Bab 4 Wanita Berwajah Merah

Pagi itu Syafa berjalan menyusuri koridor kampus barunya. Tampak langkah nya begitu mantap memasuki gedung pasca sarjana. Raut wajahnya sumringah. Terlihat jelas betapa bahagianya ia saat itu.

Dengan segera Syafa memasuki lift yang pintunya terbuka. Ruang E, tingkat 3. Ingatannya Kembali membaca pemberitahuan ruang tempat masuk kuliah jurusan manajemen bisnis yang masuk di handphonenya jam tujuh pagi tadi. Sementara saat itu, jarum jam menunjuk angka 08.45 WIB.

Setelah mengucap salam, sambil mengulaskan senyuman, Syafa memasuki ruangan yang dimaksud. Lalu duduk di sisi sebelah kiri ruangan. Di kursi kedua dari belakang. Tampak Syafa sedikit bicara dengan seseorang yang duduk tepat di depannya. Seorang ibu-ibu yang usianya mungkin seusia dengan ibunya, jika ada. Tapi, setelahnya dia tidak terlalu banyak komunikasi dengan yang lain.

Pasalnya, kebanyakan usia teman satu ruangannya jauh lebih dewasa dibanding dirinya. Mungkin hanya ada enam orang saja yang terlihat seusia dengannya. Dan itupun duduknya berjauhan. Ya, buat pertemuan selanjutnya mungkin lebih baik Syafa memilih untuk duduk berdekatan dengan orang-orang yang usianya hampir sama dengannya. Supaya agak nyambung.

Selang beberapa menit, seorang dosen wanita berusia empat puluhan lebih, memasuki ruangan. Bibirnya yang berwarna pink nude menyabit ramah. Lalu dosen bernama lengkap Ayu Sarasmita, M.B.A itu memulai perkenalan dengan gaya yang sangat asik. Membuat sesaat kecanggungan di setiap penjuru ruangan sirna seketika.

Sayangnya, celoteh riang, gelak tawa, dan keriuhan penghuni ruang E, serentak terhenti, tatkala daun pintu ruangan diketuk dari luar.

"Silahkan masuk," perintah Bu Ayu setelah seluruh penghuni ruangan menjawab berjamaah salam seorang lelaki yang tengah berdiri di luar pintu.

Kenop pintu ditarik. Lalu pintu terbuka lebar. Serentak Bu Ayu berdiri. Menatap kaku ke arah pintu. Satu detik, lima detik, sepuluh detik, bu dosen tetap mematung dengan wajah terkagum-kagum.

Kenapa dengannya? Syafa yang sejak awal terus memperhatikan dosennya itu merasa penasaran. Terutama dengan perubahan tingkahnya. Sorot mata Syafa mengikuti arah tatap netra dosennya, lalu…

Apa?!! Dia...?! Ya Allah... Setelah bertahun-tahun, dari begitu banyaknya universitas, kenapa?! Syafa sibuk merutuk sendiri. Sementara seisi ruangan heboh dengan kedatangan seorang Laki Abrisam Gardia, sang penyanyi yang tengah mengangkasa. Kini hadir sebagai salah satu mahasiswa S-2 Manajemen Bisnis disana.

Satu, dua, tiga, hingga tujuh orang wanita mulai tidak sabaran, dan hendak berdiri untuk mendekati Laki. Mereka merasa, sosok lelaki tampan dan gagah dengan tubuh atletisnya itu seolah-olah membisikan permohonan untuk ingin segera dipeluk. Ah…

Tapi, dengan kecepatan super, seorang lelaki bertubuh tambun menghalangi Laki dari arah depan. Menjadi pagar pembatas untuk orang-orang, khususnya wanita yang hendak mendekatinya.

"Mohon maaf bu Dosen, saya Damar, Manager Laki. Boleh saya sedikit bicara?" tanyanya dengan suara pelan dan sopan.

"Oh, ya. Silahkan. Dan silahkan masuk," perintah Bu Ayu, ramah. Laki dan Damar memasuki ruangan. Lalu Damar mulai bicara panjang lebar dengan di bumbui canda, yang intinya memohon kerja sama dan pengertiannya dari semua orang yang kuliah satu jurusan dan satu ruangan dengan Laki, untuk tidak mempublikasikan segala aktifitas dan kegiatan yang Laki lakukan.

