5. Gadis Cerewet

Gadis Cerewet

“Rumah sepi. Tidak jauh beda dengan kuburan. Lebih baik Ayah di sini saja, ada banyak pasien-pasien lain yang bisa Ayah ajak ngobrol,” imbuh Kevin sembari bangun dan bersandar pada tempat tidur. Pria paruh baya keturunan campuran Amerika, Jepang dan Indonesia itu sudah cukup lama menetap di tanah air. Serta telah berhasil membangun sebuah perusahaan yang cukup besar dengan perkembangannya yang pesat.

Julian merupakan putra satu-satunya yang akan menjadi penerus usaha yang dibangun Kevin. Tetapi sayangnya Julian malah lebih memilih menjadi seorang dosen.

Sampai hari ini pun Kevin masih berharap Julian mau meneruskan usahanya dan segera menikah untuk mendapatkan keturunan. Karena usia Julian sekarang ini sudah cukup matang untuk berumah tangga.

“Terserah Ayah saja kalau begitu. Jika memang di rumah sakit Ayah merasa lebih baik, silahkan saja berlama-lama di sini. Aku pikir keadaan Ayah masih sama, tapi ternyata justru sebaliknya. Jadi mungkin aku tidak punya alasan lagi untuk datang ke sini. Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu dan selamat menikmati waktu Anda, Tuan Kevin.” Lekas Julian berdiri. Kemudian melangkah panjang menuju pintu.

“Sesekali pertimbangkan tentang menikah. Usiamu itu sudah cukup dewasa. Mau sampai kapan kamu seperti ini terus, Julian. Ayahmu ini sudah cukup tua, sudah saatnya ada yang menggantikan posisi Ayah,” ujar Kevin mengiringi langkah Julian.

Namun Julian sedikitpun tidak menoleh. Rayuan semacam itu sudah terlalu sering didengarnya. Tidak sekali dua kali, orangtuanya pernah mencoba mengenalkan Julian dengan putri dari salah satu rekan bisnisnya. Tapi Julian tidak tertarik sedikitpun. Ia lebih memilih melajang dibanding harus direpotkan dengan urusan percintaan.

Duduk dibalik kemudi, mata Julian menatap kosong ke depan. Sudah beberapa menit sejak masuk, mobil itu tak kunjung beranjak dari tempat parkir. Heningnya di dalam mobil itu malah membawa lamunannya melambung jauh pada sebuah masa lalu yang telah meninggalkan luka mendalam di hatinya.

Di pelupuk matanya, masih terbayang sebuah senyuman manis dari seraut jelita nan menawan hatinya. Namun kemudian menggoreskan luka di hati itu ketika ia mendapati sebuah rahasia yang telah cukup lama disembunyikan. Luka itulah yang sempat membuat ia menutup pintu hati rapat-rapat dari wanita.

***

“Ini revisi yang terakhir kali. Kalau sampai masih salah lagi, maka aku tidak akan tinggal diam. Aku harus memberi pelajaran pada si Julia sialan itu,” geram Alexa, duduk di depan laptop dengan setumpuk buku.

Alexa memang bukan mahasiswi yang berprestasi, tidak juga terlalu bodoh. Namun ia selalu mendapatkan nilai yang bagus hampir di semua mata kuliah. Oleh karena itu, skripsinya yang tak kunjung di ACC itu membuatnya hampir frustasi. Sungguh keterlaluan menurutnya.

Malam semakin larut, tapi Alexa masih berkutat dengan lembar demi lembar skripsinya. Semangatnya masih tetap membara. Keinginannya begitu kuat untuk selesai tepat pada waktunya. Andai Julian masih saja mempersulit, mungkin ia akan mempertimbangkan untuk memberi pria itu pelajaran.

Pukul dua dinihari Alexa baru selesai merevisi. Menutup laptop, kemudian ia merebahkan tubuh di atas tempat tidurnya yang empuk.

