Seorang istri perangai lemah lembut tidak membantah perintah suami. Ia justru memuliakan suaminya dengan begitu baik pula.
Pernikahan diantara mereka sudah 2 tahun, tapi mereka juga belum memiliki seorang anak. Namun, Rayyan tak pernah putus asa agar semuanya itu sudah takdir Allah yang menggariskan bahwa semuanya milik Allah.
Keterbelakangan ini, Ibunya yang tak pernah mengomel bahkan ketika menantunya pulang dari kerjaan tak kata mengomel pada menantunya. Tetapi keraguan Yulia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Namun yang akan datang takut diantara mereka salah paham.
Ibunya bernama Amira Lestari memiliki paras yang cantik, anggun dan menggoda membuat siapa saja ingin tahu padanya. Tak kalah menariknya dari Yulia, seorang istri perangai bagus, cantik, tak suka berdandan seperti ibunya.
Setelah Ayahnya meninggal, Amira selalu mengikuti anak perempuan kemana pergi. Amira tak percaya jika menantunya itu seorang anak orang kaya dan menerima ibunya Yulia tinggal bersama mereka.
Merasa ada yang tidak beres, sikap Amira sengaja ia manjakan didepan menantunya tersebut. Dengan berlenggak-lenggok menatap kearah wajah menantunya. Yulia yang belum pulang dari kerja terpaksa lembur karena ada banyak sekali langganan pasien yang berdatangan.
Melihat kondisi Amira yang sekarang di penuhi hawa nafsu, bahkan Amira menyandarkan bahunya dekat menantunya. Amira yang sekarang lebih bermanja-manja, meraih tangan menantunya layaklah seorang istri yang akan memulai di ranjang.
"Tumben sekali kamu ga kerja, ibu buatkan teh dulu. Ibu tahu pasti kamu capek, bila perlu ibu pijit plus-plus gimana?" Ucapnya membuat Amira semakin tinggi.
"Maaf Bu! Bukan maksud Rayyan menolak, tetapi kalau ketahuan istriku gimana. Apakah ibu harus tanggung jawab," gugup Rayyan sedang menatap wajah ibunya kembali ia tepis begitu saja.
"Kamu takut dengan istrimu itu. Yulia itu hanya seorang kerja salon biasa. Mana cukup untuk membuat hidup ibu lebih baik. Setiap hari Yulia itu selalu tidak pernah nurut apa yang ibu katakan, berhentilah membela istrimu yang tidak tahu malu itu," sindir Amira, tidak lama Yulia jelas jika dirinya menangis di depan pintu.
Yulia tidak jadi lembur dikarenakan ada pikiran yang tidak masuk akal di kepalanya. Antara mengiyakan untuk masuk apa tidak. Yulia seharusnya ikut lembur saja tanpa harus mendengar suara tidak tahu terimakasih dari ibunya. Ibunya seharusnya bersyukur kepada anaknya kenapa ibunya tak pernah membela sedikitpun. Jika ada wajah ayahnya disampingnya mungkin kejadian ini tidak akan seperti ini.
Tok...Tok...
Sengaja Yulia tidak mengatakan, ia sudah sakit hati atas apa yang Amira lakukan padanya walaupun tidak dihadapan dirinya tetapi ibunya melakukan dengan suaminya sendiri.
Sekejap sorot mata Amira melengos begitu saja. Mungkin jika menantunya itu tidak berdebat dengan ibunya tak akan memperlambat ingin merayu menantunya.
Sikap acuh tak acuh yang tidak suka dimiliki oleh Amira terpampang jelas dari sudut matanya. Ibunya bukan terimakasih sudah menumpang di rumah kaya milik Rayyan malah ia tak suka dengan anaknya sendiri. Berlagak sok hebat, padahal selama ini Yulia matian- matian untuk mendapatkan kerja yang bagus agar bisa membuat ibunya bahagia.
Suara hentakan kaki Yulia jelas, Rayyan bangkit dari tempat duduknya sambil tersenyum membelai hijab pink yang digunakan istrinya. Namun sayang, Rayyan melihat ada sedikit cairan bening yang melekat di kelopak mata istrinya.
"Sayang, apakah kamu menangis. Ceritakan padaku," imbuhnya ingin merelung luka hati istri.
Tak ada jawaban, Yulia tak ingin menceritakan apa yang sudah terjadi baginya ia sembunyikan setiap luka yang pernah ia lihat . Hatinya hanya bisa pasrah, ingin curhat dengan siapa tapi melihat kelakuan suaminya yang lembut, apakah sulit di percaya?
Menuntun perlahan-lahan membawa tubuh istrinya kepelukan, namun Yulia dengan cepat menepisnya. Entah apa dengan Yulia, tapi pikiran Rayyan saat ini bimbang. Apakah istrinya mendengar suara ibunya saat ibunya ingin menggoda menantunya.
Hanya keluar kata untuk pergi begitu saja tanpa harus menyebut nama suaminya. Yulia menyelimuti tubuhnya dengan selimut, ia tenggelamkan wajahnya ke selimut.
"Pergi dari ruanganku sekarang."
Titah langkah Rayyan tak pergi, ia tetap menunggu kenapa istrinya tiba-tiba marah tanpa ada seorang yang membuatnya beban. Rayyan juga tak tahu jika saat ini kondisi istrinya sedang labil. Tapi mengapa, istrinya tak ingin disentuh. Rayyan tak ingin menyalahkan siapapun, tapi Rayyan ingat satu hal kata-kata itu mengarah kepada ibu mertuanya.
Melampiaskan amarah akan semakin menjadi-jadi. Rayyan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari apa yang ia lakukan bersama mertuanya. Tapi dengan tidak perbuatan, hanya sindiran jelas yang terucap mulut mertuanya.
Rayyan menendang dinding kamar mandi yang tak bersalah, seandainya dulu jika dirinya tak bertemu dengan mertuanya tersebut maka hidup Rayyan akan baik-baik saja. Rayyan menolak ajakan Amira agar dirinya tak terbebas dengan perbuatan yang tidak baik.
"Arghhh, kenapa harus istriku yang mengalami hal ini? Kenapa tidak Rayyan saja. apakah Rayyan sebagai suami yang tolol, bodoh. Rayyan yang bodoh yang tidak bersyukur memiliki istri yang Soleha, baik dan tidak membantah," tukas Rayyan sengaja memaki dirinya sendiri sedang diamuk massa.
Kekalutan mental yang Rayyan kuasai tidak akan pernah hilang, jika mertuanya selalu ada kelurga rumah Rayyan. Rayyan yang sudah umur 32 kini hanya bisa pasrah apa yang selama ini dirinya tak akan memikirkan bagaimana bisa jika dulu istrinya itu adalah ibunya Yulia. Seandainya diposisi pertama, ia masih kuat dalam mencari pasangan hidup satu-satunya hanyalah Yulia saja bukan dengan Amira.
Menyakiti perasaan sudah biasa, tapi ini ibu sendiri. Ibu yang sedang melahirkan Yulia tetapi Yulia tidak mengatakan jika saat ini Yulia jika ada yang aneh dari sikap ibunya sendiri. Saat suaminya bekerja, sikap ibunya kepada Yulia sangat baik. Ia tak pernah mengungkit kesalahan apapun, tapi ini sangat aneh. Apa yang terjadi?
Yulia membuka selimutnya, tak nampak wajah suaminya. Tapi ia bodoh, seharusnya ia ingin bertanya kenapa ibunya tak ada pernah sayang kepada dirinya. Hanya sayang saat ada suaminya.
Pernyataan itu justru menghambat proses dirinya, di kerjaan tadi jika Yulia tidak bisa memberikan seorang anak untuk suaminya. Untung saja, kelurga suaminya tak pernah mempermasalahkan hal tersebut yang dikhawatirkan sekarang Yulia sehat dan tidak terganggu oleh pikiran jahat mereka.
