Resmi Menikah

Saat mobil berhenti di depan gedung acara pernikahan berlangsung, Intan menunggu di dalam mobil selama hampir dua puluh menit, dan tidak ada yang datang menemuinya.

Julian, sekretaris Sean sudah di pintu mobil, menunggu Intan untuk keluar. Mereka tidak diberi tahu bahwa Intan buta, dan sekretaris itu mengira Intan begitu angkuh sampai-sampai menunggu seseorang membukakan pintu untuknya, seperti wanita-wanita kaya manja lainnya yang sering dia temui.

"Wah, apa aku harus berurusan dengan perempuan yang bahkan tidak mau keluar dari mobil kalau tidak ada yang membukakan pintu untuknya? Aku kasihan padanya, tapi melihat betapa sombongnya dia, aku jadi tidak peduli lagi." Ucap Julian kesal.

Julian lalu berjalan ke pintu dan membukanya tanpa berkata apa-apa, dan Intan pun terdiam beberapa saat. Julian merasa semakin kesal karena Intan belum juga mau keluar dari mobil.

"Nyonya? Apakah Anda menunggu saya menggelar karpet merah?" Tanya Julian sinis.

"Apa? Oh, maaf. Papaku bilang dia akan datang untuk menyambut ku, tapi sepertinya dia juga lupa." Ucap Intan.

"Ugh, kau mau keluar atau tidak?" Julian semakin kesal.

"Bisakah kau membantuku?" Tanya Intan.

"Yang benar saja? Kenapa? Apa kau tidak bisa keluar sendiri? Kau buta, ya? Apa kau tidak lihat kalau aku sudah membukakan pintu untukmu?" Teriak Julian semakin kesal.

"Ya, aku memang buta. Bisakah kau membantuku sekarang?" Tanya Intan dengan tenang.

Julian kemudian menatap wajah Intan yang ditutupi kerudung tipis dan merasa malu atas perlakuannya.

"Maaf. Kami tidak diberi tahu bahwa Anda buta." Ucap Julian menyesal akan perlakuannya tadi.

"Tentu saja tidak. Papaku tidak akan mengungkapkan cacat pada suatu produk yang dijualnya sebelum menerima pembayaran." Balas Intan.

"Papa Anda menerima pembayaran dan mengatakan dia harus pergi karena ada urusan penting. Saya perlu memberi tahu atasan saya tentang hal ini. Bisakah Anda menunggu di sini?" Ucap Julian.

"Tentu saja! Aku akan menunggu. Lagipula tidak ada yang bisa aku lakukan." Balas Intan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pria yang diajak bicara oleh Intan sebelumnya tadi butuh waktu yang lama untuk kembali.

"Pak Driver? Apa kau masih di sini?" Tanya Intan pada supir mobil yang ditumpanginya.

"Ya, Nyonya." Jawab sopir itu.

"Bisakah kau menunjukkan jalan kepadaku menuju pintu masuk gedung ini?" Ucap Intan.

"Tentu saja, Nyonya!" Balas sopir itu.

Intan meletakkan tangannya di lengan sopir itu dan dia membawa Intan ke tempat yang diminta Intan tadi.

Intan lalu mengucapkan terima kasih dan mendengar langkah kaki sopir itu menjauh. Intan lalu melangkah beberapa langkah dan mendengar suara-suara, suara berat dengan nada jengkel yang kentara.

"Buta? Ini akan menghancurkan semua rencanaku, si brengsek itu sudah membohongiku. Aku akan membunuhnya karena sudah berani menipuku." Ucap Sean.

"Tidak perlu membunuhnya..."

Sean menoleh ke arah suara itu, seorang wanita bertubuh langsing berdiri di pintu dengan wajah terhalang cahaya, sehingga sulit untuk melihat wajahnya.

"Kau pikir kau siapa, ikut campur dalam sesuatu yang bukan urusanmu?" Ucap Sean kesal.

"Pak, ini calon istri Anda, Nyonya Intan Berlian." Ucap Julian.

Intan mengambil beberapa langkah hati-hati ke dalam gereja dan Sean akhirnya melihat wajahnya.

Intan memang wanita yang sangat cantik, tapi Sean tidak tertarik pada kecantikan. Dia membutuhkan seseorang untuk bertanggung jawab dan menjadi kambing hitam atas kedok yang diciptakan perusahaan untuk pencucian uang.

"Apakah kau mendengar semua yang kami katakan?" Tanya Sean.

"Ya, karena aku buta, bukan tuli!" Jawab Intan santai.

Sean mendekat dan memegang leher Intan begitu erat hingga Intan hampir kehilangan pijakannya.

"Kau merasa ini lucu ya? Singkirkan dia, orang cacat ini tidak akan berguna untukku." Ucap Sean pada Julian.

Ketika Sean melepaskan Intan, sambil melontarkan kata-kata itu, Intan mulai batuk dan menggosok lehernya.

