BAB 5 Putra Mahkota

Sebelas tahun lalu.

 Brak!!!

"Woy! Bu Nina datang!" teriak seorang anak lelaki berpakaian seragam SMA dengan bagian bawah baju keluar sebelah itu, sambil berlari memasuki kelas, setelah menerjang pintu kelas yang tertutup rapat. Lalu setelah kalimat tersebut terlontar, bukan hanya dia yang sibuk, tapi seluruh penghuni kelas. Kecuali satu orang yang tengah duduk di bangku paling ujung.

"Apa?!"

"Serius?!"

"Aduuuh... Aku belum kerjain tugas nya satu nomor lagi.."

"Ih... Katanya rapat. Kenapa sebentar banget?"

"Hey hey.. Nyontek dong..."

"Damar... liat dong... Biasanya kamu suka cepet ngerjainnya.."

"Heh? Belum belum. Sabar. Sumber pemberi ilham baru mulai mengerjakan," jawab anak lelaki yang tadi memberitahu bahwa guru matematika galak mereka datang.

Lalu serentak setelahnya...

"Lakiiiii..., sudah?" tanya lima belas orang siswi dan empat belas orang siswa di ruang kelas itu secara bersamaan, dengan nada sedikit memelas.

Diam. Siswa yang dimaksud bersikap acuh.

"Ayo dong... Putra Mahkota... Hm?" rajuk mereka. Ya, Laki adalah putra sulung dari pemilik yayasan besar dan kaya tempat mereka sekolah.

Semuanya tau, putra pertama dari seorang Raja memiliki gelar sebagai Putra Mahkota. Hingga akhirnya, mereka sepakat bahwa putra sulung pemilik yayasan dan perusahaan besar juga pantas di panggil sebagai Putra Mahkota.

Panggilan itu kerap kali mereka gunakan ketika mereka meminta belas kasihan dari Laki. Meminta contekan. Meminta jajan. Meminta waktu. Meminta perhatian. Dan untuk para perempuan, meminta hati dan perasaan. Sayangnya, diantara semua permintaan, permintaan terakhir adalah permintaan yang tidak pernah dikabulkan.

Sosok Laki tetap hening. Tidak, tidak. Sosok Putra Mahkota yang mereka maksud menatap sinis ke arah teman-temannya. Melepas headset yang terpasang di telinga. Lalu menutup buku matematika miliknya.

"Apa yang bisa kalian lakukan sendiri tanpa bantuan saya sebenarnya? Nih!" sindir Laki, sombong, sambil melempar pelan buku yang berisi hasil pengerjaan tugas matematika miliknya.

Seluruh penghuni kelas mulai melingkari buku Laki. Mereka sibuk saling menyikut sambil menuliskan angka dan gambar integral yang tidak sedikitpun mereka pahami. Sungguh.

"Ehm! Anak-anak..., duduk di bangku kalian masing-masing! Se-ka- rang!!" perintah Nina. Dia lah guru Matematika killer yang tadi dibicarakan. Lalu serentak semua penghuni kelas XI IPA I mengurai. Berpencar kembali ke tempat duduk masing-masing.

"Damar, mau kamu kembalikan buku matematika Laki pada pemiliknya? Atau kamu mau bantu Laki untuk mengumpulkannya ke meja ibu?"

Damar yang tengah sibuk menyontek mengeratkan geligi. Dia ketauan.

"Saya kembalikan saja, bu," ucapnya sambil menyimpan buku di depan teman sebangkunya. Laki. Lalu tersenyum manis pada gurunya.

"Astagfirulah!!" seru Damar dengan tingkat kepelanan yang hanya terdengar oleh teman-teman satu kelasnya saja. Ya, pelan. Biasanya lebih dari itu.

"Apa sih, Mar?!" tekan Laki, cukup kaget mendengar istigfar teman sebangkunya sejak SMP kelas tujuh itu. Lalu teman-teman lainnya pun turut menatap Damar yang tengah melongo sambil fokus menyorotkan mata ke arah depan.

"Bu Nina, apa sebelum ke sini ibu habis mampir dulu ke surga?" tanyanya.

