Lihat Aku Sekali Saja
"Darimana kamu Rere?? " . Ucap Pak Rauf, ayah Rere
Dia tak menghiraukan wajah sang anak yang lelah sehabis bekerja karena tuntutan keluarga.
Bahkan makanan yang sempat Rere beli belum dia buka, karena harus melepas sepatunya terlebih dahulu
"Lembur ayah, kan biasanya gitu, aku disuruh lembur terus untuk memenuhi kebutuhan rumah padahal dirumah ini banyak orang yang bisa bekerja". Ucap Gadis berusia 22 tahun itu dengan masam.
"Apa maksud kamu bicara seperti itu pada ayah Rere??, kamu tidak ikhlas jika uang kamu dipakai untuk kebutuhan rumah, begitu?? ". Bu Lastri menatap tajam sang anak karena perkataannya yang menurutnya sok.
"Benar tuh, baru begitu saja, kamu sudah banyak protes, tidak boleh pelit dengan orangtua, nanti kamu sulit dapat jodoh". Ucap Marsya yang kini berada di sebelah sang ibu.
Marsya adalah anak orang lain yang tertukar dengan dirinya saat mereka dilahirkan bersama dirumah sakit.
"Apa kamu Bilang Marsya??, harusnya aku yang berkata seperti itu, apa gunanya kamu dirumah kami?, kau sudah disekolahkan dengan baik oleh orangtuaku, sekarang malah jadi pengangguran yang biasanya hanya menengadahkan tangan pada kami, kau tidak malu ?? ". Rere menatap tajam perempuan yang dibesarkan oleh orangtuanya itu tanpa kehadirannya.
"Cukup Re, ayah tidak suka kau mengungkit semua kejadian masalalu, Marsya juga anak ayah dan ibu, jangan keterlaluan kamu!! ". Hardik Pak Rauf tidak terima dengan perkataan anaknya itu.
"Terus saja ayah, terus saja bela dia, aku ini anak kandung, tapi kalian memperlakukanku dengan tidak adil, suruh dia kerja, jangan bisa jadi benalu tidak guna disini!! ". Rere menyambar nasi bungkus yang dia beli tadi lalu langsung masuk ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras.
"Dasar anak kurang ajar, orangtua masih bicara malah pergi". Sungut Bu Lastri dengan kesal.
Marsya kini memainkan perannya dengan baik, dia pura-pura duduk dan memasang wajah bersedih agar kedua orangtua angkatnya itu mengasihaninya, dia tidak mau keluar dari rumah ini karena hidupnya disini telah terjamin tanpa harus susah payah.
"Jangan sedih nak, kamu pasti bisa dapat pekerjaan yang lebih baik dari Rere, kamu kan pintar". Bujuk Bu Lastri.
Dia menatap suami nya itu dengan memberi kode agar membujuk anak kesayangan mereka.
"Ibumu benar, tidak usah pikirkan perkataan Rere tadi, dia hanya iri karena kamu bisa sekolah tinggi, sedangkan dia hanya tamatan SMA". Bujuk Pak Rauf agar Marsya tidak sedih.
Sedangkan didalam kamar, Rere hanya bisa meremas dadanya yang terasa sakit, semua orang didalam rumahnya sangat menyayangi Marsya padahal dia yang anak kandung, tapi perlakukan mereka seperti dirinya lah anak pungut.
Dia teringat 10 tahun lalu, bagaimana akhirnya dia ditemukan oleh keluarga aslinya karena sang ibu angkat berpulang.
"Maaf pak, ini adalah putri anda, 12 tahun lalu, saya menukar putri saya dengan putri anda kehidupan saya yang memprihatinkan". Ucap Rana, ibu angkat Rere ibu kandung Marsya.
"Itu tidak mungkin mana mungkin dia putri saya, kau mengada-ada kan?? ". Pak Rauf menatap murka pada Rana karena mempermainkan nya.
"Tidak pak, saya tidak berbohong, ini putri anda, ini hasil Tes DNA agar kalian bisa percaya apa yang saya katakan". Rana memegang dadanya yang kini terasa sesak.
Hidupnya tidak akan lama lagi, dia tidak mau pergi dalam keadaan lebih banyak menanggung dosa karena melakukan hal ini pada anak yang baik seperti Rere
"Apa maksud kamu membawa dan mengatakannya sekarang??, kau mau uang?? ". Bu Lastri menatap tajam perempuan yang seumuran dengannya itu.
Dia seperti tidak peduli jika dihadapannya itu adalah anak kandungnya, dia lebih menyayangi Marsya sekalipun dia bukan anak kandungnya.
"Hidup saya tidak akan lama lagi, saya tidak mau pergi sebelum memberikan hak yang seharunya didapat oleh Rere sebagai anak kandung kalian, maafkan saya tolong rawat Rere, dia anak kalian". Nafas Rana tersenggal, pandangannya mulai kabur.
Dia sudah melakukan hal yang harusnya dia lakukan sejak dulu, tapi karena rasa kasih sayangnya pada anak kandungnya sendiri, dia membuat Rere merasakan pahitnya hidup susah bersamanya.
"Bu.. bu". Rere menggoyangkan tubuh Rana yang melihatnya dengan senyum sendu dan penuh penyesalan.
"Maafin ibu Re, karena ibu kamu terpisah dari keluarga kandungmu dan menderita hidup bersama ibu, maafin ibu". Rana menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Rere.
Sedangkan Marsya menatap dingin kepergian ibu kandungnya itu, dia tidak peduli, toh dia sendiri yang menukar dirinya untuk kehidupan lebih baik.
Sedangkan kedua parubayah itu saling melempar pandangan, mereka seakan berkomunikasi lewat tatapan mereka.
Pemakaman Rana telah selesai, dengan dingin Bu Lastri menatap Rere.
"Kau pulang bersama kami, tapi kami akan tetap mengurus Marsya, biar bagaimanapun dia besar dengan kami, ayo!! ". Bu Lastri langsung berbalik meninggalkan Rere yang mematung di pusara sang ibu angkat.
Air mata nya menetes mengingat kejadian itu, dia pikir kehidupannya akan lebih baik setelah dia bersama keluarganya tetapi hidupnya bahkan lebih parah dari sebelumnya. Hidupnya penuh dengan pilih kasih terutama dengan Marsya.
Orangtua kandung bahkan para abang yang seharusnya menyayanginya bahkan tampak tidak peduli sama sekali tentang kehadiran nya, Marsya begitu disanjung dan di sayang oleh mereka sedangkan dirinya, selalu mendapat nomor sekian hingga saat ini.
"Apa salahku Tuhan??, kenapa kamu memberikan aku cobaan berat seperti ini??, aku hanya ingin disayangi keluargaku, aku bukan anak angkat tapi rasanya bahkan aku seperti orang lain".
Rere memeluk lututnya dan menangis dalam diam, hal yang selalu dilakukannya tanpa ada yang peduli padanya.
Sedangkan diluar kamar Rere, ketiga kakak lelaki Rere telah pulang dari bekerja, mereka menatap ayah dan adik kesayangan mereka yang tampak sedih.
"Ada apa ayah??, kenapa wajah Marsya sedih seperti itu?? ". Tanya Aska menatap sang ayah meminta penjelasan.
Kedua saudara lelaki Rere lainnya bernama Rafa dan Adam ikut menatap mereka meminta penjelasan
"Rere menghina Marsya dengan kata benalu karena hanya dia yang tidak bekerja dirumah kita". Aduh Bu Lastri dengan kesal.
Mendengar perkataan ibunya ketiga anak muda itu mengepalkan tangannya, mereka tidak terima jika adik kesayangan mereka di hina sekalipun dengan adik kandung mereka.
"Kurang ajar Rere, tidak akan kubiarkan dia menghina Marsya seperti itu". Aska mengepalkan tangannya dengan kesal.
Marsya yang dibela kini menyeringai sinis tanpa ada yang tahu, dia harus tetap menjadi kesayangan dirumah ini.
"Tidak apa-apa bang Aska, aku memang anak angkat, Rere benar, aku hanya benalu menumpang disini". Ucapnya berpura-pura sedih padahal dalam hatinya bersorak riang.
"Tidak bisa begitu dong Sya, kamu itu sudah ada disini sejak bayi, kami menyayangi kamu walau kamu bukan adik kandung kami". Aska menatap tajam sang adik angkat, dia tidak suka jika adik kesayangannya itu berkata seperti itu.
" Aku akan memberi pelajaran pada Rere!! ". Rafa berjalan menuju kamar sang adik kandung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments