Dira mematut dirinya di depan cermin. Meja riasnya. Gaun sebatas lutut lengan pendek bermotif bunga itu melekat indah di tubuh rampingnya yang bak model papan atas.
Dira adalah gadis cantik yang begitu sempurna. Kulit putih dengan hidung yang tidak terlalu mancung namun begitu pas dengan bentuk wajahnya. Tinggi badan profosional.
"Hah! Kenapa bisa jadi begini sih! Kenapa harus ada perjodohan?" Gumamnya seraya menatap penampilanya yang sempurna. Bak seorang model papan atas.
"Semoga saja pria itu nggak jelek, kalau jelek mending aku jomblo aja seumur hidup." Tukas Dira lagi yang sudah mengakhiri sesi berkacanya.
"Cantik sekali anak Ibu!" Puji Mirna saat melihat kedatangan Dira yang cantik.
Ketiganya kini sudah berkumpul di ruang keluarga siap berangkat saat jam menunjukkan pukul setengah tujuh.
"Loh Bu. Raya mana? Kenapa dia belum siap juga?" Tanya Faizal saat menyadari jika putri bungsunya tidak ada di ruangan itu.
"Raya tidak ikut Yah! Katanya jam tujuh nanti ada jadwal les. Tadi sudah bilang sama Ibu." Jawab Mirna.
"Hmm.. Si Raya masih hobi saja ngumpulin receh! Ngapain sih capek-capek les privat segala. Mending dia sekolah yang bener aja nanti bisa magang di kantorku. Gajinya lumayan besar daripada jadi guru les yang tidak seberapa itu." Cetus Dira mencibir pekerjaan adiknya. Sombong.
"Dira, tidak baik berkata seperti itu. Biarkan dia melakukan apa yang dia suka selagi itu dalam hal positif. Ayah tidak mau mendengar kamu merendahkan pekerjaan Raya. Biarpun bayarannya tidak seberapa tapi itu hasil kerjanya bukan hasil menipu orang. Ayah selalu mendukung apapun pekerjaan kalian termasuk Raya yang menjadi guru les. Dia masih sekolah tapi sudah berani mengambil resiko sebagai guru. Menjadi guru itu tidak mudah seperti yang kita bayangkan. Jadi saling menghargai satu sama lain." Nasehat Faizal yang langsung menegur putri nya itu.
"Baik Ayah, maaf!" Dira tidak berani membantah sang Ayah sembari merutuki dirinya yang keceplosan merendahkan Pekerjaan Raya di hadapan sang Ayah.
"Sudah yuk, kita berangkat! Sudah mau jam tujuh ini. Jangan sampai calon besan menunggu terlalu lama." Ucap Mirna. Berusaha menetralkan suasana.
*
*
Abian turun lebih dulu dari mobil kemudian berjalan menutari badan mobilnya untuk membukakan pintu untuk Ibunya.
Kedua anak dan Ibu itu memasuki restoran yang cukup terkenal di kota itu.
Tiba di pintu Restoran mereka langsung di sambut oleh pelayan dan langsung di arahkan ke meja yang telah di reservasi oleh Abian sebelumnya.
"Mereka belum tiba, syukurlah kita tidak terlambat." Ucap Hesti sembari duduk di kursi yang sudah di tarik oleh Abian. Abian begitu menyayangi Ibunya. Orangtua satu-satunya yang tersisah di dunia ini.
"Iya Ma, kita kecepatan keknya." Timpal Abian usai ikut mendudukkan dirinya di sebelah sang Ibu.
"Nggak apa-apa laki-laki duluan itu bagus Nak. Itu melambangkan jika kamu adalah orang yang bertanggung jawab." Balas Hesti sembari mengulas senyum manisnya.
Tidak berapa lama Keluarga Faizal tiba di Restoran itu. Dengan di antar oleh seorang pelayan menuju meja dimana Hesti dan Abian sudah berada di sana.
"Halo! Maaf jeng, kita sedikit terlambat!" Suara seorang wanita yang tiada lain adalah Mirna membuat Abian dan Hesti mengangkat kepala mereka. Hesti dan Abian kompak berdiri dari kursinya masing-masing. Menyambut kedatangan keluarga Faizal.
"Tidak apa-apa, kami juga baru tiba kok!" Sahut Hesti bercipika-cipiki dengan Mirna. Kemudian Hesti mempersilahkan mereka duduk.
Abian juga bersalaman dengan Faizal calon Ayah mertuanya.
"Kenalin jeng, ini anak kami yang bernama Dira, yang akan di jodohkan dengan nak Abian." Tukas Mirna sembari merangkul bahu Dira yang memasang senyum manisnya. Walaupun sedikit terpaksa.
"Halo Tante saya Dira!" Adira menyalim tangan Hesti seraya menyebutkan namanya.
Hesti pun menyambutnya dengan ramah "Cantik sekali putrinya." Puji Hesti. Yang sukses membuat Dira tersipu malu. Sedikit bangga kendirinya sendiri karena kecantikannya di akui oleh Hesti. Narsis
"Ini anak Tante namanya Abian. Hesti mencolek lengan Abian yang ada di sampingnya.
Abian pun mengulur kan tangannya berkenalan dengan Dira dengan saling menyebutkan nama mereka satu sama lain
"Ganteng juga ternyata!" Batin Dira saat bersalaman dengan Abian.
Makan malam yang begitu berkesan. Dengan membahas banyak hal terutama tentang kesiapan Abian dan Dira tentang perjodohan ini. Apakah keduanya saling menerima.
Keduanya pun di beri waktu untuk mengobrol berdua. Dengan Abian mengajak Dira berpindah meja.