"Hm?" heran Nina. Lalu serentak ke dua puluh sembilan siswa lainnya menatap ke arah depan dan terhenti disana.

"Ada seorang bidadari surga yang diluar sadar ibu, mengikuti ibu sampai ke sini, Bu. Ya Allah..., fabiayyiaala irobbikumaa tukadibaan... cantik. Siapa sebenarnya wanita yang berdiri disampingmu, Bu?" racau Damar.

Uuuh... sorak semuanya. Menyoraki hiperbolanya ucapan Damar. Bahkan sebagian ada yang melemparinya dengan tutup ballpoint.

"Oh..., dia?" sahut guru matematika itu sambil merangkul gadis yang berdiri sambil menundukkan wajah tepat disampingnya.

"Jadi anak-anak. Hari ini kalian tambah temennya, ya. Jangan di usilin. Makin banyak temen makin banyak cerita. Silahkan Nak, kamu perkenalkan diri kamu," perintah Nina, lalu duduk di kursi. Membiarkan murid baru itu berdiri sendiri, di depan calon teman-teman baru yang belum dikenalinya satu orang pun.

Setelah satu kali berdeham dan memberanikan diri mengangkat wajah. Gadis yang terlihat malu-malu itu mulai bicara.

"Assalamaulaikum warohmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan, nama saya Mahren Syafana Khumairoh, panggil Saja Syafa."

Waah... Hai Syafa...

Nama yang cantik Syafa... Secantik orangnya...

Selamat datang di kelas XI IPA 1 Syafa.

Saya masih lajang Syafa, jika kamu bersedia.

Setelah mendengar komentar dan penyambutan seluruh penghuni kelas, Syafa bisa menyimpulkan bahwa, orang-orangnya ramah. Dia menghempaskan napas lega. Lalu dia menyimpulkan senyuman.

"Sebentar. Kalau saya boleh tau, bu. Takutnya saya salah. Bukankah di sekolah ini tidak memperbolehkan siswinya berdandan? Lihatlah, dia memakai bedak." Tiba-tiba Laki bicara semaunya. Membuat semua teman-temannya menatap lekat wajah Syafa yang tengah menatap jengah ke arah Laki.

"Saya tidak memakai bedak!" elaknya.

"Benarkah? Enggak ah, kamu pasti memakai bedak," terang Laki sambil menyunggingkan senyum meledek. Lalu menyandarkan tubuhnya di punggung kursi.

"Saya tidak mema..."

"Tapi, saya baru tau ada bedak warna merah. Kamu terlalu banyak menggunakannya. Wajahmu merah."

Jleb.

Syafa mengepalkan kedua telapak tangan. Geliginya mengerat semakin kuat ketika satu persatu seisi kelas mulai menertawakannya. Ya Allah, kenapa engkau selalu membiarkan wajahku bereaksi dengan berlebih? Ck, maaf aku berani mengeluh ya Allah. Sudah untung wajahku hanya berubah menjadi warna merah, gak kebayang kalau berubahnya menjadi warna-warni seperti pelangi, mejikuhibiniu. Uuuh... batin Syafa.

Syafa menatap lekat Laki. Lalu dengan berakting so kuat dia bertanya. "Siapa sebenarnya, kamu?"

"Laki! Abrisam! Gardia!," jawab Damar dengan suara lantang ala-ala tentara. Sementara Laki, dia membalas tatapan Syafa dengan tatapan tajam mematikan.

Syafa menelan saliva. Menerima tatapan elang membuat lututnya berasa sedikit goyang. Hampir tak sanggup menopang tubuh. Tapi, Syafa bukan wanita yang mudah terintimidasi.

"Ah..., Laki? Atau Lucky? Lucky dengan arti beruntung maksudnya? Kamu, mulai sekarang jaga keberuntungan mu dengan baik. Jangan sampai saya merampasnya."

Uuuhhh...

Seru semua orang. Bahkan sebagian ada yang bertepuk tangan. Kejadian langka telah terjadi. Dari dua ribu siswi SMA pemuja rahasia dan pemuja terang-terangannya Laki, kini ada satu orang yang tidak bersedia menjadi bucin nya.

Selamat. Suatu pencapaian yang luar biasa.

