...🖤🖤🖤...
Sesampainya di depan rumah, Luna dan Sofia pun turun. Tak lupa keduanya mengucapkan terima kasih, lalu berjalan menuju rumah. Namun langka keduanya terhenti saat mereka melihat depan rumah Luna terdapat banyak mobil polisi.
(Visual rumah Luna)
"Luna apa yang terjadi?" tanya Sofia.
"Tidak tau, ayo cepat." Luna meraih lengan Sofia berlari menuju rumah.
Saat tiba di depan pintu rumah, Luna dan Sofia dibuat terkejut saat melihat ayahnya Tuan Justin Brown diborgol oleh polisi keluar dari dalam rumah, diikuti Nyonya Regina Brown dari belakang yang terus menangis histeris mencoba menghentikan para polisi membawa suaminya.
"Mama!" teriak Luna menggema.
Mereka pun melirik ke arah Luna."Luna...! Ayahmu, tolong hentikan mereka!" raung Nyonya Regina menangis histeris memohon kepada Luna.
Luna segera berlari ke arah polisi yang menahan Tuan Justin diikuti Sofia.
"Pak, apa yang Papaku lakukan?" tanya Luna panik.
"Maaf Nona, ayah mu telah melakukan penggelapan uang di salah satu anak perusahaan keluarga Salvatore," jawab polisi tersebut.
Deg! Jantung Luna berdetak kencang mendengar ucapan pak polisi, ia terdiam ditempat menatap ayahnya di bawa pergi oleh polisi dan sang ibu yang terus menangis menangis histeris.
"Luna..." lirih Sofia menatap Luna, ikut merasa kasihan kepada sahabatnya itu.
"Alex... kamu keterlaluan," gumam Luna menitikkan air mata.
Luna tak menyangka Alex akan bertindak secepat ini setelah keluar dari penjara, ia pikir Alex sudah melupakan semuanya dan kembali melanjutkan hidupnya.
"Aaaaa! Tolong jangan bawa suamiku pergi!" raung Nyonya Regina menatap mobil polisi yang membawa Tuan Justin pergi.
Sofia yang merasakan kasihan segera berlari menghampiri Nyonya Regina dan memeluknya, sedangkan Luna terduduk lemas menangis pilu mengutuk dirinya yang telah membawa semua masalah ini ke dalam keluarganya sendiri.
"Maafkan aku Pa... maafkan Luna..." lirih Luna.
"Luna! Tolong Tante Regina pingsan!" teriak Sofia panik mencoba menahan tubuh Nyonya Regina.
Luna bergegas bangkit dan berlari menghampiri sang ibu, tak lupa ia menelfon ambulan datang untuk membawa sang ibu ke rumah sakit.
*
*
*
...(Di sisi lain)...
Di anak perusahaan keluarga Salvatore, di dalam ruang kerjanya Alex berdiri dekat jendela menatap ramainya jalan raya sambil memegang foto Luna di tangannya. Rahan nya mengeras saat mengingat selama ia berada di dalam penjara menghadapi sunyi dan dinginnya ruang penjara, tidak sedikit pun Luna ingin mampir menjenguknya, padahal ia sangat berharap Luna akan datang untuk menghangat hatinya dan memberinya semangat.
"Aku akan membuat hidupmu bagaikan neraka Luna," desis Alex menatap foto Luna.
Tok, tok, tok.
"Masuk," sahut Alex memasukan foto milik Luna ke dalam saku celananya, lalu berbalik menatap Asistennya yang berjalan masuk sambil memegang sebuah berkas di tangannya.
"Tuan, apa anda yaking melakukan ini?" tanya Lucas, sang asisten baru sekaligus sahabat Alex.
"Kau pikir aku sedang bermain-main, hah?!" geram Alex segera duduk di kursi kerjanya.
"Maaf." Lucas segera meletakan surat berkas yang ada di tangannya di hadapan Alex.
Alex meraih berkas tersebut, lalu membukanya."Aku berharap kamu masih perawan Luna, kalau tidak? Aku tidak akan segan menghabisi keluargamu tepat di hadapanmu, lalu menghabisimu," gumam Alex menatap berkas perjanjian partner rajang yang ia buat khusus untuk Luna.
Lucas mendengar itu jadi ngeri sendiri, padahal dulunya Alex tidak seperti ini, namun setelah apa yang menimpa nya mengubahnya menjadi pria arogan dan tempramental, obsesi Alex kepada Luna seutuhnya membuatnya buta.
"Pastikan Tuan Justin mendapatkan hukuman yang memberatkannya dengan cara apapun, pokoknya aku ingin Luna datang dan berlutut memohon kepadaku," perintah Alex.
"Baik, Tuan."
*
*
*
...(Di rumah sakit)...
Dengan sabar Luna dan Sofia menunggu di depan ruang rawat darurat, tak lama pintu ruang tersebut terbuka menampakan dokter yang menangani Nyonya Regina berjalan keluar sambil menghela nafas berat.
"Dok, bagaimana kondisi Mama?" tanya Luna menghampiri sang dokter.
"Ibumu membutuhkan transplantasi jantung sekarang, karena jantung lamanya sudah rusak parah dan tidak bisa lagi diobati," jawab dokter.
Duar!
"Ya tuhan... kenapa semuanya bisa terjadi disaat seperti ini... hiks... hiks..." Tangis Luna pun seketika pecah memenuhi rumah sakit.
"Luna... maaf, aku tidak melakukan apa-apa." Sofia ikut menangis dan memeluk Luna.
Keduanya terus menangis membuat dokter pun ikut menitikkan air mata, namun ia pun tak bisa melakukan apa-apa, ditambah lagi melakukan transplantasi jantung membutuhkan biaya yang cukup banyak bahkan sampai miliaran.
"Sofia." Luna segera bangkit mengusap air matanya dengan kasar."Aku harus menemui Alex," ucap Luna.
"Menemui Alex?" Sofia ikut bangkit menatap Luna."Jika kamu bertemu dengannya sekarang, pasti dia akan-"
"Jika dia menghabiskan aku saat itu juga, aku tidak peduli lagi, dia harus bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan, tolong jaga Mamaku sebentar," potong Luna segera berlari pergi.
Sofia hanya terdiam menatap kepergian Luna hingga menghilang dari balik pintu rumah sakit, ia hanya bisa berharap Alex tidak melakukan sesuatu yang menyakiti Luna itu sudah cukup.
(Bersambung)
...(Bonus)...
(Visual Alexander Salvatore.
(Visual Luna Brown.
(Visual) Sofia, sahabat Luna.
(Visual Lucas, sahabat Alex.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
PengGeng EN SifHa
Doa sahabat yg begitu menghawatirkan si_LUNA
2025-07-26
1
Miss Typo
makin seru tapi juga deg²an bacanya
2025-07-23
1
merry
jht x tu Alex dia yg mukul org msk Luna yg kena getah ya y
2025-07-25
0