Whispers Of The Enchanted Realm

Whispers Of The Enchanted Realm

Episode 1 Pesan Misterius?

Di sebuah ruangan yang diterangi cahaya lembut dari lampu meja, seorang gadis duduk di depan laptopnya dengan postur sedikit membungkuk. Wajahnya menampakkan ekspresi serius ketika tengah fokus pada layar. Mata cokelatnya terlihat sedikit lelah, mungkin akibat berjam-jam telah terjaga di depan layar.

Luna. Jari-jarinya lincah bergerak di atas keyboard, ia mengetik dengan cepat seolah semua ide yang ada di pikirannya harus segera dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Di samping laptopnya, terdapat secangkir kopi hitam yang sudah setengah kosong, asapnya mengepul pelan.

Dalam hening malam, suara notifikasi terdengar lebih keras dibanding biasanya. Layar laptopnya menjadi menyala lebih terang menampilkan aplikasi pesan terbuka dengan latar belakang yang gelap, sebuah pesan baru muncul di kolom komentarnya.

Nama pengirimnya tidak dikenali, hanya tertulis huruf-huruf Kuno yang bahkan tidak ia ketahui artinya, dan disertai dengan profilnya yang gelap.

Pesan darinya singkat, hanya. “Membosankan, hanya itu yang bisa anda tulis?”

Luna, gadis itu mengernyit dan menyenderkan tubuhnya pada kursi khususnya. Matanya menatap lurus pesan itu, jemari tangannya mengetuk pelan di atas meja seolah berpikir. Setelah beberapa saat, ia menutup jendela pesan itu, memutuskan untuk mengabaikannya dan kembali melanjutkan tulisannya, mau bagaimanapun selama ia telah menjadi Penulis, banyak yang ingin menjatuhkannya hanya dengan melalui pesan-pesan seperti itu.

Suara notifikasi kembali muncul, menampilkan lebih banyak pesan kembali, seperti. “Apa anda tidak merasa penasaran dengan kehidupan asli di dunia ciptaanmu?”

Merasa penasaran, Luna membuka jendela pesannya sehingga dapat menampilkan pesan yang dikirim oleh orang asing itu secara hampir keseluruhannya. “Siapa kau?” Ketik Luna, kemudian mengklik untuk mengirimnya.

“Tugasmu adalah menulis ulang Adegan secara nyata sesuai dengan semua yang anda tulis disini, hanya itu. Dan jika beruntung.. Anda bisa kembali.”

“Apa maksudnya itu? Sungguh membosankan.” Gumam Luna, tangannya meraih cangkir kopi di sampingnya. Namun Pesan selanjutnya yang ia terima mengejutkannya, cangkir kopinya tergelincir dari pegangannya, jatuh dengan keras dan menumpahkan isi yang masih panas hingga menciprat ke seluruh permukaan laptopnya, rasa panas menyengat saat beberapa tetes dari kopi itu merembes ke tangan kanannya.

Ia memastikan kembali pesan yang telah ia terima. “Membosankan? Kupikir cerita ini tidak akan menjadi membosankan lagi jika ada Penulisnya langsung disini.”

Disertai dengan sebuah gambar gelap, ia memperbesar skala foto itu untuk melihat dengan lebih detail.

Gambar seorang gadis duduk di hadapan sebuah laptop.

“Itu.. Aku?!” Pikirnya sebelum layar laptopnya mulai bermasalah, mungkin sebab beberapa tetes dari kopi itu yang mulai meresap ke dalam celah-celah keyboard laptop miliknya.

Tepat setelah beberapa detik kemudian, layar laptop itu menyala kembali namun dengan tulisan error yang muncul hingga kemudian cahaya dari layar itu menjadi semakin terang dan menjadi sangat menyilaukan.

Gadis itu memejamkan matanya hingga ketika ia merasa cahaya itu tak lagi ada, dengan perlahan ia membuka matanya.

Luna tak yakin dimana ia berada sekarang, tetapi yang ia tahu adalah ini bukanlah kamarnya lagi.

Ruangan ini tampak seperti Kelas, dengan suasana sepi yang terasa kuat di setiap sudutnya, dinding-dinding bercat putih yang memudar serta lapisan jendela yang berdebu meyakinkannya bahwa tempat ini adalah Kelas kosong yang sudah tak digunakan kembali, tetapi.. Mengapa ia berada disini?

Ia bangun, melangkah sedikit demi sedikit menuju ke sebuah pintu yang ia yakini bahwa itu adalah pintu keluar dari Ruangan menyeramkan ini.

Pintu itu terkunci dari luar, beberapa kali ia mencoba untuk mendorongnya paksa namun tak berhasil.

“Apa ada orang diluar?” Tanyanya memastikan sembari menggedor pintu itu berharap jika akan ada suatu keajaiban yang dapat membuat pintu itu terbuka.

Langkah kaki terdengar mendekat setelah beberapa waktu ia menunggu.

“Tolong! Siapapun yang diluar, aku terjebak disini!” Jeritnya kencang, memanfaatkan saat yang singkat itu.

Dari luar ruangan itu, seorang pria berlari mendekat setelah mendengar teriakan seorang gadis dari salah satu ruangan itu.

“Apa ada orang di dalam?” Tanyanya.

“Ya, tolong! Saya terjebak disini.”

“Bisakah anda mundur sedikit, saya akan mencoba membuka paksa pintu ini.” Kata pria itu setelah mencoba membuka dengan cara yang baik.

“Ba-baik!”

Setelah beberapa saat Luna melangkah mundur, pintu itu terbuka dengan suara yang keras dari arah luar, cahaya terang dengan cepat meneranginya dari luar sehingga membuatnya kesulitan untuk membuka matanya dan melihat sekitar.

“Nona, apa anda baik-baik saja?”

“Mengapa ada dapat berada disini?” Tanyanya, namun tak ada satupun dari pertanyaannya yang dapat dijawab oleh Luna, bagaimana ia tahu alasan mengapa ia dapat berada disini?

“Saya akan membawa anda kembali.” Katanya, Luna mengikutinya, meski ia tak tahu siapa pria itu namun ia dapat merasa jika pria ini pasti memiliki maksud yang baik.

Selama mereka berjalan, Luna memandang sekelilingnya, Koridor-Koridor itu memiliki lampu dengan bentuk yang unik di setiap sudutnya sehingga membuat tempat itu menjadi sangat terang dibandingkan ruangan tempat ia terjebak sebelumnya.

“Pakaiannya formal seperti seorang.. Apa dia satpam?” Pikir Luna, memandang pria itu yang sedang melangkah menuntun jalan di depannya.

“Apa itu? Seperti bola-bola cahaya yang melayang..” Ia menggosok matanya, seakan tak mempercayai sesuatu yang dilihatnya kini. Tidak sempat ia memastikan kembali secara lebih jelas, Pria itu berhenti tepat di sebuah ruangan, ia mengetuk pintu itu kemudian berbicara dengan orang di dalam sana.

“Ketika berkeliling untuk melakukan pemeriksaan, saya bertemu dengan Pelajar ini di Kelas kosong Area Utara yang sudah lama tidak digunakan, melihat dari penampilan dan kondisinya saat ini tampaknya dia mengalami perundungan.” Ucap pria itu.

“Dirundung? Aku?”

Luna diminta untuk segera masuk ke ruangan itu, sementara pria yang membantunya sebelumnya pergi terlebih dahulu untuk kembali menjalankan tugasnya. Dengan langkah pelan Luna masuk ke ruangan itu.

Tampak seorang wanita duduk di tengahnya, di sebuah meja yang dikelilingi oleh buku-buku dan catatan yang berserakan. Ia mencatat sesuatu, dan di sekeliling ruangan itu terlihat cukup terang oleh pencahayaan dari lilin yang menyala di setiap sudutnya.

“Anda adalah Pelajar baru Tahun pertama Akademi kan? Berapa nomor Asramamu?” Tanya wanita itu kepadanya.

Luna seakan tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu kepadanya, ia hanya diam tak mengatakan sepatah katapun.

“Duduklah.” Pinta wanita itu kepadanya. Setelah ia duduk, ia diberi teh hangat. Dan wanita itu kemudian duduk di depan berhadapan dengannya.

“Siapa namamu?” Tanyanya lagi, kali ini memandang langsung ke arah Luna.

“Nama saya Luna.”

“Baiklah, saya sudah mendengar ceritamu sebelumnya. Apa anda tahu siapa orang-orang yang telah membawamu ke ruangan itu?” Ia bertanya dan Luna menggeleng.

“Apa anda tahu bagaimana bisa anda berada disana?” Tanyanya lagi dan lagi-lagi Luna hanya dapat menggeleng karena sebetulnya ia memang tidak mengerti dengan situasi yang terjadi kepadanya sekarang ini.

“Jangan khawatir, anda bisa ceritakan semuanya dan saya akan membantumu. Tetapi jika anda tidak mengatakan apapun, saya tak akan dapat tahu apa yang sebenarnya telah terjadi kepada anda dan saya tidak bisa membantu anda lebih lanjut lagi.” Ujarnya kepada Luna.

“Bolehkah saya bertanya?”

“Tentu, tanyakan apapun yang ingin anda ketahui.” Mendengar jawaban dari wanita itu yang ramah membuat Luna merasa lega, ia dapat segera mengetahui apapun yang ada dipikirannya saat ini.

“Dimana saya berada sekarang?”

Wanita itu diam, memandangnya seolah bingung.

“Ini adalah Ruanganku, panggil saja aku Profesor Ella. Para Pelajar yang bermasalah maupun yang mengalami suatu masalah akan kemari, dan saya akan membantu mereka secara adil sesuai dengan Informasi yang saya dapatkan.” Jelasnya

“Dan untuk masalah anda pun sama, sebab itu anda tidak perlu takut dan jelaskan saja semuanya.” Lanjut Profesor Ella, suaranya lembut tanpa rasa penekanan apapun yang dapat membebani Luna.

“Aku baik-baik saja.” Ucap Luna, namun jawabannya tak membuat Profesor Ella merasa lega. Melihat dari penampilan dan rambut Luna yang acak-acakan, jelas ia dapat segera tahu bahwa anak itu telah dirundung disini. Tetapi mengapa ia tetap diam dan memilih untuk tidak menjawab apapun?

“Tadi anda menjelaskan bahwa disini adalah Akademi, bisa saya tahu Akademi apa yang anda maksud itu?” Luna memberanikan dirinya untuk bertanya hal itu, tidak mungkin ia hanya diam saja tanpa mengetahui secara jelas tempat apakah ia berada saat ini.

Namun respon setelahnya yang ia dapatkan cukup untuk mengguncang suasana hatinya. Wanita itu, Profesor Ella. Mengernyitkan keningnya sebelum akhirnya ia bertanya kembali. “Anda benar-benar tidak ingat?”

Luna tak menjawab apapun, ia hanya tampak diam sembari menunggu jawaban dari pertanyaannya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!