"Tidak berguna? Serius? Itu bukan penghinaan terburuk. Apa yang bisa kau pikirkan? Kau harus mengambil kursus kilat dengan keluargaku, mereka tahu betul cara menghinaku. Begini, kau sudah membayarnya dan tidak akan menerima uang itu kembali lagi padamu. Bukankah akan merugikan jika kau menyingkirkan ku? Mengingat calon istri pertamamu bunuh diri. Jika aku menghilang, kecurigaan akan muncul di ranah publik." Ucap Intan.

"Lalu apa saranmu?" Tanya Sean.

"Sederhana, menikahlah denganku!" Jawab Intan dengan berani.

"Haha, kau bercanda!" Seru Sean tertawa mengejek.

"Apa masalahnya? Bagimu, aku hanyalah pengganti dari rencanamu." Ucap Intan.

"Dan apa yang ingin kau dapatkan dari pernikahan ini? Karena aku tahu kau pasti menginginkan sesuatu, mereka semua selalu menginginkannya!" Ucap Sean.

"Ya, tentu saja aku mau sesuatu." Balas Intan.

"Katakan padaku!" Titah Sean.

"Aku ingin balas dendam pada Papaku, adik perempuanku, dan mantan tunanganku." Ucap Intan.

"Aku bisa membunuh mereka, itu hanya masalah kecil." Balas Sean.

"Tidak! Aku tidak ingin kau menyakiti mereka, cukup ambil semua yang paling mereka hargai, uang, ketenaran, dan status. Lakukan itu, dan aku tidak keberatan dimanfaatkan untuk rencana jahat mu." Ucap Intan.

"Tahukah kau konsekuensi apa yang akan kau hadapi pada akhirnya?" Tanya Sean.

"Aku tidak punya apa pun lagi yang aku pedulikan." Jawab Intan.

"Bagus! Kalau begitu, kurasa kita bisa menikah." Ucap Sean.

"Hebat!" Seru Intan.

Intan mengulurkan tangannya kepada Sean, dan butuh beberapa detik untuk Sean menggenggamnya. Saat Sean menyentuh Intan, dia merangkul lengan Sean dan berjalan di sampingnya. Mereka pergi ke penghulu dan dia melakukan upacara singkat. Mereka menandatangani surat-surat dan meninggalkan gedung itu dalam keadaan menikah.

Sekretaris sekaligus tangan kanan Sean, Julian membantu Intan masuk ke mobil, dan begitu mereka masuk, Sean meminta Julian untuk mengantar mereka pulang ke rumah. Setibanya di sana, Intan kembali dibantu oleh Julian untuk turun dari mobil.

"Terima kasih banyak atas bantuanmu." Ucap Intan ramah.

"Kamar tidurnya ada di lantai dua. Lebih baik saya mengantar Anda ke sana." Ucap Julian.

"Dia bisa tinggal di kamar bawah." Ucap Sean.

"Tapi Pak, satu-satunya ruangan di lantai bawah adalah..."

"Aku tahu." Ucap Sean menyela Julian. "Tapi dia tidak akan ada di sini selamanya. Akan lebih baik baginya untuk tidak mematahkan lehernya jika jatuh dari tangga. Aku hanya memikirkan kesehatanmu, istriku tersayang." Ucap Sean.

"Haha, kau sama sekali tidak khawatir padaku, kau cuma berusaha menyembunyikan ku. Tapi aku tidak masalah dengan hal itu, tolong tunjukkan saja jalannya." Ucap Intan.

"Bi Lila..." Teriak Sean.

"Ya, Pak..." Balas seorang wanita berusia empat puluhan tahun bernama Bi Lila.

"Ini…

"Intan, namaku Intan Berlian, panggil saja Intan. Senang bertemu Anda." Ucap Intan.

Dia mengulurkan tangannya di depan Bi Lila, dan menatapnya dengan aneh tapi menjabat tangannya untuk memberi salam, dan Intan tersenyum.

"Dia akan jadi teman sekamar Bi Lila untuk sementara waktu. Dia akan butuh bantuan Bi Lila untuk berkeliling rumah ini." Ucap Sean.

"Tentu saja, Pak. Mari ikut saya, Nyonya. Saya akan membantu Anda." Ucap Bi Lila.

Intan mengulurkan tangannya ke arah suara Bi Lila, dan baru saat itulah Bi Lila menyadari mengapa bosnya mengatakan bahwa Intan butuh bantuan untuk bergerak.

Bersambung....