Makan malam di akhiri dengan kesepakatan jika anak-anak mereka akan menikah tiga minggu lagi. Abian maupun Dira juga telah menyetujui keputusan dari orang tua mereka itu.
*******
Sepanjang jalan pulang senyum Hesti tidak luntur. Menggambarkan jika perasaan wanita paru baya itu tengah bahagia malam ini. Abian yang melihat Ibunya sebahagia itu pun juga ikut senang. Apapun yang membuat Ibunya bahagia akan ia lakukan. Baginya kebahagiaan sang Ibu di atas segalanya untuk saat ini karena dirinya belum menikah.
"Mama bahagia banget keknya. Dari keluar resto sampai sekarang senyum-senyum terus nih!" Goda Abian yang senang melihat sang Ibu bahagia.
"Iya dong, Mama bahagia sekali malam ini. Akhirnya amanah Papa kamu akan segera terlaksana. Selain itu juga Mama bahagia karena sebentar lagi Anak bujang Mama ini bakal laku." Balas Hesti yang terkekeh di akhir kalimatnya.
Sementara Abian hanya tersenyum seraya geleng-geleng kepala dengan tingkah Ibunya itu yang selalu berpikir jika dirinya tidak laku.
*
*
Dira melempar Tas mahal nya ke sembarang arah kemudia melempar tubuhnya ke atas tempat tidur dengan memandang langit-langit kamarnya.
"Hm, ganteng sih iya, tapi... Diliat dari outfitnya sepertinya biasa saja." Dira menghela nafasnya mencoba membandingkan dirinya dengan calon suaminya.
Dira meraih Tas mahal yang di lemparnya tadi. Mencari ponselnya dan menghubungi nomor Abian calon suaminya. Keduanya saat makan malam tadi sempat bertukar nomor ponsel.
Dira["Mas Bian, ini Dira. Bisa nggak besok kita ketemuan?"]
Sedetik dua detik Dira masih menunggu balasan dari Abian.
Tring!!
Abian["Iya Dira, boleh saja. Mau jam berapa dan di mana?"] Balas Abian.
Dira["Jam pulang kantor saja mas. Nanti aku chat alamatnya!"]
Abian["Oke!"]
*******
"Ayah, Ibu lihat-lihat jeng Hesti sekarang ini kehidupannya jauh berbeda ya sama yang dulu!. Tidak seperti saat suaminya masih hidup. Mereka kelihatan sekali jauh berkecukupan. " Tukas Mirna yang mengomentari penampilan Hesti yang terlihat sederhana saat makan malam tadi.
Mirna sedikit heran dan penasaran. Dan sekarang hal itu ia ungkapkan pada suaminya.
"Hesti memang sederhan Bu. Dari dulu juga begitu-begitu saja penampilannya. Walaupun mereka kaya tapi tidak berlebihan." Sahut Faizal seraya memperbaiki letak kaca mata bacanya yang sedikit melorot tanpa menatap istrinya.
"Beda Yah, sekarang tuh Ibu lihat seperti memang tidak sekaya dulu kehidupannya. Apa kita tidak salah menjodohkan Dira sama Abian Yah?" Mirna masih kekeuh dengan pendapatnya tentang kehidupan Hesti calon besannya itu.
"Maksud Ibu apa? Salah menjodohkan Dira bagaimana? Abian pemuda yang baik, yang bertanggung jawab. Apanya yang salah? Jangan menilai baiknya seseorang itu dari materinya Bu! Belum tentu yang berharta itu mampu bertanggung jawab pada keluarganya." Balas Faizal lagi sembari membalik halaman bukunya yang sudah selesai dia baca.
"Tapi kan kita sebagai orang tua wajib memastikan masa depan anaknya dengan baik Ayah. Dan Ibu sedikit ragu jika....."
"Masalah harta mereka bisa sama-sama mencarinya nanti setelah menikah. Tidak melulu kebahagiaan itu di ukur dengan harta. Ayah yakin putri kita akan bahagia bersama Abian nantinya." Tegas Faizal sembari meletakkan bukunya di atas nakas di samping tempat tidurnya. Sudah tidak tertarik melanjutkan baca bukunya mendengar kata-kata istrinya itu.
"Tapi Ayah!"
"Sudahlah Bu, ini sudah malam. Ayah sudah ngantuk mau tidur. Sebaiknya Ibu juga segera tidur jangan terlalu memikirkan hal-hal yang tidak penting." Potong Faizal sembari menarik selimut hingga menutupi separuh tubuhnya dan memejamkan kedua matanya.
Mirna hanya bisa menghela nafasnya dengan ketegasan suaminya itu. Tak berapa lama Mirna pun ikut naik ke tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀ɴᴏνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Dari sini bisa dilihat kalau sifat matre Dira menurun dari bu Mirna. Huum nggak akan cocok tuh Dira sama Abian batalkan saja.. nanti sama Raya saja yang sederhana 🤣🤣🤣
2025-07-23
1
🅶🅴🅽🅳🅴🆁🆄🆆🅾❤️⃟Wᵃf
coba dah atur aja lah kondisi abian itu jdi lusuh biar biar kluar sifat asli mrk gmbar soal harta
ga setuju aq sma mrk
dayang, ubahlah kisah mrk 🦖
2025-07-25
1
🍁Angel𝐀⃝🥀❣️
diihhh emak satu iniii....... kyaknya menilai seseorang cma dari penampilan dahhhhh....
hadeeeh.... tapi bodo amat dahhh cma di dumay ini.. suka-suka author lah 🤣🤣🤣🤣🤣🤣...
2025-07-23
1