Mantan Suami Ibuku

Mantan Suami Ibuku

Sakit Hati

Seorang istri perangai lemah lembut tidak membantah perintah suami. Ia justru memuliakan suaminya dengan begitu baik pula.

Pernikahan diantara mereka sudah 2 tahun, tapi mereka juga belum memiliki seorang anak. Namun, Rayyan tak pernah putus asa agar semuanya itu sudah takdir Allah yang menggariskan bahwa semuanya milik Allah.

Keterbelakangan ini, Ibunya yang tak pernah mengomel bahkan ketika menantunya pulang dari kerjaan tak kata mengomel pada menantunya. Tetapi keraguan Yulia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Namun yang akan datang takut diantara mereka salah paham.

Ibunya bernama Amira Lestari memiliki paras yang cantik, anggun dan menggoda membuat siapa saja ingin tahu padanya. Tak kalah menariknya dari Yulia, seorang istri perangai bagus, cantik, tak suka berdandan seperti ibunya.

Setelah Ayahnya meninggal, Amira selalu mengikuti anak perempuan kemana pergi. Amira tak percaya jika menantunya itu seorang anak orang kaya dan menerima ibunya Yulia tinggal bersama mereka.

Merasa ada yang tidak beres, sikap Amira sengaja ia manjakan didepan menantunya tersebut. Dengan berlenggak-lenggok menatap kearah wajah menantunya. Yulia yang belum pulang dari kerja terpaksa lembur karena ada banyak sekali langganan pasien yang berdatangan.

Melihat kondisi Amira yang sekarang di penuhi hawa nafsu, bahkan Amira menyandarkan bahunya dekat menantunya. Amira yang sekarang lebih bermanja-manja, meraih tangan menantunya layaklah seorang istri yang akan memulai di ranjang.

"Tumben sekali kamu ga kerja, ibu buatkan teh dulu. Ibu tahu pasti kamu capek, bila perlu ibu pijit plus-plus gimana?" Ucapnya membuat Amira semakin tinggi.

"Maaf Bu! Bukan maksud Rayyan menolak, tetapi kalau ketahuan istriku gimana. Apakah ibu harus tanggung jawab," gugup Rayyan sedang menatap wajah ibunya kembali ia tepis begitu saja.

"Kamu takut dengan istrimu itu. Yulia itu hanya seorang kerja salon biasa. Mana cukup untuk membuat hidup ibu lebih baik. Setiap hari Yulia itu selalu tidak pernah nurut apa yang ibu katakan, berhentilah membela istrimu yang tidak tahu malu itu," sindir Amira, tidak lama Yulia jelas jika dirinya menangis di depan pintu.

Yulia tidak jadi lembur dikarenakan ada pikiran yang tidak masuk akal di kepalanya. Antara mengiyakan untuk masuk apa tidak. Yulia seharusnya ikut lembur saja tanpa harus mendengar suara tidak tahu terimakasih dari ibunya. Ibunya seharusnya bersyukur kepada anaknya kenapa ibunya tak pernah membela sedikitpun. Jika ada wajah ayahnya disampingnya mungkin kejadian ini tidak akan seperti ini.

Tok...Tok...

Sengaja Yulia tidak mengatakan, ia sudah sakit hati atas apa yang Amira lakukan padanya walaupun tidak dihadapan dirinya tetapi ibunya melakukan dengan suaminya sendiri.

Sekejap sorot mata Amira melengos begitu saja. Mungkin jika menantunya itu tidak berdebat dengan ibunya tak akan memperlambat ingin merayu menantunya.

Sikap acuh tak acuh yang tidak suka dimiliki oleh Amira terpampang jelas dari sudut matanya. Ibunya bukan terimakasih sudah menumpang di rumah kaya milik Rayyan malah ia tak suka dengan anaknya sendiri. Berlagak sok hebat, padahal selama ini Yulia matian- matian untuk mendapatkan kerja yang bagus agar bisa membuat ibunya bahagia.

Suara hentakan kaki Yulia jelas, Rayyan bangkit dari tempat duduknya sambil tersenyum membelai hijab pink yang digunakan istrinya. Namun sayang, Rayyan melihat ada sedikit cairan bening yang melekat di kelopak mata istrinya.

"Sayang, apakah kamu menangis. Ceritakan padaku," imbuhnya ingin merelung luka hati istri.

Tak ada jawaban, Yulia tak ingin menceritakan apa yang sudah terjadi baginya ia sembunyikan setiap luka yang pernah ia lihat . Hatinya hanya bisa pasrah, ingin curhat dengan siapa tapi melihat kelakuan suaminya yang lembut, apakah sulit di percaya?

