SUARA HATI TERDENGAR

Sebelum matahari benar-benar tenggelam, kedua anak Supardi, Gito dan Aan datang dari sawah, disusul oleh si bungsu Narto yang tubuhnya penuh dengan lumpur setelah main bersama teman-temannya dipematang sawah sambil menunggui kedua kakaknya bekerja.

“Mandi dan bersihkan badan kalian, baru bisa masuk!”, Supardi sudah menghadang ketiganya di depan pintu sambil berkacak pinggang, membuat ketiganya pun hanya bisa mendengus kesal berjalan ke belakang menuju sumur untuk mandi.

Dimasa ini, beberapa rumah sudah memiliki sumur dan memiliki bilik dari kayu sebagai tempat untuk mandi. Tapi kebanyakan anak lelaki mandi langsung di tepi sumur dan kamar mandi hanya dipergunakan oleh orang dewasa saja.

“Bapak benar-benar pelit! Masa mau masuk dan melihat adik saja harus mandi dulu!”, gerutu Narto, sambil mengerucutkan bibirnya karena kesal.

“Adik itu masih bayi. Kalau kamu masuk kerumah dalam keadaan kotor, kasian adik kalau sampai kena kuman dan sakit”, ucap Aan, anak kedua dengan bijaksana. Menuturkan apa yang pernah diajarkan oleh gurunya disekolah.

Ya, Aan dan Gito sudah bersekolah. Aan kelas 3 SD sementara Gito sang kakak sudah berada dikelas 6 SD.

Mereka membantu pekerjaan ayah mereka disawah selepas pulang sekolah sehingga bisa mendapatkan uang untuk meringakan beban kebutuhan keluarga tapi tak meninggalkan kewajiban mereka sebagai pelajar.

Sementara adiknya, Narto yang berumur enam tahun, tahun depan baru akan masuk SD.

Di era tahun 80 an, bagi keluarga miskin, banyak anak yang tak bisa masuk TK karena minimnya dana sehingga mereka akan langsung memasukkan sang anak ke SD setelah usianya menginjak tujuh tahun.

Begitu badan tiga bersaudara ini telah bersih dan berganti pakaian, ketiganya pun masuk kedalam kamar kedua orang tuanya yang hanya ditutupi oleh selambu.

“Ibu, apakah adikku sudah bangun?”, tanya Narto bersemangat.

“Adikmu masih tidur. Apa kamu mau lihat?”, tanya Srikandi kearah bocah lelaki berusia enam tahun itu.

Narto sangat bersemangat dan segera maju untuk melihat adik perempuannya. “Cantik sekali. Pipinya juga sangat lembut”, ucapnya sambil telunjuknya menoel-noel pipi sang adik.

“Adik sangat cantik, siapa namanya bu?”, tanya Aan sama bersemangatnya dengan Narto yang kini telah mengelus pipi lembut dan cubby adik perempuannya yang baru lahir.

“Namanya Lestari. Kalian bisa memanggilnya Tari”, jawab Sri sambil tersenyum hangat.

Suasana berisik membuat bayi perempuan tersebut terusik dan terbangun. “Ck, belisik sekali. Sangat mengganggu!”, gerutunya tak senang.

Deg,

Semua orang dalam ruangan terdiam mendengar suara seorang gadis kecil dengan akses cadel yang tampaknya sedang memarahi mereka.

Bahkan Supardi yang baru masuk setelah selesai menyeduh jamu habis melahirkan yang dibuat mak Supat hanya bisa terdiam membeku di pintu kamar, sambil mengarahkan kedua bola matanya, menyusuri seluruh isi kamar.

“Mas, siapa tadi yang memarahi kita?”, tanya Narto berbisik kepada Aan dengan ekpresi ketakutan.

Tak ada respon dari Aan, Nartopun menggoyang-goyangkan lengan sang kakak. “Mas! Mas tadi dengar kan suara itu”,ucapnya lagi.

Aan yang ditanya pun hanya bisa mengangguk tanpa bersuara karena dia sendiri juga masih terkejut.

Bayi perempuan yang terbaring dalam buntalan selimut diatas ranjang, sudah sadar sepenuhnya. “Apa ini kelualgaku?”, ucapnya sambil mengamati satu persatu orang yang ada dalam ruangan.

