Aditya menganga ketika mendapati sosok perempuan yang bersimpuh di dekat kaki bi Ijah. Sesosok wanita berjilbab yang berhasil membuatnya terpana karena keanggunannya.
Dia tidak begitu cantik, tubhnya terbalut olehkain yangmenjuntai bahkan menutupi kaki. Tetapi auranya cerah, tennag, dan suaranya yang lembut menggetarkan perasaan.
Begitu perempuan itu tersadar bahwa sedang ada tamu yang bertandang, dia memberi salam kepada Hannah dan pria di sebelhnya dengan menganggukkan kepalanya.
Meski tidak berkontak mata, tetapi saat diberikan salam begitu, Aditya merasa ada yang tidak beres dengan jantungnya yang berdenyut hebat seperti tiba-tiba terserang hipertensi yang membuat aliran darah melaju kencang hingga terasa panas sebadan-badan.
“Ibu, ada apa? Maaf, Nadia lagi beresin buku di kamar,” tanya gadis itu yang sedang berjongkok dan bersimpuh di kaki bi Ijah.
“Ini, sini duduk, Nduk. Ada A Adit sama bu Hannah, kamu ingat mereka? Mereka katanya mau kenalan sama kamu.”
Nadia mencium tangan Hannah dan tentu mendapat pujian yang meneyanngakan dari wanita paruh baya itu, Nadia juga mmeberikan salam pada Aditya berupa tangan yang telungkup di depan dada tanpa menatapnya.
Nadia lantas duduk di samping ibunya.
Mata Aditya membelalak dan tubuh yang tersentak saat tak sengaja bertatapan langsung dengan mata gadis itu meski hanya sekilas saat bi Ijah sedang menjelaskan bahwa Nadia dan Nada bersaudara meski tidak kandung.
Nadia harus meninggalkan ruang tamu karena ia tahu apa yang harus dilakukannya, daripada berdiaam diri ia berinisiatif membuatkan minuman dan menyediakan camilan unutk tamunya.
Benar, jantung Aditnya bisa sedikit tenang dan npas yang berembus lega setelah sosok Nadia membuatnya berdebar kencang ketika berada di dekatnya.
Tidak lama, perempuan itu kembali muncul membawa nampan berisi jamuan kue basah jajanan pasar.
“Silakan dimakan, Bu Hannah, A’ Aditya,” ucap Nadia sambil meletakkan teh hangat manis dan camilan di depan para tamunya bi Ijah.
Gerakan tangannya halus, tetapi membuat Aditya tampak gelisah di setiap pergerakan Nadia di dekatnya.
“Ini Nada, kalau ini Nadia.”
Aditya mengganguk-angguk ketika bi Ijah menerangkannya. Ia yang sempat menyangka jika Nada adalah Nadia karena bi Ijah yang memanggil keduanya sama-sama dengan nickname “Nad.”
“Neng Nadia baru lulus kemarin, nya?”
“Iya, Bu.” Jawab Nadia mengangguk sambil duduk di sisi bi Ijah dan berhadapan dengan Aditya.
“Ini, jadi neng, si Aa ini teh mau melamar Eneng. Iyakan, A? Bagaimana?” tanya Hannah menepuk-nepuk lengan putranya yang tidak berhenti menatap Nadia sambil mangap.
“Eh, ... ya! Iya, benar,” jawab Aditya yang terkejut oleh tepukan Hannah di lengannya.
Hannah meringis, bahkan sebelum ini putranya selalu mengatakan tidak dan ogah-ogahan. Namun, sekarang terlihat salah tingkah dan banyak gelisah.
“Kok salting begitu, A?” tanya Hannah menggodanya.
“Oh, ah. Ekhem! Gak, Ma,” jawabnya gugup membuat semua orang bahkan Nadia di depannya tersenyum simpul dan menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
“Jadi bagaimana, Neng? Neng Nadia mau sama A’ Adit?”
Nadia tambah menunduk, seketika senyuman di bibirnya surut. Dia terlihat mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya bertatapan dengan bi Ijah. Ia pun menggenggam jari-jari tangannya sendiri.
Aditya memperhatikan pergerakan gadis di depannya dan menyadari bahwa dia sudah memakai cincin di jemarinya yang sedang berusaha ditutupinya.
“Maaf, Bu, A' Aditya. Tapi, Nadia sudah dilamar,” jawab pihaknya, bukan Nadia, melainkan bi Ijah.
“Hah, kapan, Bi?!” sentaknya terkejut. Kali ini bukan Hannah yang bereaksi, melainkan Aditya sendiri yang menyatakan keterkejutannya secara spontan.
"Tadi pagi," jawab bi Ijah. Aditya langsung lemas mendengarnya seolah darah-darah yang sempat mendidih di dalam tubuhnya berhenti beroperasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Ayu
baru aja baca tiba² udah sold out aja Nadia hehee
di tunggu next up nyah thor
2025-07-22
1
darsih
yah kalah cepet s Aditia 🫢😀
2025-07-22
0
Akasia Rembulan
yah keduluan A.
2025-07-21
0