YANG TIDAK SUKA DAN SUKA

Rapat staf pagi itu berjalan lebih senyap dari biasanya. Ruang kecil bermeja panjang yang biasanya dipenuhi tawa dan obrolan ringan kini hanya berisi suara kipas angin dan gesekan pena.

Kirana duduk di antara Dina dan seorang perawat senior bernama Bu Reni — sosok YANG berwajah tajam, berkacamata bulat, dan terkenal galak DI Puskesmas ini. Sejak Kirana masuk dua minggu lalu, tatapan Bu Reni padanya tak pernah benar-benar ramah.

“Baik,” kata dr. Raka membuka rapat, “kita mulai dengan evaluasi program imunisasi dan layanan ANC minggu ini.”

Setelah data disampaikan, Raka mempersilahkan siapapun memberi masukan. Kirana, yang sudah mencatat beberapa hal penting, angkat tangan pelan.

“Saya ada saran sedikit, Dok,” ucapnya sopan.

“Ya. Silahkan dokter Kirana,”

“Kalau boleh, jadwal pelayanan ANC bisa kita geser ke sore hari sekali seminggu. Supaya ibu-ibu yang kerja di ladang pagi bisa tetap ikut pemeriksaan.”

Beberapa staf saling pandang. Bu Reni langsung menyelutuk, “Memangnya ibu-ibu di sini mau keluar sore-sore? Mereka bukan warga kota yang punya babysitter.”

Beberapa tertawa kecil.

“Sore hari itu juga di luar jam kerja! Kita-kita kan juga punya tanggung jawab di rumah masing-masing, Dok!” sambung yang lain.

Kirana tersenyum tipis. “Saya hanya menyampaikan apa yang saya dengar langsung dari pasien. Mereka bilang repot datang pagi karena harus bantu panen atau masak untuk keluarga besar,” jawab Kirana. “Soal jam sore, saya bisa meluangkan waktu kok!”

Raka menanggapi datar, “Ide yang masuk akal. Berhubung dokter Kirana bersedia, ya… kita coba jajaki minggu depan.”

Bisik-bisik terdengar, namun Raka melanjutkan rapat itu dengan topik lain.

Selesai rapat, Kirana melangkah  ke ruang tindakan,  mempersiapkan alat untuk pemeriksaan pasien. Dina mengikuti di belakangnya.

“Kamu keren tadi, Kir. Tetap tenang padahal Bu Reni udah kayak mau telan orang.”

Kirana tertawa kecil. “Sepertinya di nggak suka aku, ya kan?”

Dina tampak berpikir sejenak, “Ya… nggak cuma dia sih.” Dina menunduk sambil menggaris buku register di meja nya. “Kamu dokter, dari kota, cantik, akrab sama Kepala Puskesmas. Itu udah cukup bikin beberapa orang merasa... apa namanya? Mmm… iri.Semacam itulah.”

Kirana menghela napas lalu bersandar pada kursi nya. “Padahal aku nggak minta dilirik atau nyari perhatian siapa-siapa. Aku cuma kerja.”

“Nah, itu dia masalahnya. Kamu kerja terlalu serius,” bisik Dina sambil nyengir. “Di sini, yang terlalu semangat suka dianggap cari muka.”

Kirana hanya bisa tersenyum. Tapi saat ia masuk ke ruang tindakan, ia menemukan sesuatu yang membuat senyumnya hilang.

Stetoskopnya tidak ada.

Ia yakin betul meletakkannya di atas meja periksa semalam. Tapi kini menghilang begitu saja. Ia mencari ke sudut-sudut ruangan, lemari, bahkan di bawah meja — nihil.

Dina ikut membantu mencari. “Ini nggak mungkin hilang sendiri…”

Kirana menahan degup jantungnya. “Aku tahu siapa yang terakhir keluar dari sini semalam,” gumamnya.

Saat istirahat siang, Kirana menyusul ke ruang makan staf. Beberapa perawat dan bidan duduk sambil menyantap nasi bungkus. Bu Reni duduk di ujung, mengaduk teh manis dalam gelas kaleng.

“Permisi,” kata Kirana pelan. “Ada yang lihat stetoskop saya? Warna hitam, ada inisial di bagian kepala: ‘K.A.’”

Semua terdiam. Hanya bunyi sendok mengenai wadah plastik yang terdengar.

Lalu Bu Reni menoleh, senyumannya tipis. “Kalau barang hilang, itu tandanya belum cocok sama tempat ini. Atau mungkin barangnya memang nggak berjodoh sama pemiliknya.”

Dina berdiri. “Bu Reni—”

“Dina,” potong Kirana cepat. Ia menatap Bu Reni sambil tersenyum sopan. “Kalau memang belum berjodoh, semoga bisa ketemu lagi di waktu yang tepat.”