Selama tidur, dialam bawah sadarnya dia memasuki ruang dimensinya dan mendaptkan banyak informasi penting mengenai kehidupan masyarakat di era tahunn 80 an, terutama mengenai struktur keluarga dan kondisi mereka yang dijelaskan dengan begitu rinci sehingga diapun bisa mempelajarinya dengan seksama.

Saat ini, dia terlahir sebagai bayi di era tahun 80 an didalam keluarga miskin yang berada di desa Sukorejo, salah satu desa di kaki gunung yang mayoritas penduduknya hidup sebagai petani.

Karena keluarga mereka sangat miskin dan tak memiliki lahan maka ayah, ibu dan kedua kakaknya yang sudah cukup umur bekerja sebagai buruh tani untuk membantu perekonomian keluarganya.

Menyadari jika tampaknya yang tadi berbicara adalah bayi yang ada disamping Srikandi, semua orang pun memusatkan perhatian kepada Tari.

Tari tak tahu jika suara hatinya bisa didengar oleh keluarganya, masih sibuk mengabsen satu persatu orang yang ada dalam kamar.

“Yang sangat cantik ini pasti ibuku”, ucapnya sambil menatap Srikandi dengan lembut.

“Dan yang tampan sambil memegang gelas itu pasti ayahku”, ujarnya lagi, membuat Supardi yang baru melangkah masuk kembali membeku ditempat mendengar suara yang mengenalinya.

Sebelum Supardi dan yang lainnya kembali bereaksi, suara lembut dan halus itu kembali terdengar.

“Yang menatapku tajam ini pasti ketiga kakak lelakiku”, ujarnya lagi.

Melihat pakaian yang dikenakan oleh anggota keluarga barunya yang penuh dengan tambalan dan lusuh, hati Tari merasa sangat sakit.

Ia ingin secepatnya tumbuh besar agar bisa membantu perekonomian keluarganya dengan pengalaman dan kecerdasan yang dimilikinya, untuk mengentaskan keluarganya dari kemiskinan dan menyelesaikan tugas yang system berikan kepadanya.

Bayi perempuan itu menatap ketiga saudaranya dengan seksama dengan perasaan campur aduk karena kondisi tubuh ketiganya yang kurus dengan kulit sedikit coklat akibat sering terpapar sinar matahari.

Setelah memandang mereka dengan intens, barulah dia sadar jika kemampuan membaca pikiran seseorang bisa dia terapkan dengan cara menatap seseorang dengan seksama.

Melihat kakak ketiganya terlihat ketakutan dan terus berguman ada hantu dalam hatinya, sementara dua kakak lelakinya yang lainnya tampak tengah membaca doa-doa yang dia tak tahu artinya dalam hati, membuat sang bayi mengkerutkan kening sangat dalam.

“Aku bukan hantu! Aku manusia! Aku adik kalian!”, bayi perempuan itu kembali menggerutu sambil memonyongkan bibirnya, membuat Srikandi yang sedari menatapnya dan melihat banyaknya ekpresi yang diperlihatkan oleh bayinya merasa gemas.

“Tari kenapa? Apa ada yang tak nyaman sayang?”, ucap Srikandi sambil mengusap kening sang putri dengan lembut, hingga kerutan yang sempat tercetak mengendur.

Dengan isyarat mata, Srikandi mengkode suaminya untuk membawa ketiga anaknya keluar untuk berbicara.

Srikandi tahu jika putrinya ini sangat istimewa, selain memiliki weton yang sangat bagus dan penuh dengan berkah, dari mak Supat dia tahu jika sewaktu hendak melahirakan ada cahaya terang yang masuk kedalam perutnya.

Hal itu pertanda bagus dan juga buruk. Bagus karena putri yang baru dilahirkannya tampaknya sangat diberkati. Buruk jika sampai ada yang tahu dan berusaha mencelakainya sehingga tadi dia sempat mendiskusikan hal ini dengan sang suami yang ternyata juga telah diberitahu oleh mak Supat sebelum pulang, sewaktu ketiga anaknya belum kembali.

