Rere yang kini berada dijalan menepikan motornya, dia berteriak sekencang-kencangnya melupakan emosinya sejak tadi dia tahan, sakit hati pada keluarganya memberikan pukulan besar dalam hidupnya.
"Sialan, aku membenci kalian semua". Teriaknya dengan penuh emosi.
Dia bahkan tidak menyadari jika para pengguna jalan memperhatikannya karena teriakan kencangnya itu.
"Kau harus bisa Rere, kau tidak butuh mereka, kau harus bisa". Ucapnya menyemangati dirinya setelah berteriak sekencang-kencangnya beberapa kali.
Para pengguna jalan itu kembali memperhatikannya karena sejak tadi dia berbicara seorang diri.
Dia menoleh kemudian mendapati orang-orang memandangnya dengan tatapan aneh.
"Sial, pasti mereka menganggap ku orang aneh". Gerutunya dalam hati.
Dia segera menjalankan motornya menuju kontrakan yang akan dia tempati dan dia bisa lihat jika orang-orang itu sudah hampir selesai, tinggal sekali angkat saja.
"Ini minuman dinginnya dan cemilannya pak, terima kasih sudah membantu saya". Rere menyodorkan sekantung minuman dingin dan cemilan kepada orang-orang yang membantunya.
"Terima kasih nak Rere, nanti kalau butuh bantuan lagi, hubungi kami yah". Ucap Mereka langsung naik keatas mobil karena mereka akan pergi bekerja kembali.
"Syukurlah, mereka seperti nya sangat tahu jika ini ditempatkan didalam kamar, bahkan mereka sudah meletakkannya dengan benar"
Kontrakkan yang Rere tempati memang bertingkat dua didalam satu kamar, luasnya 5 x 4 dan diatas adalah kamarnya sedangkan dibawah adalah dapur, kamar mandi dan juga ruang tamu jika ada tamu berkunjung.
"Rumah yang bagus setelah diatur, aku akan mulai hidupku tanpa kalian disini". Dia memang sudah membayar kos ini selama setahun kedepan, jadi dia hanya perlu membeli bahan makanan saja.
Dia menghabiskan 1/4 tabungannya untuk membayar kos setahun dan membeli perlengkapan serta yang lainnya tadi termasuk sewa mobil dan orang-orang yang membantunya.
Dia segera merapikan kamarnya diatas, dia juga memberikan tirai agar kamarnya tidak nampak diatas sana. dia akhirnya tertidur karena kelelahan sampai dia baru sadar kalau ini sudah pagi.
"Astaga, aku harus ke kantor". Ucapnya dengan buru-buru.
Tetapi begitu melihat jam dinding yang dia pasang, dia menghela nafas, ternyata baru jam 5 pagi. Dia sangat lelah kemaren sampai tidak sadar ketiduran.
"Aku masak saja, kan aku sudah belanja". Girangnya turun kebawa untuk memasak.
Dia menyiapkan sarapan dan juga bekal makan siang untuk dirinya sendiri, baru setelahnya dia bersiap-siap untuk mandi dan akan ke kantor.
Sedangkan Dirumah keluarga Rere, sang ibu kini langsung kesulitan karena dirinya mengerjakan semuanya sendiri, biasanya Rere akan bangun sangat pagi untuk membantunya mencuci pakaian dan memasak sarapan serta beberes rumah, kali ini dia sadar jika Rere sudah tidak ada
"Astaga, aku lupa jika hari ini Rere sudah tidak tinggal di sini". Ucap Bu Lastri dengan pasrah.
Dia menatap keatas seakan menyesali sesuatu, air mata nya langsung keluar tanpa diminta
"Tidak apa, Aku siapkan sarapan saja dulu, nanti baru aku beresin yang lain, sapa tau Marsya mau membantuku".
Setelah menyiapkan sarapan, dia mengambil cucian yang telah dia cuci untuk dijemur tangannya yang jarang menyentuh cucian karena adanya Rere selama ini akhirnya melakukannya sendiri, setelah menjemur, dia masuk kedalam rumah ingin sarapan tapi alangkah terkejutnya dia melihat sarapan yang dia siapkan habis tak bersisa dan berantakan dimeja makan tanpa dirapikan lagi.
Dia menatap Marsya yang kini duduk bersantai di ruang TV seperti tidak ada beban.
"Apakah ini dirasakan Rere saat dia sudah lelah mengerjakan segalanya malah tidak bisa makan sama sekali?? ". Bu Lastri memegang dadanya yang terasa sakit.
"Apa yang telah kulakukan pada putriku selama ini??". Cicitnya pelan tanpa ada yang mendengarkan nya.
Dia berusaha menghilangkan perasaan bersalah yang mulai bersarang dalam hatinya, Rere memilih pergi, itu artinya dia tidak perlu sungkan untuk menyayangi Marsya seorang diri.
"Marsya, bantuin ibu nak, tolong siram tanaman depan yah dan juga sapu halamannya". Ucap Bu Lastri berusaha menekan emosinya.
Dia berharap Marsya mau membantunya karena dia tidak melakukan apapun dan juga belum bekerja.
"Loh Bu, aku kan tidak pernah melakukan pekerjaan rumah, tumben sekali ibu menyuruh aku?? ". Marsya menatap ibunya ini dengan malas.
Dia tidak akan mau bila disuruh mengerjakan pekerjaan pembantu seperti ini, dia kan Ratu selama ini.
"Tapi Kamu anak perempuan satu-satunya dirumah ini nak, apa kamu tidak kasihan pada ibu??, dulu ada Rere yang membantu ibu sekarang dia sudah tidak ada, jadi apa salahnya kamu membantu, kan kamu tidak bekerja". Bu Lastri berkata dengan pelan supaya anak kesayangannya ini tidak tersinggung.
"Baiklah bu". Ucapnya dengan malas.
Dia sebenarnya tidak mau mengerjakan nya, tapi kalau dia menolaknya, nanti ibunya akan merasa bahwa dia tidak menyayanginya, jadi dia akan mengerjakannya walau setengah hati.
"Loh Marsya, tumben kamu yang mengerjakan pekerjaan rumah??, Rere kemana??". Tanya salah satu ibu yang menjadi tetangga dekat mereka.
"Dia sudah pergi bu katanya mau ngontrak, lagaknya dia, memang gajinya berapa mau ngontrak segala??". Marsya menatap ibu-ibu itu dengan kesal.
Badannya jadi lecek karena keringatan belum lagi sinar matahari yang mulai meninggi, dia menggerutu dalam hati.
"Lah kamu ini aneh Sya, bukannya syukur kalau Rere pergi toh dia juga tidak minta uangmu untuk bayar kontrakan". Sebal sang tetangga memandang tidak suka pada Marsya
Semua tetangga tahu bagaimana perlakuan keluarga Kandung Rere pada Marsya dan Rere sendiri, itulah sebabnya mereka tidak begitu menyukai Marsya karena selain menyebalkan, dia juga sombong padahal hanya anak angkat.
"Ya setidaknya tahu dirilah sama kemampuan dong, ngontrak itu bukan uang sedikit, lebih baik uangnya dikasih sama ibu untuk belanja kebutuhan dapur, toh dia juga makan dan tinggal dirumah". Kesalnya lagi.
"Biarin aja lah Sya, kamu yang harusnya cari pekerjaan, sayang banget orangtua Rere capek membesarkan kamu dan menyekolahkan kamu menjadi sarjana, ujung-ujungnya dirumah doang, Sedangkan Rere hanya tamatan SMA kerja di kantor, apa kamu tidak malu??". Ejek tetangganya lagi dengan kalimat sarkas dan sangat menyebalkan.
Marsya menghentakkan sapunya dan langsung masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan wajah ibunya yang melihatnya kebingungan.
Dia pikir setelah Rere pergi, dia akan aman dan senang sentosa, malah kini dia mengerjakan pekerjaan rumah dan di olok-olok oleh tetangga
"Kamu kenapa Sya?? ". Tanya sang ibu dengan penasaran.
"Aku tidak mau lagi menyapu dan siram tanaman didepan bu, mereka mengolok-olok aku karena belum bekerja, mereka juga mengatai aku anak pungut". Ucapnya pura-pura menangis dan lari ke kamarnya.
"Dasar anak manja". Kesal sang ibu melihat kepergian anak angkatnya itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments