Xavier

Udara malam di area perkemahan mulai terasa dingin. Setelah games survival selesai, peserta mulai kembali ke tenda masing-masing. Beberapa masih berkumpul di dekat api unggun, tertawa dan berbincang santai. Namun, Azzura tampak berbeda wajahnya cemas, matanya menatap sekeliling, mencari seseorang.

“Kenzo, ke mana sih?” gumamnya.

Ia berjalan cepat ke arah tenda panitia, lalu menghampiri seorang mahasiswa BEM.

“Maaf,” Azzura memanggil pelan, “Kamu lihat Kenzo? Tadi dia barisan kelompok kita.”

Cowok itu menggeleng sambil menyesap air mineral. “Tadi sempat di dekat api unggun, tapi sekarang gak tahu, sih. Mungkin ke toilet?”

Azzura mengangguk pelan dan mengucapkan terima kasih, tapi hatinya tak tenang. Ia berjalan mengelilingi kemah, memeriksa tiap sudut gelap, tapi sosok Kenzo tak terlihat.

Langkahnya kemudian membawanya semakin menjauh dari keramaian. Tanpa sadar, ia mulai mendekati area pinggiran hutan, tempat yang awalnya dilarang untuk didekati. Pepohonan tinggi menjulang dan cahaya lampu kemah tak sampai ke sana.

Namun di antara kesunyian, ia mendengar suara sayup, pelan, dan sesekali diselingi tawa kecil dan desahan samar.

Azzura menahan napas. Ia melangkah perlahan, menepi ke balik semak, mengikuti suara itu.

Semakin dekat, semakin jelas suara dua orang yang berbicara dalam nada intim.

Hingga akhirnya, dari balik pohon besar dan batu yang tertutup semak, terlihat Kenzo dan Rica berdiri sangat dekat, tubuh mereka bersandar di batu, tangan saling menyentuh, bibir mereka hampir bersatu.

Dunia Azzura seketika berhenti.

Tubuhnya kaku, tapi telinganya terus mendengar dan yang ia dengar, menghancurkan sisa hatinya.

“Kamu yakin gak akan ketahuan?” bisik Rica sambil menggoda, jari-jarinya menggulung rambut Kenzo.

Kenzo tertawa pelan, santai. “Tenang aja. Zura itu gampang banget dikendalikan. Kasih sedikit perhatian, langsung nurut kayak anak anjing.”

Rica terkekeh, “Dia masih kasih kamu uang juga, kan?”

Kenzo mengangguk, santai. “Iya, dia beri semua duit beasiswanya, ke aku. Siapa yang menolak, bukan? Lumayan buat dimanfaatkan.”

Azzura menggigit bibirnya. Matanya mulai panas, tangannya gemetar. Tapi ia tak bisa bergerak. Seolah bumi menahannya untuk mendengar semuanya.

“Dan soal tugas?” tanya Rica lagi.

Kenzo mendesah, “Lah, jelas dia yang ngerjain semua tugas gue. Tinggal minta, dia pasti lakuin. Pintar sih, tapi sayangnya bodoh, tapi aku gak peduli sih, toh siapa lagi yang bisa gue manfaatin?”

Tawa mereka menggema pelan di antara semak. Dan Azzura perlahan mundur, tubuhnya lemas. Air mata jatuh satu per satu tanpa bisa ditahan. Suaranya tercekat di tenggorokan.

Terdengar Rica dan Kenzo mulai melakukan sesuatu yang terlarang yaitu berhubungan intim, membuat Azzura semakin sakit.

Azzura berbalik berlari jauh ke dalam hutan. Langkah Azzura menembus pekat malam. Hatinya remuk, dadanya sesak oleh pengkhianatan yang tak pernah ia bayangkan.

Kenzo. Rica. Semua kebodohannya. Semua kepercayaannya. Semua cintanya.

“Bodoh … aku bodoh!” isaknya, berlari semakin dalam ke hutan yang membentang luas.

Air mata jatuh tanpa henti. Tapi langkahnya tidak goyah. Ia tidak peduli lagi ke mana kakinya membawanya. Hutan itu gelap, dingin, dan liar tapi tidak lebih mengerikan dari kenyataan yang baru saja menghantamnya.

Azzura merasa bersalah pada orang tua, kakak dan orang-orang yang peduli padanya. Tapi dia dengan bodohnya menyakiti perasaan mereka.

Di sekelilingnya, dedaunan mulai bergetar. Akar-akaran mencuat dari tanah, ranting-ranting menjulur liar seperti tangan-tangan yang hidup. Angin mendesir cepat, berputar mengelilingi tubuh Azzura.

Tubuhnya kini dilingkupi oleh aura samar, berkilauan dalam warna emas kehijauan. Nafasnya berat. Tapi di balik air mata dan keputusasaannya sesuatu dalam dirinya bangkit.