Diluar, diruang keluarga yang hanya ada tiga kursi yang reyot, Supardi mendudukkan ketiga anaknya dan coba berbicara dengan mereka.

“Yang kalian dengar tadi adalah suara hati adik kalian. Yang perlu kalian tahu, adik kalian itu terlahir dengan penuh berkah sehingga sangat istimewa. Bapak harap, kabar ini tak sampai tersebar keluar agar tak menimbulkan masalah untuk adik kalian dan keluarga kita”, ucap Supardi menjelaskan.

Ketiganya menganggukkan kepala jika mereka paham akan apa yang bapaknya ucapkan

“Kami janji tak akan memberitahukan hal ini kepada siapapun”, ujar Gito bijak.

“Ya, kami akan melindungi adik dan tak akan membiarkan orang lain menyakitinya”, ucap Aan menimpali.

“Aku juga berjanji kepada bapak, tak ada satupun kata yang keluar dari mulutku mengenai hal ini”, ucap Narto sambil melakukan gerakan seolah menutup mulutnya dengan resleting, kebiasaan baru yang dilakukannya bersama teman-temannya jika mereka memiliki rahasia yang tak ingin diketahui orang lain.

Supardi merasa lega, ketiga anaknya sangat pintar sehingga bisa menempatkan diri dalam situasi apapun.

Sementara itu didalam kamar, Srikandi beberapa kali tersenyum tipis mendengar celotehan putrinya dalam hati.

Dia sama sekali tak menyangka akan memiliki putri yang sangat cerewet seperti ini padahal dia, suami dan ketiga anaknya merupakan orang yang pendiam.

“Tak apalah Tari cerewet. Dengan begini, rumah tak akan menjadi sepi lagi nantinya”, guman Srikandi dalam hati.

Sementara Tari yang sedari tadi terus mengoceh sendiri dalam hati sambil mencoba untuk menggerakkan tangan dan kakinya, merasa sangat kelelahan sehingga dia tertidur setelah disusui oleh sang ibu.

Begitu tubuh Tari tertidur, jiwanya segera memasuki ruang dimensi yang sistem tinggalkan. Disini Tari bisa bebas bergerak, meski tubuhnya masih kecil tapi dia tak seperti bayi di dunia nyata yang tak bisa melakukan apapun seorang diri.

“Ya, hanya didalam sini aku bisa bebas bergerak dan bisa melatih kekuatan serta kecerdasanku”, gerutunya sambil berlarian kesana kemari mempraktekkan ilmu beladiri yang dimilikinya yang masih seperti kehidupan sebelumnya.

Meski tubuhnya sekarang masih kecil, setidaknya dia bukan bayi yang tak bisa berbuat apapun dan bertekad dalam hati agar dia bisa membuat keluarganya mengalami perubahan yang besar dalam hidupnya, terutama dalam hal pendapatan sehingga keluarganya bisa hidup dengan layak.

Terpopuler

Comments

Astiana 💕

Astiana 💕

aku ngebayangin bayi baru umur hitung jam ,dah bisa silat di ruang dimensi ,pasti lucu🤣

2025-08-23

3

sasa adzka

sasa adzka

jadi paranormal tari ya.. hahahaa
bisa baca pikiran..
wah Thor keren cerita mu
semangat ya

2025-08-08

1

Diah Susanti

Diah Susanti

kirain anaknya udah dewasa atau minimal remaja karena ikut ayahnya jadi buruh tani, ternyata masih bocil