Akibat tidur terlalu larut, ditambah lelah yang menyerang, Alexa pun bangun kesiangan. Jam digital di atas meja nakas sudah menunjukkan angka 09.00 pagi. Alexa tersentak, segera melompat dari tempat tidur serta membawa langkah seribu menuju kamar mandi usai menyambar handuk pada gantungan.

Hanya dalam waktu dua puluh menit saja Alexa telah selesai bersiap-siap. Dengan mengendarai sepeda motornya ia kemudian melaju di jalan raya menuju kampus. Saking terburu-buru ia bahkan sampai mengabaikan ajakan sarapan dari ibunya.

Setibanya di kampus, Alexa langsung melenggang ke ruangan Julian untuk menunjukkan skripsi yang sudah direvisi semalaman suntuk.

“Aku ada jam kuliah. Lain kali saja.”

Namun harapan dan kerja keras Alexa ternyata tidak berbuah baik. Julian malah menolak memeriksa skripsi itu dengan alasan memiliki jadwal mata kuliah. Membuat wajahnya berubah menjadi masam seketika.

“Sebentar saja dong, Pak. Please. Saya sudah merevisinya sesuai dengan perintah Bapak loh ini.”

“Makanya lain kali jangan datang terlambat, Alexa. Seharusnya kamu menghubungiku dulu kalau mau bertemu.” Tak mempedulikan Alexa yang sudah tersulut amarah, Julian malah melenggang pergi meninggalkan ruangannya.

Alexa merasa tidak bisa membiarkan Julian bertindak semaunya seperti ini pada dirinya. Ia pun lantas mengejar, berlari-lari kecil di belakang pria itu.

“Kemarin Bapak minta saya revisi. Saya mengerjakan ini semalaman suntuk loh, Pak. Bapak seharusnya menghargai kerja keras saya dong. Waktu saya tinggal seminggu. Tolong dong, Pak, bantu saya.” Sebetulnya Alexa tidak suka memohon seperti ini. Apalagi memohon pada pria angkuh seperti Julian. Rasanya seperti harga dirinya sedang dipertaruhkan.

Meski banyak mahasiswa dan mahasiswi melakukan hal demikian demi tercapainya keinginan mereka, namun tidak baginya jika itu harus memohon pada Julian. Kali ini ia benar-benar terpaksa melakukannya.

“Pak, saya minta waktunya sebentar saja. Bapak kenapa sih memperlakukan saya seperti ini. Memangnya saya salah apa sama Bapak? Perasaan selama ini saya tidak pernah punya masalah sama Bapak,” cecar Alexa masih mengekori Julian. Sampai kemudian langkahnya terhenti dahinya membentur punggung Julian saat pria itu berhenti tiba-tiba.

“Aw!” Alexa meringis, merasa sedikit sakit pada dahinya yang tanpa sengaja membentur tulang punggung Julian.

Julian memutar tubuh menghadap Alexa yang sedang mengelus dahinya. Sepasang matanya menatap tajam gadis itu.

“Dasar cerewet. Sekali lagi kamu bicara maka aku tidak akan segan-segan membungkam mulutmu itu,” tandas Julian.

Alexa tersentak, mendongak dan menatap heran pada Julian.

“Bapak bilang apa tadi? Mau membungkam mulut saya?”

“Kamu itu terlalu cerewet. Kamu bikin kepalaku sakit saja tahu tidak?”

“Makanya Bapak yang adil dong, Pak. Masa cuma  saya doang yang Bapak perlakukan seperti ini. Sudah enam kali loh, Pak, saya revisi. Ini yang terakhir kali. Saya tidak akan terima kalau sampe masih salah lagi.”

“Kamu dosennya atau aku?”

Otomatis mulut Alexa bungkam, mengatupkan bibirnya rapat-rapat dengan amarah yang terpendam. Namun jantungnya mendadak berdetak lebih kencang saat Julian perlahan menunduk dan mendekatkan wajahnya. Sepasang mata pria itu terus menatapnya tak berkedip. Yang membuat pergerakan Alexa menjadi terbatas. Alexa harus menahan napasnya karena mendadak ia didera gugup saat wajah Julian dan wajahnya nyaris tak berjarak.