Darah keturunan Zanaya, sang penguasa seluruh elemen, dan Zion, raja dari zaman kuno mulai menyala.

Sihir darah murni.

Api kecil menari di ujung jari. Angin menggulung di sekitarnya seperti pelindung tak terlihat. Tumbuhan liar mendesis, menunduk pada pemiliknya yang baru sadar akan dirinya sendiri.

Namun Azzura tak menyadarinya. Yang ia tahu ia ingin pergi. Menjauh dari dunia. Dari semua kebohongan.

“Aku ingin menghilang.”

Suara itu keluar dari bibirnya dengan getir. Dan tanpa sadar langkahnya menyeberangi batas yang tak pernah seharusnya ia lewati.

Batas hutan larangan.

Di balik garis tak terlihat itu, dunia berubah. Udara menjadi berat, tanah terasa berdenyut di bawah kaki.

Kabut ungu menyelimuti jalur pohon-pohon tinggi yang tampak lebih tua, lebih menyeramkan. Sunyi. Tak ada suara burung, jangkrik, atau angin. Hanya detak jantungnya yang terdengar. Tiba-tiba..

Bugh!

Azzura jatuh tersungkur di tanah basah, akar pohon besar menjulur kasar di bawah tubuhnya. Ia tak peduli pada rasa sakit di lutut atau kotoran yang menempel di bajunya.

Tubuhnya gemetar. Napas tersengal. Tangisnya pecah seketika, seakan tak bisa lagi ia tahan.

“Kenapa, semuanya harus seperti ini?” isaknya pelan. “Daddy … Mommy … kalian benar … kalian sudah peringatkan aku ... tapi aku terlalu bodoh .…”

Tangannya mencengkeram rumput liar, air mata terus mengalir tak terbendung. Dunia terasa terlalu sunyi, terlalu dingin. Tapi kemudian ...

“Arrgh!”

Suara rintihan kesakitan memecah kesunyian itu.

Azzura mendongak cepat, matanya melebar.“S—siapa?” tanyanya gemetar, menahan napas.

Suara itu terdengar lagi, kali ini lebih lemah, seperti seseorang yang berjuang tetap sadar. Dengan hati-hati, Azzura berdiri, menyibak semak berduri dan mengikuti sumber suara.

Dan di balik pohon besar berselimut lumut, terbaringlah seorang pria.

Tubuhnya penuh luka. Robekan dalam di dada, lengan, dan punggungnya, terlihat jelas seperti bekas cakaran makhluk buas. Darahnya mengalir, menggenangi tanah di bawahnya.

Matanya setengah tertutup, rambut coklat gelapnya menempel di kening karena keringat. Tapi wajahnya…

Begitu tampan dan asing, seperti pangeran.

“T–Tolong .... ” rintih pemuda itu lemah.

Azzura segera berjongkok di sampingnya. “Kamu terluka parah.”

Tangannya gemetar, ingin menolong, tapi ia tak tahu harus apa.

“Aku … harusnya cari bantuan, tapi aku sendiri gak tahu jalan kembali ke luar hutan.”

Lalu, tanpa sadar telapak tangannya bersinar lembut. Warna keemasan berkilauan dari kulitnya, mengalir hangat, menyelimuti udara dingin malam.

Elemen cahaya.

Salah satu dari kekuatan yang diwarisi Azzura dari ibunya—Zanaya, sang pengendali seluruh elemen.

Kilauan itu perlahan menyentuh tubuh sang pemuda. Luka-luka yang menganga mulai menutup, darah berhenti mengalir. Nafasnya membaik.

Pemuda itu perlahan membuka mata dan terbelalak menatap Azzura.

“Kau,” bisiknya, “kamu … bukan manusia biasa .…”

Azzura tersentak. “A—apa?”

“Tanganmu … cahaya itu … kau penyembuh? Kau … pakai sihir barusan?”

Azzura langsung sadar, dia baru saja memperlihatkan sihirnya pada seorang pria asing. Kekuatan yang selama ini disimpan rapi yang hanya diketahui oleh keluarganya.

"Kau ... kau mungkin salah lihat," kata Azzura gugup.

Pemuda itu menatapnya lama, lalu tertawa kecil, walau wajahnya masih pucat. “Sihir di dunia ini sudah nyaris punah, itu hanya ada di zaman kuno. Tapi kamu … kamu menggunakannya seolah itu nalurimu sendiri.”

Azzura mengerutkan kening. “Siapa kamu sebenarnya?”

Pemuda itu menatap langit sebentar sebelum menjawab, “Namaku … Xavier.”