Kirana berbalik pergi. Tapi di balik langkah tenangnya, ada perasaan perih yang ia telan diam-diam.

***

Sore harinya, saat ia kembali ke rumah dinas, Dina menyusul sambil tergopoh.

“Kir! Kamu harus lihat ini!”

Dina menyerahkan sesuatu yang ia bawa dalam kantong plastik bening — stetoskop Kirana. Tergeletak di pojok gudang obat yang jarang dipakai.

“Ada yang nyelipin ke sana. Jelas banget disembunyikan.”

Kirana memandangi alat itu lama. Lalu ia menatap Dina dan tersenyum. “Aku nggak akan balas mereka. Namanya juga hidup. Pasti banyak tantangan.”

***

Siang itu,

Suara tawa bocah-bocah terdengar dari halaman belakang Puskesmas. Kirana yang sedang merapikan data imunisasi menoleh ke luar jendela. Matanya menangkap pemandangan yang membuat bibirnya terangkat sedikit — sekelompok anak usia SD bermain benteng-bentengan sambil saling mengejek lucu.

Di tengah mereka, seorang anak laki-laki berbadan kecil tapi suaranya paling lantang, tiba-tiba jatuh tersandung batu. Ia menangis keras, lututnya lecet dan berdarah.

Tanpa pikir panjang, Kirana berlari keluar membawa kotak P3K. “Ayo, sini. Kakak bersihkan dulu ya,” ujarnya lembut.

Anak itu terisak tapi mengangguk, matanya besar dan berkaca-kaca.

“Namanya siapa?”

“F... Farhan,” jawabnya dengan cegukan.

“Oke, Farhan yang pemberani. Nggak boleh nangis ya. Nih, Kakak semprot dulu...”

“Aw! Sakit!”

“Tahan dikit, bentar lagi sembuh. Farhan mau jadi pendekar kan, bukan ayam kampung?”

Anak-anak lain tertawa. Farhan meringis, tapi ikut tertawa juga. Tangisnya reda, dan tak lama kemudian ia kembali berlari ke teman-temannya, meski jalannya masih pincang sedikit.

Sore itu, Kirana duduk di pinggir teras dengan satu kotak kecil di pangkuannya. Di sekelilingnya, enam anak berbaris — menunggu giliran dibersihkan luka, diperiksa kuku, bahkan dicek kutu rambut. Mereka datang dengan sukarela, bukan karena sakit, tapi karena mulai percaya.

“Kak Kirana itu kayak malaikat,” celetuk salah satu gadis kecil.

“Bukan malaikat, dia dokter,” sanggah temannya.

“Dokter itu bisa jadi malaikat, asal baik.”

Kirana tertawa. “Eh, kalian jangan suka lebay! Ini yang ngomong pasti belum cuci kaki pas tidur, ya?”

Gelak tawa pecah.

Dari kejauhan, Dina memperhatikan sambil membawa dua gelas teh manis. Ia duduk di samping Kirana dan menyodorkan satu gelas.

“Lihat tuh. Satu desa boleh aja bisik-bisik soal kamu, tapi anak-anak ini nggak bisa bohong.”

Kirana menerima gelas itu. “Mereka nggak menilai dari aku lulusan mana. Atau dekat sama siapa. Mereka cuma lihat: aku bantu atau nggak.”

Dina mengangguk. “Dan kadang, suara anak-anak bisa lebih nyaring dari mulut orang dewasa.”

Saat matahari hampir tenggelam, seorang ibu muda menghampiri Kirana dengan malu-malu. Ia membawa bungkusan daun pisang berisi lapek bugih — kue manis khas Sumatera Barat.

“Ini... dari saya, Dok. Tadi anak saya cerita Kak Kirana nolongin dia. Terima kasih banyak, ya.”

Kirana tersenyum. “Wah, ini favorit saya! Terima kasih banyak, Bu.”

Ibu itu tertawa kecil, lalu berbalik dan pergi dengan langkah ringan. Kirana memandangi bungkusan itu sejenak. Hatinya hangat. Mungkin tidak semua orang akan langsung menerima. Tapi satu demi satu... pintu itu mulai terbuka.

