My Sexy Lecturer
Menyusun Rencana
“Salah!”
“Salah!”
“Perbaiki yang ini!”
“Bagian ini juga keliru. Perbaiki lagi!”
“Sudah berulangkali aku beritahu tapi kamu masih belum mengerti juga? Hanya segini isi kepalamu Alexa?”
Terhitung sudah yang ke lima kalinya skripsi yang diajukan Alexa belum mendapatkan persetujuan dan masih berakhir dengan coretan-coretan di sana-sini. Hingga yang ke lima kalinya ia merevisi, belum juga skripsinya di ACC oleh dosen pembimbing yang belakangan ini menjadi orang yang paling dibencinya.
Ada saja yang menjadi alasan Julian. Entah itu judul, rumusan masalah, dan lain sebagainya. Sampai membuat Alexa sakit kepala.
Alexa menghela napas, menahan jengkel di dada meski wajahnya tersenyum.
“Tolong dibaca sekali lagi, Pak. Saya sudah merevisinya lima kali. Tolong dibaca lagi dengan teliti,” pinta Alexa, membuka kembali lembaran-lembaran yang sebelumnya juga sudah dicoret oleh Julian, dosen baru yang entah bagaimana caranya bisa menjadi dosen pembimbingnya.
Awalnya Alexa tidak menolak ataupun mengajukan protes. Julian adalah dosen yang paling digandrungi mahasiswi di kampusnya. Rupa tampan pria itu tidak lantas menjadi perhatian Alexa. Alexa hanya terfokus menyelesaikan studi secepatnya agar ia bisa pergi bekerja ke luar negeri seperti impiannya selama ini.
Namun belakangan impian yang ia bangun itu seolah mulai runtuh perlahan. Semangatnya dipatahkan oleh seorang Julian Hadinata Smith, dosen keturunan campuran yang seolah sengaja menyulitkannya. Padahal ada beberapa mahasiswi yang dibimbing Julian untuk penyusunan skripsi, tetapi mengapa hanya Alexa yang sepertinya tidak diberi jalan mudah.
Hal itu membuat Alexa kesal, marah, juga sakit hati pada Julian. Wajah tampan Julian yang sering dipuja-puja mahasiswi itu belakangan menjadi menyebalkan di matanya. Tak jarang bila melihat Julian, rasanya Alexa ingin mencekik pria itu.
“Kamu pikir aku tidak membacanya dengan benar? Aku tidak buta huruf! Di sini yang harus teliti itu kamu, bukan aku!” kesal Julian, seraya menyelipkan bolpoin pada saku kemeja.
“Aku ada jam kuliah sekarang. Lain kali aku periksa lagi. Perbaiki saja dulu bagian yang kucoret tadi.” Julian berdiri, memungut beberapa buku, juga macbook nya. Kemudian bergegas membawa langkahnya meninggalkan ruangan tanpa memedulikan Alexa yang terlihat menahan kesal sambil memandangi punggungnya dengan sorot mata penuh kebencian.
Suara pintu yang menutup pun menyadarkan Alexa seketika dari amarah yang menggulung di dadanya. Dengan gerakan cepat ia memunguti lembaran-lembaran kertas, menyatukannya dalam dekapan, kemudian berdiri dan menyusul langkah Julian.
Pria blasteran itu belum terlalu jauh. Kaki jenjang Alexa melangkah panjang menyusul Julian, berlari-lari kecil mengejar di belakang pria itu.
“Pak, tolong dong, Pak. Dibaca dulu sekali lagi dengan cermat. Masa iya sih, Pak, skripsinya sudah saya revisi berkali-kali masih saja salah.” Alexa baru berani melayangkan protes. Ia merasa ini sudah keterlaluan sekali. Kesabarannya yang hanya setipis tisu itu sudah habis terkoyak. Dan ini tidak bisa dibiarkan. Ia harus berani mengambil tindakan. Jika tidak, keinginannya untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu dipastikan gagal.
“Apa kamu tuli, Alexa. Aku tidak punya waktu sekarang. Nanti saja, temui aku di apartemen. Kalau kamu masih saja protes, bisa-bisa skripsi kamu tidak akan pernah ku-ACC, dan kamu silahkan mengulang lagi tahun depan. Mengerti kamu?” Julian melirik sekilas arloji pada pergelangan kirinya. Kemudian mempercepat langkahnya meninggalkan Alexa sendirian dengan kekesalannya.
Alexa hanya bisa meniupkan napasnya kasar. Tangan kanannya mengepal kuat sampai buku-bukunya memutih karena memendam amarah. Tinju itu ia layangkan ke udara, ke arah Julian yang tengah menjauh.
“Dasar dosen tidak tahu diuntung. Dia pikir dia siapa? Tampang sih memang ganteng, tapi ngeselin. Bikin darah tinggi saja setiap melihat muka dia. Sungguh aku membencimu, Julia,” umpat Alexa saking kesal pada Julian. Kepalan tinju itu masih mengarah pada Julian, disertai tatapan mata nyalang penuh amarah.
Namun seketika Alexa terkesiap saat langkah kaki Julian berhenti tiba-tiba.
Pria tampan bertubuh atletis itu kemudian memutar tubuhnya cepat, melayangkan pandangan tajam pada Alexa yang buru-buru menurunkan kepalan tinjunya dan melempar senyum padanya. Senyum yang terlihat di paksakan. Julian tertawa dalam hati melihat tingkah mahasiswi yang satu itu.
“Siapa yang kamu panggil Julia?” tanya Julian yang memiliki pendengaran yang baik. Meski samar, namun telinganya mampu menangkap ucapan Alexa yang kerap memanggilnya Julia ketika gadis itu sedang kesal. Ini bukan kali pertama gadis itu mengubah namanya dengan menghilangkan satu huruf di belakangnya. Baginya panggilan itu melecehkan harga dirinya.