2025-09-09

0

lihat semua
Episodes
1 MENJADI BAYI
2 SUARA HATI TERDENGAR
3 SI PEMBUAT ONAR
4 DI PUKULI
5 JADI KAMBING HITAM
6 SEDIH
7 TERHINDAR DARI BAHAYA
8 CEKCOK
9 MEMBERI RESEP
10 MULAI BERJUALAN
11 MUNCUL PESAING
12 INOVASI TIADA HENTI
13 SEMAKIN MEMBAIK
14 MEMBANGUN RUMAH PRODUKSI
15 MENJELANG SELAPAN
16 TASYAKURAN
17 MASUK DALAM JEBAKAN
18 KERACUNAN MASSAL
19 PENANGKAPAN
20 PERGI KE KOTA
21 BERTEMU KELUARGA SRIKANDI
22 BERTEMU KELUARGA
23 GEGER
24 MENANGKAP PEZINA
25 SANKSI SOSIAL
26 MENGAMANKAN ASET
27 MENGAMBIL SEMUANYA
28 PANIK
29 SKEMA JAHAT
30 NGAMUK
31 SYOK
32 PERLINDUNGAN
33 EKSEKUSI
34 OPERASI SENYAP
35 PERGI KERUMAH NENEK
36 MEMBELI TOKO
37 BELUM KAPOK JUGA
38 CURIGA
39 SOWAN KERUMAH KYAI JAMAL
40 IDE BARU
41 JADI INCARAN
42 TURUN TANGAN
43 PERSIAPAN MEMBUKA TOKO
44 UJI COBA
45 FAKTA YANG MENGEJUTKAN
46 MELAHAP GOSIP
47 NYEKAR
48 FIRASAT
49 SEHARI SEBELUM HARI H
50 MENEMUKAN JEJAK
51 HARI H
52 PENJELASAN MANDALA
53 SUKSES
54 SKANDAL TERKUAK
55 MENINDAK TEGAS PARA PENGKHIANAT
56 PEMBERSIHAN
57 SIKAT HABIS PENGKHIANAT
58 TERPURUK
59 MENATA ULANG
60 MEMPERLUAS USAHA
61 PINDAH RUMAH
62 MUSUH BARU
63 KALANG KABUT
64 MEMANAS
65 FITNAH
66 TERUNGKAP
67 GELAP MATA
68 KENA BATUNYA
69 BAB 69
70 PEMBALASAN MANDOR HANIF
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
Episodes

Updated 79 Episodes

1
MENJADI BAYI
2
SUARA HATI TERDENGAR
3
SI PEMBUAT ONAR
4
DI PUKULI
5
JADI KAMBING HITAM
6
SEDIH
7
TERHINDAR DARI BAHAYA
8
CEKCOK
9
MEMBERI RESEP
10
MULAI BERJUALAN
11
MUNCUL PESAING
12
INOVASI TIADA HENTI
13
SEMAKIN MEMBAIK
14
MEMBANGUN RUMAH PRODUKSI
15
MENJELANG SELAPAN
16
TASYAKURAN
17
MASUK DALAM JEBAKAN
18
KERACUNAN MASSAL
19
PENANGKAPAN
20
PERGI KE KOTA
21
BERTEMU KELUARGA SRIKANDI
22
BERTEMU KELUARGA
23
GEGER
24
MENANGKAP PEZINA
25
SANKSI SOSIAL
26
MENGAMANKAN ASET
27
MENGAMBIL SEMUANYA
28
PANIK
29
SKEMA JAHAT
30
NGAMUK
31
SYOK
32
PERLINDUNGAN
33
EKSEKUSI
34
OPERASI SENYAP
35
PERGI KERUMAH NENEK
36
MEMBELI TOKO
37
BELUM KAPOK JUGA
38
CURIGA
39
SOWAN KERUMAH KYAI JAMAL
40
IDE BARU
41
JADI INCARAN
42
TURUN TANGAN
43
PERSIAPAN MEMBUKA TOKO
44
UJI COBA
45
FAKTA YANG MENGEJUTKAN
46
MELAHAP GOSIP
47
NYEKAR
48
FIRASAT
49
SEHARI SEBELUM HARI H
50
MENEMUKAN JEJAK
51
HARI H
52
PENJELASAN MANDALA
53
SUKSES
54
SKANDAL TERKUAK
55
MENINDAK TEGAS PARA PENGKHIANAT
56
PEMBERSIHAN
57
SIKAT HABIS PENGKHIANAT
58
TERPURUK
59
MENATA ULANG
60
MEMPERLUAS USAHA
61
PINDAH RUMAH
62
MUSUH BARU
63
KALANG KABUT
64
MEMANAS
65
FITNAH
66
TERUNGKAP
67
GELAP MATA
68
KENA BATUNYA
69
BAB 69
70
PEMBALASAN MANDOR HANIF
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!