Laki tertawa tanpa suara sambil bersedekap. Mendengar ancaman Syafa malah membuatnya merasa lucu. Wanita aneh. Setidaknya kalau mau ngancem kondisikan dulu lututmu supaya berhenti bergetar.

***

"Mohon maaf Bu Dosen, mohon maaf semuanya. Sekali lagi mohon maaf," ucap Syafa sambil melipatkan kedua telapak tangan di depan dada. Lalu duduk kembali di kursi.

Iiissshh... Syafa melaknat dirinya sendiri dalam hati. Harusnya dia bisa menahan emosi seperti sebelas tahun lalu. Tapi... sampai usia 28, kelakuan si Aki-Aki itu tidak berubah?! serius! Dia tetap, tidak tidak. Malah semakin menyebalkan dan kekanak-kanakan.

"Gak enak hati, ya? Tuh, makan coklat yang saya kasih. Katanya coklat bisa menenangkan perasaan." Laki kembali mengajak Syafa bicara. Tampak lelaki itu susah payah menahan tawa.

Syafa menghempaskan napas dengan malas. Tanpa menatap Laki dia mengambil coklat pemberian darinya, lalu menepuk Ibu-ibu yang duduk tepat di depannya.

"Bu, buat ibu," ucapnya pelan.

"Ibu sudah ada," jawab ibu tersebut sambil melirik tidak enak ke arah Laki.

"Buat anak ibu, ya. Aku tidak biasa makan coklat," tegas Syafa. Dengan ekspresi tidak enak, ibu tersebut menerima coklat pemberian Syafa. Sementara Laki, dia hanya bisa menatap kesal pada wanita yang tampak sangat jelas tidak menyukainya. Ya, wanita itu tidak menghargai pemberian darinya. Nilai PKN nya pasti nol besar, tebak Laki.

"Baik, untuk sekarang, saya bagi kelompok dulu, ya. Tiap kelompok tiga orang saja." Ayu bicara dengan tegas sambil membuka absen yang tergeletak di atas meja. Lalu tiba-tiba Laki kembali bicara sambil mengacungkan lengan kanannya.

"Bu, mohon maaf sekali. Kalau boleh, saya mau satu kelompok dengan yang sudah saya kenal, bisa?" tanya nya.

Sesaat Ayu berpikir. Tapi akhirnya memahami keinginan Laki. Wajar jika dia meminta itu. Dia adalah seorang idola. "Ya, tentu. Sama Pak Damar, kan?" tebak Ayu tepat.

"Ya, sama Damar. Dan satu lagi, sama dia. Saya sudah mengenalnya." Laki menunjuk Syafa yang serentak menatap heran ke arahnya.

"Saya? Saya tidak mau, bu Dosen."

"Ayolah Syafa, hm?" pinta Laki memelas. Tidak. Dia hanya berakting memelas. Berharap Bu Dosen yang tengah memperhatikannya merasa kasihan.

"Iya baiklah. Kelompok satu berarti Pak Laki, Pak Damar, dan Bu Syafa," Ya, akting Laki berhasil.

"Bu..." keluh Syafa.

"Tidak apa-apa, ya. Biar cepat," putus Ayu. Membuat Syafa tak lagi mampu berkutik.

Laki merekahkan tawa kemenangan. Lihat saja nanti. Sikap tidak sopannya pasti saya balas. Kamu, jangan lupa kamu satu kelompok dengan saya. Sang Damar gendut pun tidak akan mampu mencegah kesialan yang akan kamu terima, akan saya buat mengerti bahwa pasti ada balasan dari setiap ketidak sopanan, ancam Laki dalam hati.

Setelah sedikit berbincang dengan Damar, Syafa berjalan menuju mesjid. Ya, sejak dulu, Syafa tidak pernah bermasalah dengan siapapun, kecuali dengan Laki dan para fans girl nya.

Puuuhhh... Ya allah, apa sebenarnya ini? Kuatkan hati hamba...sambil mengenakan mukena, Syafa memohon dalam hati.

