04.

kini mereka berkumpul di ruang makan dan tengah makan malam bersama. suasana makan malam hari ini begitu meriah seperti biasanya dengan kejahilan lily yang tak henti mengejek adik bungsunya.

sedangkan liam dan Jihan yang melihat tingkah anak-anaknya tak kuasa menahan tawa.

"sudah jangan ribut lagi cepat habiskan makanannya karena setelah ini kalian harus mengerjakan PR kan."ingat Jihan pada anak-anaknya.

"baik ma." Tak akan ada yang bisa membantah jika Jihan sudah bicara serius.

akhirnya mereka makan dengan tenang dan hikmat. Semua itu tak lepas dari pandangan davin, ia ingin memiliki keluarga yang harmonis dan hangat seperti keluarga paman dan bibinya.

Ia juga ingin diperhatikan dan dimanja oleh orang tuanya seperti lily, aura dan rio. ia iri ingin mamanya memperhatikannya dan ia ingin ayahnya memanjakannya. Tapi itu semua hanya khayalan davin karena sampai kapanpun keluarganya tidak akan pernah harmonis.

Melihat ekspresi davin, liam dan jihan saling pandang dalam diam. Mereka mengerti bagaimana perasaan davin saat ini. Ia pasti ingin keluarganya tentram dan damai tanpa pertengkaran.

Jihan dan liam kasihan melihat davin seperti itu. Walaupun hubungan liam dan jihan pun tak baik tapi mereka berdua berusaha untuk tak bertengkar atau berdebat di depan anak-anaknya. Dan berusaha semaksimal mungkin terlihat akur di depan anak-anaknya walaupun sebenarnya mereka sedang perang dingin sebulan terkahir ini.

Setelah makan anak-anak kembali ke kamarnya dan mengerjakan PR. dan saat davin ingin kembali ke kamar tamu ia dihentikan oleh pamannya.

"vin, bisa kita keruang keluarga untuk bicara?" pinta liam.

Davin melihat paman dan tantenya bergantian lalu mengiyakan permintaan pamannya itu.

liam duduk berdampingan dengan jihan sedangkan davin duduk di sofa single menghadap mereka berdua.

"papa mu menghubungi om tadi, ia menanyakan keberadaanmu." liam tak melihat davin tertarik dengan pembahasan ini.

"apa yang harus om berita tau pada papa mu?" tanya liam.

"terserah om mau jawab apa, aku ke kamar dulu."davin beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar tamu.

"hmm.." liam menghela nafas mencoba melihat sikap keponakannya itu.

Melihat suaminya menghela nafas membuat jihan pun tak bisa berkata apa-apa. Davin memang keras dan sangat susah untuk dibujuk ketika marah.

 jihan tau betul sifat keponakannya itu karena sejak kecil davin memang dalam pengasuhan jihan, karena waktu itu dara baby blues setelah melahirkan davin dan setelah sembuh dari baby bluesnya.

dara lebih fokus untuk merawat diri untuk mengembalikan bentuk tubuhnya. Jadilah dari bayi hingga kelas 1 sd davin dirawat oleh jihan.

"susah sekali menghadapi ayah dan anak ini." gumam liam.

"ya begitulah sikap keras dan dinginnya menurun dari mas hadi." jawab jihan.

"lalu bagaimana?"tanya liam buntu menghadapi ayah dan anak itu.

"begini saja kau urus mas hadi biar davin menjadi urusanku." jawab jihan.

"ia ingin anaknya kembali." saat sedang sibuk dikantor liam dapat telpon dari kakaknya yang bertanya apakah davin ada di rumahnya.

Karena liam tak tau maka ia bilang tak tau dan akan menanyakan pada istrinya. Sebelum sambungan telpon terputus hadi mewanti-wanti agar menyuruh davin pulang karena anak itu bolos dari sekolah saat ujian.

liam berada ditengah pertengkaran orang tua dan anak yang membuat ia pusing.

"aku akan berusaha bicara dengan davin." sahut jihan mencoba membantu suaminya.

"baiklah aku akan menelpon kakak dulu." liam berlalu keruang kerjanya untuk menelpon kakaknya dan melanjutkan pekerjaannya yang menunpuk.

Dan jihan beranjak ke dapur membuat susu untuk ketiga anaknya lalu mengantarnya ke kamar mereka setelah itu ia mengantarkan susu ke kamar tamu untuk davin.