Alexa gelagapan. Tingkahnya serba salah, melihat ke kiri dan ke kanan, mencari-cari sosok gadis yang bisa dijadikan alibi.
“Hey, Julia. Kamu baru datang ya?” Alexa melambaikan tangan pada seorang gadis berambut pendek yang datang dari arah berlawanan. Gadis itu terlihat kebingungan disapa oleh Alexa yang kemudian merangkul pundaknya.
“Pantesan aku cari-cari dari tadi. Aku pikir kamu tidak datang hari ini.” Beruntung, Maya, sahabat Alexa datang, menjadi penolongnya detik itu. Maya berbeda jurusan dengannya, tetapi satu fakultas dan satu angkatan dengannya. Mereka sama-sama sedang menyelesaikan skripsi.
“Ini, Pak. Julia yang saya maksud.” Alexa meringis, melebarkan senyumnya meski terlihat aneh. Merangkul pundak Maya dengan satu tangannya, kemudian mengajak Maya menyingkir dari tatapan Julian.
“Permisi, Pak,” pamit Alexa sebelum kemudian menghilang dari pandangan Julian, berbelok ke lorong ruang perkuliahan.
Julian menghela napas panjang, menghembuskannya pelan untuk meluruhkan sedikit kekesalan yang mulai menyusup ke dalam dadanya. Ulah salah satu mahasiswi bimbingannya itu belakangan mulai membuat kepalanya pusing.
Alexa adalah satu-satunya mahasiswi yang tidak tertarik kepadanya. Dari sekian banyak mahasiswi yang berusaha mencari perhatian di depannya, hanya Alexa yang selalu bersikap tak acuh padanya. Seolah pesonanya tak mampu memukau gadis itu.
***
“Apaan sih, Al. Sejak kapan namaku jadi Julia?” Maya cemberut, mengibas lengan Alexa yang merangkul pundaknya ketika mereka berada di sebuah ruang perkuliahan yang kosong.
“Maaf, May. Jangan marah ya. Kamu cantik deh hari ini.” Alexa melebarkan senyumnya, menaik-turunkan kedua alisnya membujuk Maya yang sedang cemberut. Ia tahu sahabatnya itu tidak sedang marah.
“Oh ya, by the way, skripsi kamu gimana? Udah di ACC?” tanyanya kemudian.
“Belum, Al. Masih ada yang harus diperbaiki. Tapi setelah ini skripsiku selesai. Aku sudah bisa wisuda minggu depan. Semoga. Terus punyamu gimana? Sudah selesai juga?”
“Boro-boro selesai, May. Coretannya malah tambah banyak. Bikin aku kesal saja.”
“Loh, kok bisa sih? Memang apa lagi yang salah?” Maya keheranan mengapa Alexa menemui kendala untuk menyelesaikan skripsinya. Padahal setahunya Alexa itu mahasiswi yang cukup pintar dan jarang sekali bolos kuliah. Apalagi membuat masalah di kampus.
Alexa hanya mengendikkan bahu, tak mengerti mengapa ia dipersulit seperti ini. Padahal ia tidak pernah melakukan kesalahan, apalagi sampai berbuat yang tidak-tidak yang bisa menghancurkan nama baiknya. Ia hanya sedang sial karena bertemu dengan dosen pembimbing seperti Julian.
“Mana aku tahu, May. Ada-ada saja yang salah. Padahal sudah lima kali loh, May, skripsinya aku perbaiki. Lama-lama si Julia itu bikin aku kesal,” keluh Alexa.
“Julian, Al. Julian namanya.”
“Masa bodoh siapa namanya. Yang jelas aku kesal sekali dengannya. Apa aku kerjain saja ya dosen tidak tahu diuntung itu.” Tiba-tiba saja otak Alexa sedang menyusun sebuah rencana.
“Jangan cari gara-gara, Al. Daripada kamu kerjain, mendingan kamu godain aja. Kamu kan cantik, siapa tahu dia tertarik sama kamu.”
“Menggoda dosen menyebalkan itu? Amit-amit.” Alexa bergidik ngeri membayangkan menggoda Julian, si dosen dingin dan tak berperasaan itu.
“Amit-amit apanya, orang ganteng begitu. Pak Julian itu idaman banyak gadis, Al. Kamu tidak bakalan rugi menggoda pria sekelas Pak Julian. Kalau kamu berhasil, siapa tahu skripsimu langsung di ACC, plus bonus kamu jadi pacar dosen terganteng di kampus ini.”
To Be Continued ...
Hai Hai ... Jumpa lagi dengan Author abal²😉
Apa kabar teman² semua. Semoga sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT ya. Amiiiin 🤲🏻
Author bawa cerita receh baru. Harap tinggalkan jejaknya jika kalian suka ya. Dan mohon skip saja jika ceritanya kurang berkenan di hati kalian. Selamat membaca 🧏🏻♀️🧏🏻♀️
Julian Smith
By the way, untuk visual karakter Alexa aku belum nemu yang cocok. Kalau teman² punya rekom artis yg cocok dengan visual Julian ini, boleh dong di spill😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
ini juga suka..kalau gak salah,ini Luke Ishikawa 🥰
2025-08-02
1
〈⎳ FT. Zira
yuhuuuu..... aku hadir dikarya baru/Kiss//Kiss//Kiss/... moga sukses untuk karya barunya yaa..
cemugutttt/Determined//Determined//Determined//Determined/
2025-08-01
1
Dewi Payang
Aku pernah kaya gitu sampe 7x baru ACC sama dosen🤭😅
2025-08-04
1