Tepat jam satu siang, setelah melaksanakan shalat dzuhur dan makan. Syafa kembali memasuki ruangan. Bapak dosen senior pun sudah memasuki ruangan. Semuanya sudah memasuki ruangan. Kecuali... Laki dan Damar.

Syafa menatap kursi yang semula di duduki Laki. Lalu wanita itu menghembuskan napas. Ya. Sepertinya semua sudah tau. Hanya ada dua jenis sosok yang akan selalu dicari. Sosok yang kita cintai, dan sosok yang kita benci. Dan saat itu, Syafa meyakini hatinya bahwa, baru saja... dia telah mencari sosok lelaki yang ia benci. Sesaat. Hanya mencarinya sesaat.

***

To be continued...

Hayo... Karakter siapa yang lebih di sukai? Laki? Atau Syafa?

tinggalkan like dan komennya ya....

Terpopuler

Comments

Afriyeni Official

Afriyeni Official

permintaan terakhir yg sekaratpun masa nggak di kabulkan /Facepalm//Joyful/

2025-08-08

1

@dadan_kusuma89

@dadan_kusuma89

mantap Laki! 😁 anak-anak malem belajar memang harus digituin 😀

2025-08-07

1

༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻

༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻

msh kiliah dipanggil pak dn bu?

2025-08-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Prologue
2 Bab 2 Dilarang Parkir Disini
3 Bab 3 Motor Matik Pink
4 Bab 4 Wanita Berwajah Merah
5 BAB 5 Putra Mahkota
6 BAB 6 Damar dan Kekesalan
7 Bab 7 Lelaki Tak Tersentuh
8 BAB 8 Luka Yang Tak Pernah Hilang
9 BAB 9 Pangeran Tanpa Kuda
10 BAB 10 Buah Simalakama
11 BAB 11 Bukan Sepatu Kaca
12 BAB 12 Kejadian Berdarah
13 BAB 13 Hoax Issue
14 BAB 14 Terjadi Juga
15 BAB 15 Handsome and The Beast
16 BAB 16 Tak Bisa Abai
17 Bab 17 Sulit Untuk Sepakat
18 Bab 18 Merajut Benang Kusut
19 BAB 19 Gardia Family
20 BAB 20 Istana Berdinding Angin
21 BAB 21 Mencari Restu
22 BAB 22 Seperti Janji Sungguhan
23 BAB 23 Ibu
24 BAB 24 Halal yang Tersirat
25 BAB 25 Konferensi Pers
26 BAB 26 Selain Pers dan Fans
27 BAB 27 Malam yang Basah
28 BAB 28 Diferent Night
29 BAB 29 Bulan-Bulanan
30 BAB 30 Dunia Lain
31 BAB 31 SOP
32 BAB 32 Ketidak Sempurnaan
33 BAB 33 Hidangan Lelaki Tampan
34 BAB 34 Tamu Ber-jas
35 BAB 35 Annoying Guy
36 BAB 36 Kutukan
37 BAB 37 Harga Sebuah Kutukan
38 BAB 38 Nayala?
39 BAB 39 Wanita Bergaun Darah
40 BAB 40 Kejutan Bin Surprise
41 BAB 41 Balayi
42 BAB 42 Goreme
43 BAB 43 Cennet Cave Hotel
44 BAB 44 Byyuurrr!
45 BAB 45 Gujel Cafe
46 BAB 46 Perdebatan dan Perhatian
47 BAB 47 Dingin Tapi Manis
48 BAB 48 Balon Udara
49 BAB 49 Wanita Merepotkan
50 BAB 50 Kembali
51 BAB 51 Sumbu Z
52 BAB 52 Bukan Canggung Hanya Belum Terbiasa
53 BAB 53 Kopi Milik Kita
54 BAB 54 Subjek Atau Objek
55 BAB 55 Biri-Biri Atau Domba
56 BAB 56 Wis Angel!