Menuntun perlahan-lahan membawa tubuh istrinya kepelukan, namun Yulia dengan cepat menepisnya. Entah apa dengan Yulia, tapi pikiran Rayyan saat ini bimbang. Apakah istrinya mendengar suara ibunya saat ibunya ingin menggoda menantunya.

Hanya keluar kata untuk pergi begitu saja tanpa harus menyebut nama suaminya. Yulia menyelimuti tubuhnya dengan selimut, ia tenggelamkan wajahnya ke selimut.

"Pergi dari ruanganku sekarang."

Titah langkah Rayyan tak pergi, ia tetap menunggu kenapa istrinya tiba-tiba marah tanpa ada seorang yang membuatnya beban. Rayyan juga tak tahu jika saat ini kondisi istrinya sedang labil. Tapi mengapa, istrinya tak ingin disentuh. Rayyan tak ingin menyalahkan siapapun, tapi Rayyan ingat satu hal kata-kata itu mengarah kepada ibu mertuanya.

Melampiaskan amarah akan semakin menjadi-jadi. Rayyan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari apa yang ia lakukan bersama mertuanya. Tapi dengan tidak perbuatan, hanya sindiran jelas yang terucap mulut mertuanya.

Rayyan menendang dinding kamar mandi yang tak bersalah, seandainya dulu jika dirinya tak bertemu dengan mertuanya tersebut maka hidup Rayyan akan baik-baik saja. Rayyan menolak ajakan Amira agar dirinya tak terbebas dengan perbuatan yang tidak baik.

"Arghhh, kenapa harus istriku yang mengalami hal ini? Kenapa tidak Rayyan saja. apakah Rayyan sebagai suami yang tolol, bodoh. Rayyan yang bodoh yang tidak bersyukur memiliki istri yang Soleha, baik dan tidak membantah," tukas Rayyan sengaja memaki dirinya sendiri sedang diamuk massa.

Kekalutan mental yang Rayyan kuasai tidak akan pernah hilang, jika mertuanya selalu ada kelurga rumah Rayyan. Rayyan yang sudah umur 32 kini hanya bisa pasrah apa yang selama ini dirinya tak akan memikirkan bagaimana bisa jika dulu istrinya itu adalah ibunya Yulia. Seandainya diposisi pertama, ia masih kuat dalam mencari pasangan hidup satu-satunya hanyalah Yulia saja bukan dengan Amira.

Menyakiti perasaan sudah biasa, tapi ini ibu sendiri. Ibu yang sedang melahirkan Yulia tetapi Yulia tidak mengatakan jika saat ini Yulia jika ada yang aneh dari sikap ibunya sendiri. Saat suaminya bekerja, sikap ibunya kepada Yulia sangat baik. Ia tak pernah mengungkit kesalahan apapun, tapi ini sangat aneh. Apa yang terjadi?

Yulia membuka selimutnya, tak nampak wajah suaminya. Tapi ia bodoh, seharusnya ia ingin bertanya kenapa ibunya tak ada pernah sayang kepada dirinya. Hanya sayang saat ada suaminya.

Pernyataan itu justru menghambat proses dirinya, di kerjaan tadi jika Yulia tidak bisa memberikan seorang anak untuk suaminya. Untung saja, kelurga suaminya tak pernah mempermasalahkan hal tersebut yang dikhawatirkan sekarang Yulia sehat dan tidak terganggu oleh pikiran jahat mereka.

Yulia yang lupa mengunci pintu kamarnya, tiba-tiba saja Rayyan tanpa kesadaran langsung mencium bibir istrinya. Antara canggung atau tidak, tapi ciuman hangat itu sebagai permintaan maaf suaminya karena selama ini sudah banyak membuat sakit hati istrinya.

"Apa yang mas lakukan padaku, bisakah mas kasih aba-aba untuk melakukan hal ini".

Tanpa memperdulikan istrinya berucap, Rayyan justru semakin mengigit ujung bibir seks! milik istrinya. Mereka melakukan hubungan berc!nt4. Hingga Yulia mengikuti gerakan suaminya, Yulia tak lagi menghiraukan pikiran busuk yang menghantui dirinya.

Antara rasa bersalah atau tidak, kali ini Amira ingin sekali jika Rayyan hanya untuk seorang. Tidak dengan Yulia hanya bisa merepotkan Rayyan saja. lagipula, Amira ingin mengambil Rayyan dari anaknya.

Merasa belum puas, Amira yang sulit dipahami sebagai seorang ibu seharusnya tahu cara pola pikirnya. Mengapa ibunya ingin merebut kebahagiaan anaknya, walaupun pernah dulu bersama dengan Rayyan tetapi karena dulu Rayyan seorang pemuda miskin tetapi sekarang Amira ingin sekali mengoda tiap hari agar Rayyan seutuhnya bisa dimiliki Amira.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!