Episodes
1 Awal: Menerima Kenyataan
2 Resmi Menikah
3 Tanda Tangan
4 Berteman
5 Kisah Kelam
6 Insiden Kolam Renang
7 Mencium
8 Menonton Film
9 Mulai Ada Rasa
10 Drama Sean
11 Jatuh Sakit
12 Merawat Sean
13 Insiden Di Kamar Mandi
14 Kemarahan Sean
15 Meminta Ganti Rugi
16 Jalan-jalan Berdua
17 Kaulah Orangnya
18 Malam Penuh Cinta
19 Masalah Baru
20 Kolam Renang Lagi
21 Persiapan Kejutan
22 Ulang Tahun Intan
23 Masa Lalu Sean
24 Kedatangan Pak Purnomo
25 Kemarahan Sean
26 Memberi Pelajaran Keluarga Purnomo
27 Kesepakatan
28 Tentang Vina
29 Rencana Vina
30 Kekecewaan Intan
31 Pil Kontrasepsi
32 Positif Hamil
33 Hasil Tes DNA
34 Salah Paham
35 Kemarahan Hilda
36 Awal Mula
37 Kecelakaan
38 Buta
39 Hancur Tanpa Mama
40 Kelicikan Hilda
41 Putus Asa
42 Bayi-bayi Sean
43 Kembar
44 Bertemu Mertua Lagi
45 Penjelasan Hilda
46 Hadiah Untuk Intan
47 Menemui Dokter Mata
48 Kondisi Mata Intan
49 Bertemu Vina
50 Masa Lalu Sean
51 Kedatangan Vina
52 Rencana Vina
53 Rencana Sean di Masa Lalu
54 Vina Melahirkan
55 Vina Kabur
56 Memburu Vina
57 Kemarahan Hilda
58 Vina Meninggal
59 Ditangkap Polisi
60 Intan Melahirkan
61 Menangkap Hilda
62 Menyiksa Hilda
63 Menerima Bayi Vina
64 Menyiksa Hilda Lagi
65 Permintaan Maaf Pak Purnomo
66 Memaafkan Papanya
67 Mulai Dicurigai
68 Operasi Mata Intan
69 Bisa Melihat Lagi
70 Diperiksa Polisi
71 Pak Purnomo Bertemu Cucu
72 Anak-anak Mulai Besar
73 Berjalan Indah
74 Kejutan
75 Melamar Intan Lagi
76 Bercumbu Mesra
77 Bicara Dengan Pak Purnomo
78 Persiapan Pesta Lagi
79 Autisme
80 Mengunjungi Makam Mamanya
81 Memilih Gaun Pernikahan
82 Hadiah Untuk Bi Lila
83 Tentang Hilda
84 Akhir
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Awal: Menerima Kenyataan
2
Resmi Menikah
3
Tanda Tangan
4
Berteman
5
Kisah Kelam
6
Insiden Kolam Renang
7
Mencium
8
Menonton Film
9
Mulai Ada Rasa
10
Drama Sean
11
Jatuh Sakit
12
Merawat Sean
13
Insiden Di Kamar Mandi
14
Kemarahan Sean
15
Meminta Ganti Rugi
16
Jalan-jalan Berdua
17
Kaulah Orangnya
18
Malam Penuh Cinta
19
Masalah Baru
20
Kolam Renang Lagi
21
Persiapan Kejutan
22
Ulang Tahun Intan
23
Masa Lalu Sean
24
Kedatangan Pak Purnomo
25
Kemarahan Sean
26
Memberi Pelajaran Keluarga Purnomo
27
Kesepakatan
28
Tentang Vina
29
Rencana Vina
30
Kekecewaan Intan
31
Pil Kontrasepsi
32
Positif Hamil
33
Hasil Tes DNA
34
Salah Paham
35
Kemarahan Hilda
36
Awal Mula
37
Kecelakaan
38
Buta
39
Hancur Tanpa Mama
40
Kelicikan Hilda
41
Putus Asa
42
Bayi-bayi Sean
43
Kembar
44
Bertemu Mertua Lagi
45
Penjelasan Hilda
46
Hadiah Untuk Intan
47
Menemui Dokter Mata
48
Kondisi Mata Intan
49
Bertemu Vina
50
Masa Lalu Sean
51
Kedatangan Vina
52
Rencana Vina
53
Rencana Sean di Masa Lalu
54
Vina Melahirkan
55
Vina Kabur
56
Memburu Vina
57
Kemarahan Hilda
58
Vina Meninggal
59
Ditangkap Polisi
60
Intan Melahirkan
61
Menangkap Hilda
62
Menyiksa Hilda
63
Menerima Bayi Vina
64
Menyiksa Hilda Lagi
65
Permintaan Maaf Pak Purnomo
66
Memaafkan Papanya
67
Mulai Dicurigai
68
Operasi Mata Intan
69
Bisa Melihat Lagi
70
Diperiksa Polisi
71
Pak Purnomo Bertemu Cucu
72
Anak-anak Mulai Besar
73
Berjalan Indah
74
Kejutan
75
Melamar Intan Lagi
76
Bercumbu Mesra
77
Bicara Dengan Pak Purnomo
78
Persiapan Pesta Lagi
79
Autisme
80
Mengunjungi Makam Mamanya
81
Memilih Gaun Pernikahan
82
Hadiah Untuk Bi Lila
83
Tentang Hilda
84
Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!