Yulia yang lupa mengunci pintu kamarnya, tiba-tiba saja Rayyan tanpa kesadaran langsung mencium bibir istrinya. Antara canggung atau tidak, tapi ciuman hangat itu sebagai permintaan maaf suaminya karena selama ini sudah banyak membuat sakit hati istrinya.
"Apa yang mas lakukan padaku, bisakah mas kasih aba-aba untuk melakukan hal ini".
Tanpa memperdulikan istrinya berucap, Rayyan justru semakin mengigit ujung bibir seks! milik istrinya. Mereka melakukan hubungan berc!nt4. Hingga Yulia mengikuti gerakan suaminya, Yulia tak lagi menghiraukan pikiran busuk yang menghantui dirinya.
Antara rasa bersalah atau tidak, kali ini Amira ingin sekali jika Rayyan hanya untuk seorang. Tidak dengan Yulia hanya bisa merepotkan Rayyan saja. lagipula, Amira ingin mengambil Rayyan dari anaknya.
Merasa belum puas, Amira yang sulit dipahami sebagai seorang ibu seharusnya tahu cara pola pikirnya. Mengapa ibunya ingin merebut kebahagiaan anaknya, walaupun pernah dulu bersama dengan Rayyan tetapi karena dulu Rayyan seorang pemuda miskin tetapi sekarang Amira ingin sekali mengoda tiap hari agar Rayyan seutuhnya bisa dimiliki Amira.
"Apa yang mas lakukan padaku, minggir mas. Jangan melakukan hal ini dalam keadaan marah mas. Mas dengar ucapanku tidak?" Suara kecil Yulia merengek.
"Sayang! Maafkan suamimu ini yang berlebihan. Mas salah karena sudah membuat dirimu seperti ini. Tapi mas janji akan selalu menjaga bahkan melindungi mu dari orang jahat, sayang," jawabnya sambil mencium pucuk kening istrinya.
"Janji aja terus, mana buktinya. Kenyataannya sekarang mas lebih memilih ibu daripada aku sebagai istri mas. Mas, selama ini mas hanya seperti orang asing yang pernah aku lihat. Mas seharusnya bekerja jangan mengokang kaki saja dirumah, lagian tadi aku mendengar suara ibu bahwa ibu tidak suka denganku dikarenakan gajiku yang sedikit. Dari dulu aku ga suka ibu tinggal bareng kita mas. Besok bagaimana kalau ibu harus tinggal dirumah kontrakan saja, gimana usul mas," ucap Yulia pasrah agar tidak terjadi perkecohan dalam rumah tangganya.
"Baiklah tapi menurut mas, kenapa istri mas yang sekarang bawel ini ga kasihan sama ibu sendiri".
"Tapi mas, ibu selalu menggoda kamu kalau aku tidak dirumah. Mas jujur aja deh sama aku. Hafal sedikit demi sedikit dari sudut mata mas," ujarnya Yulia semakin tahu jika suaminya ada hubungan terlarang.
"Ga boleh saudzon sama ibu sendiri. Ibu Amira itu mertua mas. Ga mungkin mas melakukan hal itu kepada mertua sendiri. Kamu mau mas menikah dengan ibumu".
Pertanyaan macam apa ini! Yulia ga habis pikir jika meladeni suaminya malah akan menjadi-jadi. Suaminya yang dulunya pendiam kenapa menjadi menatap tajam kearah istrinya. Yulia bangkit dari ranjangnya, ia keluar ingin membasuh wajahnya dan minum air putih.
Rasa tidak bersyukur selama ini yang dialami suaminya, ia sudah tahu hakikat dalam sebuah pernikahan tetapi malah membuatnya enteng dengan sandiwara menuju kepada istrinya. Apa yang dipikirkan suaminya itu, lantas mengapa dengan beraninya Rayyan ingin menikahi mertuanya.