Ah, satu lagi. Damar memohon pada semuanya untuk turut membantu mengabadikan title Laki sebagai King of Untouchable singer. Kasarnya, jangan sentuh Laki, biar honor nya tidak di potong.

Setelahnya, tinggal Laki yang sedikit bicara. Sementara Damar mulai membagikan coklat pada setiap orang yang berada di dalam ruangan, tak terlewat satu orang pun.

Dari semua penghuni ruangan. Hanya Syafa yang sedari tadi tetap menundukan wajah sambil so sibuk menulis ini dan itu. Dia berakting seolah tidak mendengarkan apa yang Damar dan Laki bicarakan. Padahal kedua indera pendengarnya, dia pasang benar-benar.

Setelah Laki selesai bicara, terdengar suara riuh tepuk tangan. Dan satu persatu bergantian mengucapkan terimakasih atas coklat yang diberikan sebagai bentuk salam perkenalan.

"Silahkan duduk di kursi yang kosong," perintah Bu Ayu.

Kursi yang kosong? Ya Allah… Syafa semakin menundukan wajah, ketika menyadari hanya ada satu kursi kosong di samping kanannya, dan satu di belakangnya.

Dalam hitungan detik, Damar duduk di belakang Syafa. Dan Laki duduk di samping kanan wanita itu.

Sesaat suasana kembali normal. Bu dosen Ayu kembali melanjutkan pembelajaran. Sementara itu, tiba-tiba...

"Kamu tidak mengenal saya?" tanya Laki sambil menyampingkan duduknya menghadap Syafa.

Syafa menggigit bibir bawah sambil memejamkan mata. Ya Allah... Harusnya Engkau tidak membiarkan dia menyadari kehadiranku, rutuknya dalam hati, lalu pura-pura tidak mendengarnya.

"Serius? Kamu tidak kenal saya? Hm?" Syafa tetap menunduk, dan semakin gelisah.

"Coba lihat ke arah saya."

"Semua orang tau saya, bener kamu tidak kenal Saya?"

Buuk!

Syafa menyimpan ball point diatas bukunya dengan jengkel. Lalu menatap tajam ke arah Laki.

"Saya tidak tau kamu. Selain kamu seorang penyanyi. Cukup jawabannya?" jelas Syafa sambil memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Hingga akhirnya terciptalah senyuman masam dari raut wajahnya.

"Emm…, tapi saya tau kamu," tutur Laki sambil semakin mendongakan wajah. Menyelidik Syafa lebih teliti.

"Apa kabar wanita berwajah merah?" lanjut Laki. Ada senyuman menyabit di bibir. Syafa mengerucutkan bibir. Lalu menatap laki malas.

"Wajahku tidak merah!" tukasnya.

"Wah... Apa penyakit wajah merah mu semakin parah? Dulu hanya saat kamu malu-malu wajahmu baru memerah. Sekarang setiap detik wajahmu selalu merah?"

"Ck. Ini blush on!" tekan Syafa, tidak mau menerima. Lagi pula aku menggunakan blush on seulas doang. Jauh dari tebal. Tapi kenapa? Ya, si pangeran mahkota memang selalu menyebalkan! Syafa terus merutuk sendiri dalam hati.

Laki semakin menyabitkan senyuman.

"Kamu tidak berubah, wanita berwajah merah. Masih pemarah."

"Bisa kan, tidak memanggilku seperti itu. Aku punya nama!" geram Syafa.

"Em... Begitu?" komentar Laki santai sambil menyandarkan tubuhnya di punggung kursi.

"Lalu saya harus panggil apa? Oh... Saya tau. I-roh! Kamu bagus kalau di panggil Iroh!"

Serentak Syafa berdiri emosi sambil memukul meja.

"Apa?! Dasar menyebalkan! Kamu tau...!" murka Syafa dengan nada setengah teriak, lalu wanita tersebut serentak menghentikan ucapan. Tiba-tiba dia tersadar ketika dosen dan seluruh penghuni ruangan menatap ke arahnya. Ya, baru saja dirinya sudah mengacau. Syafa memejamkan mata sambil melipatkan kedua bibirnya. Wajahnya serentak semakin memerah. Dia benar-benar malu atas kesalahan yang sudah dirinya perbuat.