“Selain cerewet, kamu juga tuli rupanya,” bisik Julian.

Dahi Alexa berkerut hingga kedua alisnya hampir bertemu. Ekspresi wajahnya itu menunjukkan tersimpan kemarahan di dalamnya. Namun tak berani diutarakan. Sebab biar bagaimanapun, Julian adalah dosen pembimbingnya. Serta nasibnya bergantung di tangan pria itu.

“Bukannya sudah aku bilang, aku ada jam kuliah sekarang. Aku juga sudah pernah bilang sama kamu untuk datang lebih pagi. Kamu lupa, atau pura-pura lupa?” kata Julian lagi.

Alexa terhenyak. Ia baru teringat bahwa Julian pernah memintanya untuk datang lebih pagi jika ia konsultasi. Namun yang terjadi ia sering datang kesiangan. Alhasil, Julian selalu menghindarinya, lalu menyuruhnya datang menemui pria itu di apartemen saja.

“Kecuali kalau kamu mau menunggu. Itupun aku tidak janji punya waktu untukmu. Mahasiswa bimbinganku itu bukan cuma kamu saja, Alexa,” kata Julian.

Alexa menelan ludah. Baru kali ini ia seperti tak berkutik. Ingin membantah, namun wajah Julian teramat dekat dengan wajahnya. Yang bisa ia lakukan hanya diam, memandang sepasang bola mata kecokelatan yang tengah menatapnya tak berkedip. Membuat ia merasa seperti ditelan hidup-hidup oleh tatapan itu.

“Hai, Al.”

Suara yang terdengar menyapa itu menciptakan jarak dalam seketika. Julian menarik mundur wajahnya, menegakkan punggung berdiri dengan benar.

Robin, mahasiswa berparas tampan, putra seorang konglomerat yang katanya naksir berat pada Alexa itu melingkarkan lengannya di pundak Alexa.

“Gimana skripsimu? Sudah selesai? Berarti kita bisa wisuda bareng dong?” tanya Robin.

Alexa melirik kesal pada Robin. “Selesai apanya. Yang ada aku digantung terus.” Sembari memutar tubuh lalu pergi meninggalkan Julian yang tengah memandanginya dengan raut aneh. Sebab ia membiarkan Robin merangkul pundaknya.

To Be Continued ...

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Jadi ingaat dulu pernah ngejar mau cepat ikut sidang, tembus jam 5 pagi baeu selesai, jadi gak tidur sampai siang.

2025-08-18

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Bungkam pake bibir maksudnya🤭🤭

2025-08-18

1

〈⎳ FT. Zira

〈⎳ FT. Zira

hayolo.. mulai cenut cenut gak tuh😅

2025-08-04

1

lihat semua
Episodes
1 1. Menyusun Rencana
2 2. Menjalankan Rencana
3 3. Dada Silikon
4 4. Bau Kentut
5 5. Gadis Cerewet
6 6. Jangan Ge-Er
7 7. Tak Ada Protes
8 8. Reaksi Berbeda
9 9. Senjata Makan Tuan
10 10. Menikahlah Denganku
11 11. Diam-Diam Mengagumi
12 12. Ijinkan Aku Melamarmu
13 13. Manusia Dari Jaman Purba
14 14. Cuma Pusing
15 15. Siapa Laki-Laki Itu?
16 16. Kabar Mengejutkan
17 17. Calon Menantu
18 18. Maukah Kamu Menjadi Menantu?
19 19. Nyosor Duluan
20 20. Gugurkan Kandunganmu
21 21. Kapan Kita Menikah
22 22. Racun
23 23. Berharap
24 24. Pesan Yang Ditunggu
25 25. SPG
26 26. Mangga Muda
27 27. Perempuan Merepotkan
28 28. Perkara Rujak
29 29. Kumis Tebal
30 30. Sekretaris Baru
31 31. Orang Dalam
32 32. Hampir Copot
33 33. Tidak Berani Memecat
34 34. Kamu Tuli
35 35. Menggoda CEO
36 36. Pakai Celana
37 37. Darah Tinggi
38 38. Serangan Jantung
39 39. Benjolan Hidup
40 40. Mirip Tante-Tante
41 41. Tidak Ingin Menipu
42 42. Omong Kosong
43 43. Gaun Pengantin
44 44. Gaun Pengantin (2)
45 45. Halusinasi
46 46. Jauhi Alexa
47 47. Sama-Sama Perebut
48 48. Milikku
49 49. Jauh Dari Ekspektasi
50 50. Gadis Manja
51 51. Untung Pakai Celana
52 52. Tamu Di Sore Hari
53 53. Biarkan Saya Bertanggungjawab
54 54. Keputusan Mendadak
55 55. Laki-Laki Buaya
56 56. KUA
57 57. Tak Punya Modal
58 58. Mirip Jenazah
59 59. Ahli Di Bidangnya
60 60. Mengenal Bagian-Bagian Tubuh
61 61. Fungsi-Fungsi Bagian Tubuh
62 62. Terang-Terangan Cemburu
63 63. Kenangan Yang Ditinggalkan
64 64. Mainan Baru
65 65. Pengaman Bocor
66 66. Daddy
Episodes

Updated 66 Episodes

1
1. Menyusun Rencana
2
2. Menjalankan Rencana
3
3. Dada Silikon
4
4. Bau Kentut
5
5. Gadis Cerewet
6
6. Jangan Ge-Er
7
7. Tak Ada Protes
8
8. Reaksi Berbeda
9
9. Senjata Makan Tuan
10
10. Menikahlah Denganku
11
11. Diam-Diam Mengagumi
12
12. Ijinkan Aku Melamarmu
13
13. Manusia Dari Jaman Purba
14
14. Cuma Pusing
15
15. Siapa Laki-Laki Itu?
16
16. Kabar Mengejutkan
17
17. Calon Menantu
18
18. Maukah Kamu Menjadi Menantu?
19
19. Nyosor Duluan
20
20. Gugurkan Kandunganmu
21
21. Kapan Kita Menikah
22
22. Racun
23
23. Berharap
24
24. Pesan Yang Ditunggu
25
25. SPG
26
26. Mangga Muda
27
27. Perempuan Merepotkan
28
28. Perkara Rujak
29
29. Kumis Tebal
30
30. Sekretaris Baru
31
31. Orang Dalam
32
32. Hampir Copot
33
33. Tidak Berani Memecat
34
34. Kamu Tuli
35
35. Menggoda CEO
36
36. Pakai Celana
37
37. Darah Tinggi
38
38. Serangan Jantung
39
39. Benjolan Hidup
40
40. Mirip Tante-Tante
41
41. Tidak Ingin Menipu
42
42. Omong Kosong
43
43. Gaun Pengantin
44
44. Gaun Pengantin (2)
45
45. Halusinasi
46
46. Jauhi Alexa
47
47. Sama-Sama Perebut
48
48. Milikku
49
49. Jauh Dari Ekspektasi
50
50. Gadis Manja
51
51. Untung Pakai Celana
52
52. Tamu Di Sore Hari
53
53. Biarkan Saya Bertanggungjawab
54
54. Keputusan Mendadak
55
55. Laki-Laki Buaya
56
56. KUA
57
57. Tak Punya Modal
58
58. Mirip Jenazah
59
59. Ahli Di Bidangnya
60
60. Mengenal Bagian-Bagian Tubuh
61
61. Fungsi-Fungsi Bagian Tubuh
62
62. Terang-Terangan Cemburu
63
63. Kenangan Yang Ditinggalkan
64
64. Mainan Baru
65
65. Pengaman Bocor
66
66. Daddy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!