Tidak mungkin akan viral kasus ini, Rayyan yang hilang kendali langsung pergi menemui istrinya yang seperti menangis di kamar mandi. Tidak herannya, Amira yang sedang mencari cara agar Yulia ingin cerai dengan menantunya.
Sengaja Amira memakai daster tipis berwarna hitam serta ada motif bunga di belakangnya. Kain yang agak tipis itu mampu membuat jakun Rayyan menelan saliva. Ia bertanya mungkin itu adalah istrinya sengaja menggoda suaminya agar tidak menjadi keributan.
Tap...
Tap...
Tangan Rayyan langsung memeluk tubuh Amira dengan lihai. Ia mencium leher belakang milik Amira. Sangking kesalnya, Amira membalas ciuman itu kepada menantunya.
Tak lama kemudian, rasa sakit yang dialami Yulia kini sudah reda. Tak bisa dipungkiri lagi jika Yulia bagaikan anak terbuang menjadi seorang istri. Apa yang terjadi, sosok manik itu keluar saat Yulia membuka pintu kamar mandi melihat penampakan yang tak layak di pertontonkan.
Yulia dengan bibir kaku
Mata sembab awalnya sudah melupakan kini kembali dihadirkan oleh sepasang menantu dan ibunya sendiri. Sakit hati lagi, Yulia rasanya tak kuat menginjak kaki. Hatinya tergores dengan penampakan yang Yulia alami sekarang.
Ibu yang mengandung Yulia nyaris tidak tahu malu bermesraan dengan suaminya. Lantas, bagaimana dengan kata-kata suaminya saat di ranjang tadi.
Siapa yang paling di kasihani sekarang, Rayyan memilih mertuanya ketimbang istri yang terluka.
Teriakan itu menggema ditelinga mereka, sangking kesalnya Yulia teriak memangil suaminya api mengamuk.
"MAS, APA YANG KALIAN LAKUKAN. KIRA SELAMA INI MAS BEKERJA UNTUK AKU. TAPI APA NYATANYA MAS, MAS BISA BERMESRAAN DENGAN IBU AKU. MAS, DIMANA JANJI MAS, KALAU GITU AKU INGIN CERAI DARI MAS. AKU GA TAHAN MAS, AKU KERJA UNTUK KALIAN. TAPI APA BALASANNYA! INI YANG KALIAN TUAI, INGAT MAS KARMA SELALU ADA."
Rayyan menelan saliva nya, jika yang bersamanya bukan istrinya melainkan mertuanya. Mengejar istrinya, bukannya sedih tapi malah ibunya membiarkan mereka agar kembali cerai. Sangat puas, tapi dengan tidak ini saja Amira akan selalu mengawasi Yulia kemana pun.
"Sayang! Mas minta maaf, mas khilaf."
Plak
Plak
"Khilaf? kalau khilaf mas tahu jika itu ibuku sendiri. Mas seharusnya sadar kalau itu ibu. Biarkan aku pergi mas, mas jangan halangi aku," berontak Yulia ia mengemasi pakaiannya kedalam koper.
"Tapi jangan tinggalkan mas seorang diri sayang, masalah ini kita pecahkan sendiri. Mas tahu jadi seorang suami mas banyak melakukan kesalahan, tapi jangan sampai cera! . Mas ga mau jika sampai tahu kalau mama akan kesini langsung memecat kerjaan ku di perusahaan, sayang," ucap Rayyan bermohon bersujud dikaki istrinya sambil menunggu permintaan maaf.
Tanpa menunggu waktu yang lama, Yulia mendorong tubuh suaminya. Terpental dari jauh ke tepi dinding. Berdarah sudah hidung milik suaminya, tapi apa yang Yulia lihat dengan mata kepala sendiri suaminya bermesraan dengan ibu kandung sendiri.
Menangis? Selama ini Yulia selalu menutupi kepedihan didalam rumah tangganya, namun itu semua tidak ada nyali dalam kondisi Rayyan sekarang. Malahan sikap Rayyan seperti anak kecil butuh kasih sayang dan perhatian.
Tidak menghiraukan suara suaminya terus memangil nya. Berlalu dalam kepedihan itu tidaklah baik. Yulia pergi dari rumah meninggalkan ibu juga suaminya. Yulia sudah merasakan sakit yang luar biasa, dikhianati oleh suaminya dalam pernikahan dan ini suaminya malah sel!ngkuh dengan mertuanya sendiri.
Bagaikan film yang lagi viral, tapi jika Yulia merasa kasihan padanya akan semakin menjadi-jadi sifat kekanak-kanakan suaminya.
Pergi meninggalkan orang tercintanya, namun tidak dengan ingin memilikinya. Ternyata benar jika didalam sebuah pernikahan itu ada ujiannya, tapi Yulia tidak kuat untuk menahan rasa pedih yang melukai perasaan hatinya.
Tak harus kemana, mencari tumpangan dan menginap di daerah mana. Malam sudah larut, tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang menyetop mobilnya kearah Yulia.
Yulia ingin menolak, tetapi lelaki itu terus menerus ingin menerima Yulia masuk kedalam mobilnya. Terlihat dari sudut matanya jika lelaki dari orang terpandang, ia takut akan sama saja seperti nasib dengan suaminya. Hanya harta saja yang dimiliki tetapi tidak dengan sifat sopan santunnya.
"Ayo ikut! Tidak usah takut aku tidak akan menyakitimu bahkan mencelakai mu. Aku Rafatar, maaf kalau tato di tubuh ku banyak membuat Nona takut kepadaku, silahkan naik. Mungkin aku bisa mengantarmu di kontrakan terdekat dari sini," ucapnya tersenyum sambil melihat Yulia penuh semangat.
"Maaf tuan, bukankah aku menolak ajakan tuan. Tapi sepertinya aku takut akan diculik. Sebaiknya tuan cari saja tumpangan lain, aku takut tuan akan membawaku ke suatu tempat lalu membiarkan aku disana, maaf tuan," jawab Yulia gemetaran saat suara itu terdengar familiar.
"Nona, aku tak akan membiarkan kamu dalam celaka. Begini saja, kalau Nona tidak keberatan sebaiknya Nona tinggal saja di apartemen. Disana apartemen sangat ramah, tidak bising dengan orang sekitar".
Tak lama Yulia seperti diratukan pada orang benar, tidak seperti suaminya yang hanya ingat masa lalu tapi sulit suaminya melupakan. Dibalik itu semua, jika wanita yang bersama dengan Rafatar adalah istri sah adiknya itu. Karena Rafatar baru saja pulang dari kuliah sekalian bekerja diluar negeri.
Rafatar yang ingat bahwa foto pernikahan bersama adiknya masih diingat oleh saudaranya.
Yulia mengikuti arahan pemuda tersebut. Hari sudah malam Yulia ternyenyak sampai tidur di dalam mobil. Rafatar akan membawa Yulia di sebuah apartemen miliknya. Apartemen yang seharusnya dijual tetapi ia tak rela jika apartemen itu hasil upahnya sendiri.
Setelah sampai, Rafatar ingin membawa Yulia ke sebuah apartemen miliknya yakni bagaikan istana raja. Mungkin Yulia akan terkejut setelah ia bangun nanti. Membawa tubuh Yulia di apartemen kamar 02 bersebelahan dengan kamar miliknya.
"Maafkan Yulia, aku akan merawat mu sampai engkau tahu siapa Rayyan sebenarnya. Seharusnya yang menikahi kamu adalah aku bukan adikku. Terlalu manis saat sedang tidur," ucap Rafatar yang sedang menggendong tubuh Yulia.
"Terlalu ringan sekali tubuhmu Yulia".
Berat badan Yulia begitu ringan juga enteng. Aktivitas apa yang ia lakukan, ataukah sekedar joging atau makan pola sehat. Tetapi, Rafatar yang menaksir duluan saat Yulia masih gadis.
Menutup pintu pelan-pelan agar tidak kedengaran saat terbangunnya Yulia. Sengaja Rafatar menyuruh asistennya untuk membuat makan malam yang disajikan di tempat sebelah tidurnya.
Seperti wanita yang diratukan, tapi suaminya itu terlalu bodoh dan menyebalkan. Istri cantik, Soleha, tidak bersolek saja di selingkuhin malah milih yang sudah jebol.
Terbangun mata sayup-sayup, Yulia dengan pandangan sedikit buram karena kecapekan badan lelah tak istirahat. Bekerja seharian di bagian salon kini malah sudah terbaring dengan sempurna disebuah tempat yang nyaman.
Entah siapa yang membawa dirinya kesini, lantas apakah Yulia tidak ingat satu hal. Sangat polos tetapi bagi Yulia akan membayar apa yang dilakukan pemuda itu kepadanya.
Saat ingin bergerak, perut Yulia terasa sakit dan ingin mual. Buru-buru mencari wastafel dan kamar mandi namun sayangnya Yulia malah keluar dari Apartemen tanpa alas kaki.
Banyak orang disana melihat aksi Yulia, ada yang aneh dengan wanita tersebut. Salah satu diantaranya ingin membantu namun tak lama datanglah Rafatar dengan membawa asistennya.
Mereka awalnya ingin menertawakan malah disambut bubar oleh Rafatar. Menggangu kebisingan orang tidur saja.
"Bubar! Apa yang kalian tertawakan. Bubar sekarang atau kalian selamanya akan saya habisi".
Ucapan Rafatar seluruh tubuh Yulia meremang. Nyaris jika awalnya tidak setuju untuk mengikuti arahan dari pemuda tersebut.
Tak ingin memperbanyak masalah tubuh ringan itu berhasil diangkat oleh Rafatar. Asistennya hanya saling pandang memandangi ke wajah Rafatar. Dengan senyuman maut, asistennya kembali keluar takut akan memotong gaji merdeka.
"Lepaskan Aku! Terima kasih sudah membawaku kesini, tapi aku ingin pulang. Aku tidak merasakan betah disini, bisakah membawaku pulang. Aku takut disini," ucap Yulia takut terpaksa ia tak jadi mual dikarenakan ia takut di telan Bos menakutkan.
"Pulang? Ini sudah malam, Kenapa keluar tadi".
"Hmm, maaf tadi ingin mual. Perutku rasanya kurang asupan nutrisi".
"Makanya jangan telat! ingat kamu itu wanita, nanti kalau sakit siapa yang susah. Kamu juga kan," ketus menarik tangan Yulia duduk bareng menyuapi makanan ke mulut Yulia.
Yulia tetap memakan nya, sedikit demi sedikit Dulangan makanan itu habis ditelan ke mulut Yulia. Memberikan air putih sebagai pelengkap supaya tidak kesedak. Ramah sekali Rafatar, entah mengapa baru saja mengenalinya sikap Rafatar pura-pura senyum.
"Tuan senyum kepada siapa? Apakah kepada diriku yang cantik ini," ucap Yulia merayu Rafatar penuh gombalan.
"Ngaca! ada kan kaca dirumah, kamu itu jelek ya tetap jelek. Penampilanmu saja tidak mencerminkan kepribadian mu sendiri, sudahlah ayo habiskan. Besok kita bangun pagi untuk olahraga. Kamu suka?"
"Kenapa dia seperti singa, tadi pas menolongku baik kurang baik, tapi setelah sampai di apartemennya kenapa segalak ini. Sudahlah biarkan saja yang penting masih ada orang baik yang mau menolongku," batin Yulia merasa tidak nyaman.
"Hei Nona kenapa melamun! Kamu pasti melihat ketampananku kan, ngaku saja".
