemas bercampur dalam dadanya. "Bapak jangan khawatir, jika memang Bapak merasa dirugikan, saya akan memberikan ganti rugi karena sudah menyita waktu Bapak semalam." ucapnya tanpa berpikir panjang.
Bramantyo tersenyum menarik satu sudut bibirnya mengejek. "Kalau begitu, tentu saja aku merasa sangat dirugikan. Kau tidak hanya membuatku gelisah, tapi kau juga menyita waktuku karena malam itu seharusnya aku menandatangani kontrak senilai 100 miliar dan kau justru menahanku agar aku membatu melepaskan hasrat liarmu." kata Bramantyo.
Yasmin terkejut kedua netranya membola, dengan susah payah ia menelan salivanya. Uang 100 miliar, sebanyak itu dari mana ia bisa mendapatkannya? sedangkan gajinya saja hanya beberapa juta saja perbulan, Bahkan seumur hidup pun Yasmin tidak akan mampu mengumpulkan uang sebanyak 100 miliar. Jangankan untuk mengumpulkan uang sebanyak itu, untuk biaya hidup sehari-hari saja Yasmin sangat kewalahan untuk mencukupinya. "Bapak gila! Bapak masa memeras saya ya? masak saya harus mengganti 100 miliar hanya untuk semalam?" ucapnya dengan nada suara kesal, bahkan jika saya menjajakan tubuh saya semalam, tidak akan ada orang yang bersedia membayar saya seharga satu miliar, bahkan meskipun hanya satu miliar puntidak akan ada." ucapnya spontan.
Bramantyo tersenyum licik, "kalau begitu aku akan menuntutmu melalui jalur hukum karena sudah menggagalkan kontrak kerjaku senilai 100 miliar." kata Bramantyo dengan tersenyum tipis.
Yasmin kebingungan, "Apakah saya bisa nego? Saya tidak akan mampu membayar uang sebanyak 100 miliar itu bahkan hingga Saya membayar hutang itu dengan menjadi pelayan Anda seumur hidup." kata Yasmin, suaranya Gagap karena bingung dan takut. Bisa-bisanya Yasmin terlalu polos dengan perkataan Bramantyo yang hanya bualan belaka, menakut-nakuti Yasmin agar Gadis itu mau menuruti semua keinginannya.
"Baiklah, aku akan memberikan keringanan denda 100 miliar itu kepadamu, asal kau bisa menemuiku nanti malam di hotel yang sama." ucapnya mencoba memberikan penawaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments