Tiga

Ture mengendarai motornya kembali ke rumah dengan rasa yang sangat sakit. Terlihat inangnya mencoba mengusap kening Tiur agar dapat bertaha. "Tiur, tenanglah, Inang tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu." ia mengecupi kening borunya dengan rasa cemas.

Suara motor yang dikendarai oleh Ture sudah tiba didepan rumah. "Inang, sudahlah, ayo kita ke rumah sakit, biar aku yang bonceng." gadis belia itu memasuki rumah dengan wajah yang kalut.

"Kemana bapakmu?"

"Sudahlah, Inang, tak bisa diharapkan tu Amang, kita ke klinik terdekat saja, aku takut terjadi sesuatu dengan si Tiur." Ture membantu sang inang mengangkat tubuh adil perempuannya ke atas jok motor dan mendudukkannya ditengah.

"Apakah Bapakmu tidak terbuka hatinya sedikitpun?" Rumondang masih mempertanyakan hal yang seharusnya ia sudah tahu jawabannya.

Ture tak ingin lagi menjawab pertanyaan inangnya karena hanya akan menambah sakit dihatinya.

Gadis belia dengan rambut lurus sebahu, hidung bangur dan kulitnya yang putih mengikuti gen ibunya itu membawa motor melintasi jalanan beraspal

Kehidupannya yang rumit dan pelik harus ia jalani dengan segala penderitaannya. Sebab dalam adat budaya yang mereka anut, tidak perceraian meski sehancur apapun kehidupan rumah tangga, kecuali kematian yang memisahkan.

Dengan perasaannya yang sakit, mereka membawa Tiur ke klinik terdekat. Ketika hampir sampai, motor yang mereka kendarai mengalami mati mesin karena terlalu lama tidak ganti oli hingga kerung kerontang.

"Alamak, Inang. Mati pula keretanya. Mungkin habis bensinnya (pertalite), apa juga olinya yang kering," Ture tampak bingung dengan kondisi saat ini. Sedangkan jarak ke klinik masih sekita lima ratus meter lagi.

Tiut yang terlihat semakin kejang, membuat Rumondang tak dapat berfikir. Ia membopong tubuh Tiur turun dari jok motor, lalu berjalan cepat untuk mencapai klinik.

Ture tak dapat mengatakan appaun, sebab ia juga bingung harus memgatakan apa.

Rumondang sudah terbiasa memanggul kol seberat lima puluh kilo, jika hanya mengangkat Tiur yang berbobot 30 kg saja, maka itu hal yang sangat mudah baginya.

Ture mencoba menghubungi Tulangnya (Pamannya), ia berharap dapat memecahkan masalah yang sedang dialaminya.

Ia mengambil ponselnya, lalu menggulir kontak dengan nama Tulang Lumban.

Ia menekan kontak tersebut, dan panggilan tersambung. "Aha do Bereku? (Ada apa keponakanku).

"Tulang, bere mau minta tolong. Keretaku mati, Inang bejalan ke klinik menggendong Tiur, bisa Tulang datang untuk memboncengkan inang?" ucap Ture dengan rasa penuh harap.

"Alamaaaak, Tulang sudah berangkat ke Riau bawa hasil panen opung Tarigan sore semalam, ini baru siap bongkar." terdengar suara pria yang mana suasananya sangat bising, sepertinya sedang berada disebuah pasar.

"Aduh, bingung aku, Tulang. Mau minta tolong kemana lagi aku," Ture terlihat sangat putus asa.

"Ito-mu si Togar kemana? Kenapa dia itu tak bisa diandalkan, sama saja seperti amangmu, menyusahkan. Kerja tak mau! Kalaupun jadi kernet sama Tulang, udah begaji dia," terdengar omelan dari pria diseberang sana yang merasa muak melihat kelakuan Ambolas yang tak lain adalah adik iparnya.

"Tak bisa diharapkan, Tulang. Pening kali kepalaku, mana keretaku mati, tak bawa uang pula ha!" keluhnya dengan perasaan perih.

"Yang tanasiblah hidupmu bere. Nanti Tulang kirim uang untuk buat bawa keretamu ke bengkel. Sudah dulu ya, Tulang masih ada kerjaan," ucapnya pada sang keponakan.

"Ya, Tulang." jawabnya dengan lemah.

Hitungan detik berikutnya, sebuah notifikasi masuk ke dalam dompet digitalnya dengan jumlah seratus ribu, dan Ture sedikit tersenyum, lalu mendorong motornya menuju bengkel terdekat.

Mentari yang mulai bersinar terik, membuat Ture sedikit tersengal dengan keringat yang bercucuran dikeningnya.

Terlihat sebuah bengkel milik seorang pemuda yang berusia dua puluh lima tahun sedang memperbaiki ban bocor milik salah satu pelanggan.

Melihat sang gadis mendorong motor ke bengkelnya dengan kesulitan, ia beranjak bangkit. "Aha do, Ito? (ada apa, Dik/bang--panggilan umum)"

"Gak tau aku, To. Mati tiba-tiba," Ture menjelaskan.