"Kegeeran banget sih!"
"Kalau iya gpp juga sih. Oh ya, lalu dimana suamimu. Kenapa kamu bisa ada di tengah jalan. Kalau tadi tidak ada aku pasti kamu udah dibawa wawak pemabuk ditengah jalan, jaga diri jadi wanita. Wanita itu mahal harganya, bukan wanita murahan yang siap di layani semua orang".
"Terimakasih sarannya Tuan Rafatar. Bolehkah aku ke kamar mandi sebentar. Rasanya ada yang masalah dengan perutku."
"Boleh, silahkan".
Rafatar sebenarnya merasakan kasihan pada Yulia. Tapi bagaimana pun, rahasia ini harus disimpan rapat-rapat agar sekelas nanti orangtua mereka bisa mendengar kabar dari menantunya. Tidak salahkah Rafatar membawa Yulia kemari, walaupun seluk beluk tentang Yulia, Rafatar hanya mengingat jika Yulia adalah seorang wanita yang baik, Soleha, penurut, otomatis tidak suka masalah menyingung orang lain.
Seluruh muntahan nasi akhirnya keluar, lemas tak sadarkan diri. Rafatar yang menunggu lebih dari 2 jam kemunculan Yulia tidak kunjung keluar. Apa yang sedang terjadi? Sementara pintunya terkunci. Mau tak mau Rafatar mendobrak dengan sekuatnya agar Yulia tidak berlama-lama di dalam kamar mandi takut wanita cantik itu pingsan.
Setelah dibuka ternyata alhasil Yulia sudah pingsan, wajahnya pucat kayak mumi hidup. Hijabnya basah terkena siraman air. Memutuskan untuk memangil asisten perempuannya untuk mengantikan pakaian Yulia tersiram air.
Membopong kembali tubuh ringan Wanita tersebut. Mengusap wajah yang terkena air dengan tisu. Perlahan-lahan namun telaten.
Bunga Citra lestari akhirnya masuk kedalam ruangan Yulia ditugaskan untuk mengganti pakaian wanita tersebut. Dengan cepat dan lihai Rafatar menunggu diluar sembari menelpon Dokter kesehatan agar Yulia bisa istirahat yang cukup.
*
*
*
Disisi yang lain, dengan cinta mengorbankan diri untuk seorang yang Amira selama ini cintai. Jika bukan karena Kaya mungkin Amira tak akan mengejar menantunya tersebut. Tapi sayang, sikap liciknya berhasil anaknya sudah pergi dari rumahnya meninggalkan suami yang anaknya cintai.
Amira sengaja membawa menantunya ke RS. Darah segar mengucur deras di hidung menantunya. Ada perasaan bersalah, tetapi ini kesalahan Yulia yang mendasar karena sudah membuat menantunya emosi.
Dibalik semua itu, Amira tak ingin menantunya pergi jauh. Karena Amira justru mencintai menantunya. Apapun itu akan melakukan yang terbaik untuk menantu sendiri.
Di RS Mitra Keluarga disitulah Rayyan juga Amira telah tiba. Tidak ada tanda-tanda jika Rayyan sadar. Amira merasa frustasi karena sudah memiliki niat jahat kepada pasangan tersebut. Tapi disisi lain, Amira tak ada jalan pilihan untuk selalu dekat dengan menantu nya.
Isak tangis Amira terdengar dari sebelah kamar Yulia. Disana Yulia dibawa Rafatar bersama Bunga juga asisten yang lain. Bunga sendiri tidak tahu jika wanita yang di tolong oleh Bosnya itu adalah seorang pekerja salon yang setiap hari langganan Bunga. Bunga ikut sedih, nasib malang yang di derita Wanita tersebut berdampak buruk.
Apakah tahu jika kedua pasangan tersebut dirawat di RS yang sama, lalu apa reaksi Amira saat menantunya tak kunjung sadar?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!