57 BAB 57 Hanya Peduli
58 BAB 58 Ketika Jiwa dan Raga di Tempat Berbeda
59 BAB 59 Gembala Biri-Biri
60 BAB 60 Hari Spesial
61 BAB 61 Kembali Padaku
62 BAB 62 Kamu Gila!
63 BAB 63 Bersamamu untuk Kembali Padanya
64 BAB 64 Tidak Ada Lagi Janji
65 BAB 65 Oh My Gosh Mas!
66 BAB 66 Pencitraan
67 BAB 67 Inikah Rindu?
68 BAB 68 Singapura
69 BAB 69 Pedih Tak Bertepi
70 BAB 70 Hujan dan Gelisah
71 BAB 71 Kembali ke Pelukan Ami
72 BAB 72 Hening dan Tangisan
73 BAB 73 Sesak dan Khawatir
74 BAB 74 Kehangatan Sesaat
75 BAB 75 Ditampar Kenyataan
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1 Prologue
2
Bab 2 Dilarang Parkir Disini
3
Bab 3 Motor Matik Pink
4
Bab 4 Wanita Berwajah Merah
5
BAB 5 Putra Mahkota
6
BAB 6 Damar dan Kekesalan
7
Bab 7 Lelaki Tak Tersentuh
8
BAB 8 Luka Yang Tak Pernah Hilang
9
BAB 9 Pangeran Tanpa Kuda
10
BAB 10 Buah Simalakama
11
BAB 11 Bukan Sepatu Kaca
12
BAB 12 Kejadian Berdarah
13
BAB 13 Hoax Issue
14
BAB 14 Terjadi Juga
15
BAB 15 Handsome and The Beast
16
BAB 16 Tak Bisa Abai
17
Bab 17 Sulit Untuk Sepakat
18
Bab 18 Merajut Benang Kusut
19
BAB 19 Gardia Family
20
BAB 20 Istana Berdinding Angin
21
BAB 21 Mencari Restu
22
BAB 22 Seperti Janji Sungguhan
23
BAB 23 Ibu
24
BAB 24 Halal yang Tersirat
25
BAB 25 Konferensi Pers
26
BAB 26 Selain Pers dan Fans
27
BAB 27 Malam yang Basah
28
BAB 28 Diferent Night
29
BAB 29 Bulan-Bulanan
30
BAB 30 Dunia Lain
31
BAB 31 SOP
32
BAB 32 Ketidak Sempurnaan
33
BAB 33 Hidangan Lelaki Tampan
34
BAB 34 Tamu Ber-jas
35
BAB 35 Annoying Guy
36
BAB 36 Kutukan
37
BAB 37 Harga Sebuah Kutukan
38
BAB 38 Nayala?
39
BAB 39 Wanita Bergaun Darah
40
BAB 40 Kejutan Bin Surprise
41
BAB 41 Balayi
42
BAB 42 Goreme
43
BAB 43 Cennet Cave Hotel
44
BAB 44 Byyuurrr!
45
BAB 45 Gujel Cafe
46
BAB 46 Perdebatan dan Perhatian
47
BAB 47 Dingin Tapi Manis
48
BAB 48 Balon Udara
49
BAB 49 Wanita Merepotkan
50
BAB 50 Kembali
51
BAB 51 Sumbu Z
52
BAB 52 Bukan Canggung Hanya Belum Terbiasa
53
BAB 53 Kopi Milik Kita
54
BAB 54 Subjek Atau Objek
55
BAB 55 Biri-Biri Atau Domba
56
BAB 56 Wis Angel!
57
BAB 57 Hanya Peduli
58
BAB 58 Ketika Jiwa dan Raga di Tempat Berbeda
59
BAB 59 Gembala Biri-Biri
60
BAB 60 Hari Spesial
61
BAB 61 Kembali Padaku
62
BAB 62 Kamu Gila!
63
BAB 63 Bersamamu untuk Kembali Padanya
64
BAB 64 Tidak Ada Lagi Janji
65
BAB 65 Oh My Gosh Mas!
66
BAB 66 Pencitraan
67
BAB 67 Inikah Rindu?
68
BAB 68 Singapura
69
BAB 69 Pedih Tak Bertepi
70
BAB 70 Hujan dan Gelisah
71
BAB 71 Kembali ke Pelukan Ami
72
BAB 72 Hening dan Tangisan
73
BAB 73 Sesak dan Khawatir
74
BAB 74 Kehangatan Sesaat
75
BAB 75 Ditampar Kenyataan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!