***

Terpopuler

Comments

Purnama Pasedu

Purnama Pasedu

senangnyaaa

2025-07-15

1

lihat semua
Episodes
1 Asap Kopi, Jalan Berliku dan Pimpinan yang Dingin
2 Tantangan Pertama
3 PANGGILAN DI MALAM HARI
4 TEGURAN ADAT
5 YANG TIDAK SUKA DAN SUKA
6 KISAH RAKA
7 KUNJUNGAN RUMAH DI JALANAN LICIN
8 MEMBUKTIKAN DENGAN TINDAKAN
9 BANGUNAN TUA
10 KISAH ANNA VAN WIJK
11 MULAI MENYUSURI
12 RASA PENASARAN RAKA
13 TUBUHKU DI SINI, JIWAKU DI SANA
14 MISTERI DIBALIK PENEMUAN ITU
15 MATAHARI DARI BARAT
16 MENCARI JEJAK
17 PETUNJUK TIGA BATU
18 DUNIA LAIN
19 TABIB DI TENGAH PEPERANGAN
20 MULAI MENCARI
21 IDENTITAS PRIA TUA ITU
22 TABIB AGUNG
23 PERTEMUAN RAKA DAN KIRANA
24 SANG ELYSIUMA
25 RUANG SIMETRI WAKTU
26 MISI BELUM SELESAI
27 EKSPEDISI PERTAMA
28 SERANGAN MUSUH
29 PEPERANGAN YANG TAK BISA DIHINDARI
30 BERSEMBUNYI DI GUA
31 MENYUSURI JALAN
32 BAYANGAN NAGA DAN MAHKOTA GUNUNG
33 JALAN KELUAR
34 MENGATUR STRATEGI
35 API DI TENGAH LEMBAH
36 SIDANG API DAN BAYANGAN
37 UJIAN YANG TIDAK DIAKUI
38 PERUNDINGAN
39 MENCARI PERUT NAGA
40 KEPUTUSAN SUKU BAR-BAR
41 KEBIMBANGAN LEONTES
42 KERINDUAN KIRANA
43 PERNIKAHAN AGUNG
44 MELANJUTKAN MISI
45 ARMADA BERLAYAR
46 PERTARUNGAN DENGAN PENJAGA PINTU
47 DARATAN YANG SALAH
48 DI PERSINGGAHAN
49 API DARI PEDALAMAN
50 API DAN CAHAYA
51 RAHASIA LELUHUR
52 BAYANGAN MASA LALU
53 MENUJU SWARNADWIPA
54 GUNUNG MARAPI
55 MAHARAJA DIRAJA
56 DI BALIK DENTUMAN MERIAM
57 PERTEMUAN KEMBALI
58 BERJUMPA SANG PRESIDEN
59 KERIS DATUK KATUMANGGUNGAN
60 PENYERGAPAN
61 MENUJU DARMASRAYA
62 MEMBAGI LANGKAH
63 HARIMAU PENJAGA
64 PERTOLONGAN RAKA DAN KIRANA
65 SIBUNIAN
66 PERSINGGAHAN DI NAGARI ABAI
67 SAMPAI DI BIDAR ALAM
68 MENUJU GUA WARNA WARNI
69 RAHASIA GUA WARNA WARNI
70 SIMPUL TAKDIR
71 HARI YANG SAMA NUANSA BERDEDA
72 JEJAK YANG TERSISA
73 PERTEMUAN DI GUA BATU BUNDO
74 TEKAD BARU
75 LANGKAH AWAL
76 KABAR DAN TAKDIR
77 HARI PERTAMA
78 PARA BEBEK
79 TEGURAN dr.RAKA
80 OPERASI PERTAMA
81 JALAN HIDUP YANG DIPILIH
82 DI ANTARA SUNYI DAN RIUH KOTA TUA
83 PRESENTASI KASUS PERTAMA
84 PRIA DI BALIK PINTU
85 MIMPI BERALIH NYATA
86 NAMANYA ARUMI
87 SITUASI YANG MENYESAKKAN
88 TATAPAN YANG TAK TERUCAP
89 PUJIAN UNTUK KIRANA
90 DI BAWAH WARUNG TENDA
91 PERBINCANGAN MENDALAM
92 RESONANSI
93 DI BAWAH TATAPAN RAKA
94 MIMPI TERASA NYATA
95 DI BATAS KESADARAN
96 KEGELISAHAN ARUMI
97 RAHASIA MILIK MEREKA
98 RIAK DI BALIK RUANG BEDAH
99 SUASANA BARU
100 PERJALANAN KE MANDEH
101 RAHASIA YANG DISIMPAN
102 SETELAH BADAI
103 KEMBALI KE AKTIVITAS
104 AWAL DAN AKHIR
105 LONGSOR SITINJAU LAUT
106 PENGAKUAN
107 PERJALANAN PULANG
108 RAHASIA KITA
109 DI ANTARA WAKTU YANG BERLARI
110 UJIAN PERTAMA HUBUNGAN MEREKA
111 TEKAD RAKA
112 PENOLAKAN DAN TAKDIR
113 PERTEMUAN KELUARGA
114 pengumuman istirahat