Disisi lain. Laki duduk bersedekap. Menatap lekat Syafa yang berdiri dihadapan. Mengulum tawa yang hampir pecah di ujung bibirnya. Ya, setidaknya setiap hari sabtu dan minggu ada objek yang bisa dia jadikan hiburan. Dia menemukan wanita berwajah merahnya. Wanita yang pada waktu sekolah tingkat atas dulu selalu dijadikan bahan candaan olehnya.

Selamat datang kembali, wanita berwajah merah.

To be continued.

Yu, ikuti terus kisah Laki dan Syafa. Di bab bab selanjutnya mereka akan semakin menggemaskan. Percayalah.

Jangan lupa Like, koment nya ya... Biar aku semakin semangat menulis nya. Sampai bertemu di Bab 5. ☺️

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Kala semua mengidolakan Laki, malah Laki terpeaona sama..Syafa🗿

2025-08-07

1

Xlyzy

Xlyzy

Laki langsung di kerubungi bah udah kayak semut ngerubungi gula daya tarik nya manis

2025-08-30

1

Jemiiima__

Jemiiima__

bro fikir smua org tau dia, tapi tau sih aslinya wkw

2025-09-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Prologue
2 Bab 2 Dilarang Parkir Disini
3 Bab 3 Motor Matik Pink
4 Bab 4 Wanita Berwajah Merah
5 BAB 5 Putra Mahkota
6 BAB 6 Damar dan Kekesalan
7 Bab 7 Lelaki Tak Tersentuh
8 BAB 8 Luka Yang Tak Pernah Hilang
9 BAB 9 Pangeran Tanpa Kuda
10 BAB 10 Buah Simalakama
11 BAB 11 Bukan Sepatu Kaca
12 BAB 12 Kejadian Berdarah
13 BAB 13 Hoax Issue
14 BAB 14 Terjadi Juga
15 BAB 15 Handsome and The Beast
16 BAB 16 Tak Bisa Abai
17 Bab 17 Sulit Untuk Sepakat
18 Bab 18 Merajut Benang Kusut
19 BAB 19 Gardia Family
20 BAB 20 Istana Berdinding Angin
21 BAB 21 Mencari Restu
22 BAB 22 Seperti Janji Sungguhan
23 BAB 23 Ibu
24 BAB 24 Halal yang Tersirat
25 BAB 25 Konferensi Pers
26 BAB 26 Selain Pers dan Fans
27 BAB 27 Malam yang Basah
28 BAB 28 Diferent Night
29 BAB 29 Bulan-Bulanan
30 BAB 30 Dunia Lain
31 BAB 31 SOP
32 BAB 32 Ketidak Sempurnaan
33 BAB 33 Hidangan Lelaki Tampan
34 BAB 34 Tamu Ber-jas
35 BAB 35 Annoying Guy
36 BAB 36 Kutukan
37 BAB 37 Harga Sebuah Kutukan
38 BAB 38 Nayala?
39 BAB 39 Wanita Bergaun Darah
40 BAB 40 Kejutan Bin Surprise
41 BAB 41 Balayi
42 BAB 42 Goreme
43 BAB 43 Cennet Cave Hotel
44 BAB 44 Byyuurrr!
45 BAB 45 Gujel Cafe
46 BAB 46 Perdebatan dan Perhatian
47 BAB 47 Dingin Tapi Manis
48 BAB 48 Balon Udara
49 BAB 49 Wanita Merepotkan
50 BAB 50 Kembali
51 BAB 51 Sumbu Z
52 BAB 52 Bukan Canggung Hanya Belum Terbiasa
53 BAB 53 Kopi Milik Kita
54 BAB 54 Subjek Atau Objek
55 BAB 55 Biri-Biri Atau Domba
56 BAB 56 Wis Angel!
57 BAB 57 Hanya Peduli
58 BAB 58 Ketika Jiwa dan Raga di Tempat Berbeda
59 BAB 59 Gembala Biri-Biri
60 BAB 60 Hari Spesial
61 BAB 61 Kembali Padaku
62 BAB 62 Kamu Gila!
63 BAB 63 Bersamamu untuk Kembali Padanya
64 BAB 64 Tidak Ada Lagi Janji
65 BAB 65 Oh My Gosh Mas!
66 BAB 66 Pencitraan
67 BAB 67 Inikah Rindu?
68 BAB 68 Singapura
69 BAB 69 Pedih Tak Bertepi
70 BAB 70 Hujan dan Gelisah
71 BAB 71 Kembali ke Pelukan Ami
72 BAB 72 Hening dan Tangisan
73 BAB 73 Sesak dan Khawatir
74 BAB 74 Kehangatan Sesaat
75 BAB 75 Ditampar Kenyataan
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Bab 1 Prologue
2
Bab 2 Dilarang Parkir Disini
3
Bab 3 Motor Matik Pink
4
Bab 4 Wanita Berwajah Merah
5
BAB 5 Putra Mahkota
6
BAB 6 Damar dan Kekesalan
7
Bab 7 Lelaki Tak Tersentuh
8
BAB 8 Luka Yang Tak Pernah Hilang
9
BAB 9 Pangeran Tanpa Kuda
10
BAB 10 Buah Simalakama
11
BAB 11 Bukan Sepatu Kaca
12
BAB 12 Kejadian Berdarah
13
BAB 13 Hoax Issue
14
BAB 14 Terjadi Juga
15
BAB 15 Handsome and The Beast
16
BAB 16 Tak Bisa Abai
17
Bab 17 Sulit Untuk Sepakat
18
Bab 18 Merajut Benang Kusut
19
BAB 19 Gardia Family
20
BAB 20 Istana Berdinding Angin
21
BAB 21 Mencari Restu
22
BAB 22 Seperti Janji Sungguhan
23
BAB 23 Ibu
24
BAB 24 Halal yang Tersirat
25
BAB 25 Konferensi Pers
26
BAB 26 Selain Pers dan Fans
27
BAB 27 Malam yang Basah
28
BAB 28 Diferent Night
29
BAB 29 Bulan-Bulanan
30
BAB 30 Dunia Lain
31
BAB 31 SOP
32
BAB 32 Ketidak Sempurnaan
33
BAB 33 Hidangan Lelaki Tampan
34
BAB 34 Tamu Ber-jas
35
BAB 35 Annoying Guy
36
BAB 36 Kutukan
37
BAB 37 Harga Sebuah Kutukan
38
BAB 38 Nayala?
39
BAB 39 Wanita Bergaun Darah
40
BAB 40 Kejutan Bin Surprise
41
BAB 41 Balayi
42
BAB 42 Goreme
43
BAB 43 Cennet Cave Hotel
44
BAB 44 Byyuurrr!
45
BAB 45 Gujel Cafe
46
BAB 46 Perdebatan dan Perhatian
47
BAB 47 Dingin Tapi Manis
48
BAB 48 Balon Udara
49
BAB 49 Wanita Merepotkan
50
BAB 50 Kembali
51
BAB 51 Sumbu Z
52
BAB 52 Bukan Canggung Hanya Belum Terbiasa
53
BAB 53 Kopi Milik Kita
54
BAB 54 Subjek Atau Objek
55
BAB 55 Biri-Biri Atau Domba
56
BAB 56 Wis Angel!
57
BAB 57 Hanya Peduli
58
BAB 58 Ketika Jiwa dan Raga di Tempat Berbeda
59
BAB 59 Gembala Biri-Biri
60
BAB 60 Hari Spesial
61
BAB 61 Kembali Padaku
62
BAB 62 Kamu Gila!
63
BAB 63 Bersamamu untuk Kembali Padanya
64
BAB 64 Tidak Ada Lagi Janji
65
BAB 65 Oh My Gosh Mas!
66
BAB 66 Pencitraan
67
BAB 67 Inikah Rindu?
68
BAB 68 Singapura
69
BAB 69 Pedih Tak Bertepi
70
BAB 70 Hujan dan Gelisah
71
BAB 71 Kembali ke Pelukan Ami
72
BAB 72 Hening dan Tangisan
73
BAB 73 Sesak dan Khawatir
74
BAB 74 Kehangatan Sesaat
75
BAB 75 Ditampar Kenyataan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!