Pemuda bernama Agam itu membatu Ture untuk mendorong motornya kedalam bengkel. Kemudian ia memeriksanya. Ternyata bahan bakarnya habis, dan lebih parahnya lagi, olinya sudah kering kerontang.

Ia menggelengkan kepalanya. "Alamak, Ito, ini sudah parah kali ku tengok. Ini mau ganti piston," jelasnya.

Ture tercengang. Bahkan bisa dikatakan lemas. Mendengar hal itu, ia terdiam sejenak. "Mahal ya, Ito?" tanyanya dengan lirih.

"Lumayan mahal, dan tak bisa sehari dikerjakan, mungkin sekitar dua hari lagi, sebab abang mau belanja dulu bahannya," Agam menjelaskan.

Sontak saja hal itu membuat Ture semakin merasa lemah.

"Oh, aku tinggal dulu lah keretaku disini ya, To. Aku mau jumpai Inang dulu diklinik," ucapnya dengan nada bergetar, lebih tepatnya ingin menangis.

"Oh, iyalah. Tinggalkan saja nomormu, Ito. Nanti biar gampang aku menghubungi kalau sudah siap,"

Ture menganggukkan kepalanya. Lalu memberikan nomor ponselnya.

Setelah selesai memberikan nomor ponselnya, Ture berpamitan pada Agam, lalu berlari kecil menuju klinik, dan terlihat pemuda itu memandangi kepergian Ture dengan senyum yang sulit diartikan.

Ia selalu melihat gadis pulang dan pergi sekolah melintasi bengkelnya, namun tak memiliki keberanian untuk menyapa.

Disisi lain, Rumondang sudah berada diruang tunggu dan mengantri, masih ada satu orang lagi yang akan menjadi gilirannya.

Sedangkan Tiur terlihat sudah sangat kejang, kedua matanya menatap keatas dengan terbeliak.

"Oh, boruku, bertahanlah," ucapnya dengan rasa sedih.

Kini namanya dipanggil, dan Rumondang menggendong puterinya memasuki ruang pemeriksaan. Sedangkan Ture masih berlari untuk menemui inangnya.

Tiur dibaringkan diatas ranjang pasien, lalu dokter memeriksanya. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Saat ditanya apa keluhannya, Tiur sudah tak lagi dapat menjawab, sedangkan Rumondang juga bingung menjawab apa mula kejadiannya, sebab saat ia tinggalkan dikebun tidak ada masalah apapun.

"Sebaiknya kita rujuk kerumah sakit saja, Bu. Agar diketahui apa penyakitnya, sebab alat medis disini tidak ada, ini harus dialkukan scan." dokter perempuan itu mencoba memberikan surat rujukan.

"Bu, coba cari ambulance, agar Tiur dapat segera dibawa.

Seketika Rumondang terdiam. Ia bahkan lupa membawa dompetnya, dan disaat dalam kepanikan, tiba-tiba saja Tiur kembali mengejang hebat dengan mulut menganga, hal itu membuat wanita berusia empat puluh tahun itu semakin khawatir.

"Oh, Boruku, ada do." ucapnya sembari menangis.

Saat bersamaan, Ture masuk ke dalam ruang pemeriksaan, dan melihat adik perempuannya kritis, ia menghampirinya.

"Kita harus pesan ambulance, untuk membawa Tiur ke rumah sakit," ucap Rumondang dengan hati pilu.

"Kita pesan taksi online saja, Inang," sarannya.

"Tapi Inang tak membawa uang,"

"Ini ada Tulang kirim uang samaku tadi, biar ku pesan," gadis itu mengotak atik ponselnya, memesan taksi online sesuai rujukan klinik ke rumah sakit yang lengkap fasilitasnya

Namun saat melihat ongkos yang tertera, ia mendadak menciut. "Uangku tak cukup Inang," jawabnya lirih.

Rumondang menatap sang dokter. "Biaya pemeriksaan boruku tolong catat, nanti aku datang lagi kemari." ucapnya sembari mengangkat tubuh Tiur. Ia mengkin akan mengjentikan mobil truck untuk meminta tumpangan.

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

ya Allah... punya laki nggak guna banget ini... masalah datang bertubi-tubi... tanpa ampun menghajar kewarasan Rumondang... bersyukur banget Rumondang ini tidak gila ya Allah....
apa Rumondang ini kelahiran Jum'at Wage ya...😂😂🏃🏃🏃🏃

2025-07-12

5

⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndiniAndana

⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndiniAndana

Abang bengkel namanya Lumban, tulangnya namanya Lumban juga, laku kali nama Lumban ini bah /Hey/

2025-07-13

3

Yuli a

Yuli a

emang iya, katanya kalau orang sana nggak boleh cerai ya..selain matoy.. kalau nikah lagi juga nggak boleh.

trus gimana jadinya... cerai nggak boleh tuh...??? nungguin Rumondang mati pelan-pelan karena sakit hati..???😡😡😡

2025-07-12

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!