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Asap Kopi, Jalan Berliku dan Pimpinan yang Dingin
2
Tantangan Pertama
3
PANGGILAN DI MALAM HARI
4
TEGURAN ADAT
5
YANG TIDAK SUKA DAN SUKA
6
KISAH RAKA
7
KUNJUNGAN RUMAH DI JALANAN LICIN
8
MEMBUKTIKAN DENGAN TINDAKAN
9
BANGUNAN TUA
10
KISAH ANNA VAN WIJK
11
MULAI MENYUSURI
12
RASA PENASARAN RAKA
13
TUBUHKU DI SINI, JIWAKU DI SANA
14
MISTERI DIBALIK PENEMUAN ITU
15
MATAHARI DARI BARAT
16
MENCARI JEJAK
17
PETUNJUK TIGA BATU
18
DUNIA LAIN
19
TABIB DI TENGAH PEPERANGAN
20
MULAI MENCARI
21
IDENTITAS PRIA TUA ITU
22
TABIB AGUNG
23
PERTEMUAN RAKA DAN KIRANA
24
SANG ELYSIUMA
25
RUANG SIMETRI WAKTU
26
MISI BELUM SELESAI
27
EKSPEDISI PERTAMA
28
SERANGAN MUSUH
29
PEPERANGAN YANG TAK BISA DIHINDARI
30
BERSEMBUNYI DI GUA
31
MENYUSURI JALAN
32
BAYANGAN NAGA DAN MAHKOTA GUNUNG
33
JALAN KELUAR
34
MENGATUR STRATEGI
35
API DI TENGAH LEMBAH
36
SIDANG API DAN BAYANGAN
37
UJIAN YANG TIDAK DIAKUI
38
PERUNDINGAN
39
MENCARI PERUT NAGA
40
KEPUTUSAN SUKU BAR-BAR
41
KEBIMBANGAN LEONTES
42
KERINDUAN KIRANA
43
PERNIKAHAN AGUNG
44
MELANJUTKAN MISI
45
ARMADA BERLAYAR
46
PERTARUNGAN DENGAN PENJAGA PINTU
47
DARATAN YANG SALAH
48
DI PERSINGGAHAN
49
API DARI PEDALAMAN
50
API DAN CAHAYA
51
RAHASIA LELUHUR
52
BAYANGAN MASA LALU
53
MENUJU SWARNADWIPA
54
GUNUNG MARAPI
55
MAHARAJA DIRAJA
56
DI BALIK DENTUMAN MERIAM
57
PERTEMUAN KEMBALI
58
BERJUMPA SANG PRESIDEN
59
KERIS DATUK KATUMANGGUNGAN
60
PENYERGAPAN
61
MENUJU DARMASRAYA
62
MEMBAGI LANGKAH
63
HARIMAU PENJAGA
64
PERTOLONGAN RAKA DAN KIRANA
65
SIBUNIAN
66
PERSINGGAHAN DI NAGARI ABAI
67
SAMPAI DI BIDAR ALAM
68
MENUJU GUA WARNA WARNI
69
RAHASIA GUA WARNA WARNI
70
SIMPUL TAKDIR
71
HARI YANG SAMA NUANSA BERDEDA
72
JEJAK YANG TERSISA
73
PERTEMUAN DI GUA BATU BUNDO
74
TEKAD BARU
75
LANGKAH AWAL
76
KABAR DAN TAKDIR
77
HARI PERTAMA
78
PARA BEBEK
79
TEGURAN dr.RAKA
80
OPERASI PERTAMA
81
JALAN HIDUP YANG DIPILIH
82
DI ANTARA SUNYI DAN RIUH KOTA TUA
83
PRESENTASI KASUS PERTAMA
84
PRIA DI BALIK PINTU
85
MIMPI BERALIH NYATA
86
NAMANYA ARUMI
87
SITUASI YANG MENYESAKKAN
88
TATAPAN YANG TAK TERUCAP
89
PUJIAN UNTUK KIRANA
90
DI BAWAH WARUNG TENDA
91
PERBINCANGAN MENDALAM
92
RESONANSI
93
DI BAWAH TATAPAN RAKA
94
MIMPI TERASA NYATA
95
DI BATAS KESADARAN
96
KEGELISAHAN ARUMI
97
RAHASIA MILIK MEREKA
98
RIAK DI BALIK RUANG BEDAH
99
SUASANA BARU
100
PERJALANAN KE MANDEH
101
RAHASIA YANG DISIMPAN
102
SETELAH BADAI
103
KEMBALI KE AKTIVITAS
104
AWAL DAN AKHIR
105
LONGSOR SITINJAU LAUT
106
PENGAKUAN
107
PERJALANAN PULANG
108
RAHASIA KITA
109
DI ANTARA WAKTU YANG BERLARI
110
UJIAN PERTAMA HUBUNGAN MEREKA
111
TEKAD RAKA
112
PENOLAKAN DAN TAKDIR
113
PERTEMUAN KELUARGA
114
pengumuman istirahat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!