Tok

Tok

Tok

"davin apa masih bangun? Tante membawakan susu, apa tante boleh masuk?"

"aku masih bangun tante, masuk saja." jihan masuk dengan nampan yang berisi susu ditangannya.

"kau sedang apa nak? Ini tante bawakan susu cepat diminum sebelum dingin." davin berhenti bermain game di hpnya dan mengambil susu buatan tantenya hingga habis.

Jihan menunggu dan memperhatikan davin yang tengah menghabisi susu buatannya.

"pelan-pelan minumnya, itu masih panas."

"iya tante ini sudah." ucap davin sambil menyerahkan gelasnya yang sudah kosong kearah jihan.

"kau hebat menghabisi susunya. Letakkan saja gelasnya diatas meja."puji jihan pada davin lalu ia duduk dikasur samping davin.

"berhenti memuji seperti itu tante aku bukan anak kecil seperti rio." elak davin tak mau disamakan dengan si kecil rio.

"maaf ya tante lupa kau sudah tumbuh jadi remaja yang tampan."puji jihan.

"tante hentikan itu, aku malu." elak davin sambil membuang muka menyembunyikan guratan merah dipipinya karena pujian dari tantenya.

"kau lucu sekali ketika malu-malu seperti itu nak."goda jihan yang membuat davin semakin malu.

"tante hentikan."teriak davin karena jihan terus saja menggodanya.

"baiklah maaf .. maaf .." jihan menghentikan tawanya.

"aku ngga mau pulang tante." davin paham jika tantenya datang ingin merayunya untuk pulang. Tapi davin tak mau ia mau disini saja.

"tapi papa dan mama mu mencarimu nak. Apa kau tidak kasihan pada mereka?"

"mereka saja tidak perduli padaku untuk apa ku memperdulikan mereka." mood davin langsung berubah ketika membahas orang tuanya.

"siapa bilang mereka tak memperdulikanmu nak? Mereka memperdulikanmu bahakan mereka sangat menyayangimu."

"kalau mereka perduli dan sayang padaku, mereka tidak akan bertengkar di depanku. Mereka tidak perduli dengan perasaanku. Yang mereka pikirkan hanya diri mereka sendiri dan ego mereka sendiri." jihan paham betul perasaan davin karena ia juga berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Jadi ia tau rasanya.

"mereka hanya sedang kesal nak, mereka tak berniat melakukannya tapi keadaan orang tidak ada yang tau.

Papamu memiliki tanggung jawab yang besar di kantornya karena banyak yang bergantung hidup dari nya yang membuatnya banyak pikiran, dan memungkinkan ia cepat marah dan bukankan ia bekerja untuk menjamin kehidupan davin dan mama tidak samapai kesusahan,

dan mama mu ia wanita yang sudah berjuang mempertaruhkan nyawa melahirkanmu.Bukan kah davin lihat sendiri betapa menyakitkannya pada saat tante melahirkan rio?

Walaupun kemarahan dan pertengkaran mereka tidak bisa dibenarkan tapi nama nya manusia tempatnya salah dan dosa." nasihat jihan

"jadi berbesar hatilah nak, dan maafkan mereka bukankah waktu davin kecil sering membuat kesalahan?"

"dan apakah mama dan papa membenci davin yabg telah melakukan kesalahan? Tidak kan? Davin sudah besar pasti tau jawabannya kan?" jihan melihat davin yang diam menunduk mulai memikirkan perkataannya.

Jihan bangun dan membawa nampan keluar kamar tamu. Tapi sebelum menutup pintu kamar, suara davin membuat jihan berbalik dan tersenyum.

"davin akan sekolah besok dan akan pulang kesini." jihan tersenyum mendengar ucapan davin.

Davin bukan tipe anak yang bicara terus terang. dari ucapannya tadi ia menjawab akan sekolah seperti permintaan papanya. Tapi ia belum mau pulang kerumah. Itu saja sudah suatu kemajuan.

"baiklah tante akan bilang pada om-mu untuk meminta supir mengirim keperluan sekolahmu kemari. Dan selepas kamu pulang sekolah kita akan main ke panti, bagaimana?" dengan senyum puas jihan menatap davin.

"hmm.." jawaban davin

"baiklah selamat beristirahat, jangan tidur malam-malam besok ujian." peringat jihan lalu pergi menutup pintu kamar davin.

.

.

.

.

Tbc

Author minta bantuan vote, like dan komennya dong biar semangat lanjut ceritanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!