BAB 3 Gombalan yang Mengendap Jadi Dendam

Raka
Raka
(06.03) "Nad, tahu nggak bedanya kamu sama matematika?"
> (Tidak dibalas)
Raka
Raka
(06.06) "Kalau matematika bisa aku hitung, tapi rasa ini nggak bisa aku ukur."
> (Centang dua. Masih tidak dibalas)
Raka
Raka
(06.12) "Oke. Gombalan terakhir minggu ini. Atau... seumur hidup kali, ya."
--- 🏫 Di Sekolah
Langkah kaki Raka terdengar pelan memasuki koridor kelas. Biasanya dia datang lebih dulu, duduk paling depan, dan selalu memulai hari dengan satu jokes receh buat Nadia. Tapi hari ini?
Tidak ada celetukan. Tidak ada panggilan "Nad, Nad" dengan suara noraknya. Hari ini, Raka berjalan melewati bangkunya sendiri.
Rio mendongak, kaget.
Rio
Rio
Lu ngapain duduk di belakang, Rak?
Raka hanya mengangkat alis.
Raka
Raka
Mau nyobain jadi bayangan. Kan cahaya udah punya tuannya.
Rio
Rio
Lu nyindir siapa?
Raka
Raka
Kalau yang nyindir nyadar, berarti tepat sasaran.
--- 🗣️ Di Sisi Lain
Nadia memperhatikan dari jauh. Sesuatu terasa berbeda. Biasanya Raka bakal langsung nyamperin dan mengoceh soal hal-hal absurd.
Tapi hari ini?
Dia bahkan tak menoleh.
Nia memukul pelan lengannya.
Nia
Nia
Eh, lu nungguin dia nyapa ya?
Nadya
Nadya
Apa sih
Jawab Nadia pelan.
Nia
Nia
Lu sadar nggak sih? Dulu lu yang selalu dicari. Sekarang, lu yang nyari."
--- 📱 Chat Grup (Geng Sekolah)
Rio
Rio
"Eh guys, Raka kenapa ya? Kok diem mulu."
temen sekolah raka
temen sekolah raka
"Iya, biasanya dia nge-spam jokes tiap jam."
Nia
Nia
"Fix. Badutnya patah hati."
Nadya
Nadya
"..."
Nadya
Nadya
"Dia masih suka bercanda. Tapi sekarang cuma ke dirinya sendiri."
Raka mulai berubah. Dia tetap hadir, tapi tanpa energi.
Murid lain merasa sekolah jadi lebih... tenang.
Tapi Rio tahu, itu bukan ketenangan. Itu kekosongan.
Dulu Raka adalah noise yang menyenangkan. Sekarang dia sunyi yang menyiksa.
Dan Nadia...
Perlahan merasa kehilangan sesuatu.
Bukan Raka.
Tapi versi Raka yang selalu memprioritaskannya.
--- 📷 Story IG Raka
📸 Foto buku fisika terbuka, dengan tulisan kecil di pojok kertas:
Raka
Raka
Kamu adalah variabel yang terus aku substitusi. Tapi tiap aku masukkan ke rumus hidupku, hasilnya tetap nol.
--- 💬 DM Nadia → Raka
Nadya
Nadya
(20.05) "Rak... kamu kenapa sih?"
> (Dibaca)
Nadya
Nadya
(20.07) "Kalau aku salah, bilang aja. Jangan diem gini terus."
> (Dibaca. Tidak dibalas)
Nadya
Nadya
(20.12) "Aku kangen kamu yang cerewet. Yang lucu. Yang selalu gangguin aku."
> (Dibaca… masih sunyi)
🧠 Monolog Raka
Raka
Raka
"Aku bukan marah. Aku cuma muak. Bukan sama kamu. Tapi sama harapan yang aku ciptain sendiri."
Raka
Raka
"Aku sadar, perasaan itu bukan buat dilawak-lawakin. Tapi ternyata, sekalinya aku serius, aku jadi badut yang kehilangan tawa."
--- 📝 Catatan di Buku Harian Raka
Raka
Raka
> "Tadinya aku kira, lucu bisa bikin orang jatuh cinta. Tapi ternyata, cinta nggak butuh lawakan. Cinta cuma butuh... saling."
--- 📱 Chat Terakhir Hari Itu
Raka
Raka
(23.59) "Besok aku bakal duduk paling belakang lagi. Bukan karena aku pengen nyembunyiin diri, tapi karena aku pengen belajar ngelihat kamu... tanpa pengen nyamperin lagi."
Menggambarkan perubahan emosional Raka setelah mulai benar-benar menjauh. Ia berhenti bercanda, mulai meluapkan perasaannya secara implisit lewat tulisan dan tindakan. Nadia mulai menyadari kehadiran Raka yang perlahan memudar.
To be continued.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!