Terpopuler

Comments

mama_im

mama_im

ini cuma masuk hutan larangan kan kak, bukan ke zaman kuno?? Dejavu sama emaknya 😅😅😅 cus balik lg ke camp zura, bales si cowok sialan itu 😤😤😤

2025-07-06

5

Dian Susantie

Dian Susantie

Xavier...!! apakah dia anak laki² kecil yg wkt itu ditolong Azurra pas mau ketabrak mobil..?? 🤔🤔 bisa jd selama ini dia sdh memantau Azurra.. dan ini cuma siasat dia buat deketin lg Azurra.. 🙄🙄

2025-07-06

1

syh 03

syh 03

niatnya mau nabung dulu baru baca tp udh ga tahan..krna novel2 author selalu seru 😊😊

2025-07-07

1

lihat semua
Episodes
1 Azzura Dixon Azlan
2 Perkemahan
3 Xavier
4 Kau adalah Luna-ku
5 Azzura Hilang
6 Kemarahan Zion
7 Pulang
8 Aura Berbeda
9 Menyelinap
10 Mal
11 Bertemu Xavier
12 Merubah Penampilan
13 Berbalik Arah
14 Kecupan Singkat
15 Gosip
16 Memberi Pelajaran
17 Serangan Vampir?
18 Fitnah Lagi
19 Kedatangan Zanaya
20 Terungkap
21 Obsesi Kenzo
22 Kenzo Yang Tak Tahu Malu
23 Pertemuan
24 Insiden
25 Kemarahan Zanaya
26 Akhir Keluarga Rica
27 Berita
28 Obsesi Gelap
29 Pertemuan Para Alpha
30 Aku Manusia Serigala
31 Pertemuan Dengan Calon Mertua
32 Persaingan
33 Sania Diserang
34 Rencana Gagal
35 Bertemu Masa Lalu
36 Tamu Tak Diundang
37 Pembuktian Diri
38 Kelakuan Keluarga Kenzo
39 Ulang Tahun Zanaya
40 Kepanikan
41 Penyerangan
42 Azzura Dan Sania
43 Menyelamatkan
44 Penyerangan Selesai
45 Mayat Kenzo Hilang
46 Double Date
47 Semakin Dekat
48 Tanda Luna
49 Kemarahan Zion
50 Zanaya Marah
51 Menghubungi Erland
52 Pesan Kakek Gerald
53 Serangan Vampir
54 Kepergian Sang Kakek
55 Duka dan Misteri
56 Asal Muasal
57 Menyatakan Perang
58 Persiapan Perang
59 Penyerangan
60 Mencurigakan
61 Vael?
62 Tingkah Sania
63 Rapat Darurat
64 Misi Mendadak
65 Misi Dimulai
66 Pertarungan
67 Misi Selesai
68 Peringatan Darurat
69 Sebelum Perang
70 Latihan Bersama
71 Kemunculan
72 Perang Pecah
73 Perang
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Azzura Dixon Azlan
2
Perkemahan
3
Xavier
4
Kau adalah Luna-ku
5
Azzura Hilang
6
Kemarahan Zion
7
Pulang
8
Aura Berbeda
9
Menyelinap
10
Mal
11
Bertemu Xavier
12
Merubah Penampilan
13
Berbalik Arah
14
Kecupan Singkat
15
Gosip
16
Memberi Pelajaran
17
Serangan Vampir?
18
Fitnah Lagi
19
Kedatangan Zanaya
20
Terungkap
21
Obsesi Kenzo
22
Kenzo Yang Tak Tahu Malu
23
Pertemuan
24
Insiden
25
Kemarahan Zanaya
26
Akhir Keluarga Rica
27
Berita
28
Obsesi Gelap
29
Pertemuan Para Alpha
30
Aku Manusia Serigala
31
Pertemuan Dengan Calon Mertua
32
Persaingan
33
Sania Diserang
34
Rencana Gagal
35
Bertemu Masa Lalu
36
Tamu Tak Diundang
37
Pembuktian Diri
38
Kelakuan Keluarga Kenzo
39
Ulang Tahun Zanaya
40
Kepanikan
41
Penyerangan
42
Azzura Dan Sania
43
Menyelamatkan
44
Penyerangan Selesai
45
Mayat Kenzo Hilang
46
Double Date
47
Semakin Dekat
48
Tanda Luna
49
Kemarahan Zion
50
Zanaya Marah
51
Menghubungi Erland
52
Pesan Kakek Gerald
53
Serangan Vampir
54
Kepergian Sang Kakek
55
Duka dan Misteri
56
Asal Muasal
57
Menyatakan Perang
58
Persiapan Perang
59
Penyerangan
60
Mencurigakan
61
Vael?
62
Tingkah Sania
63
Rapat Darurat
64
Misi Mendadak
65
Misi Dimulai
66
Pertarungan
67
Misi Selesai
68
Peringatan Darurat
69
Sebelum Perang
70
Latihan Bersama
71
Kemunculan
72
Perang Pecah
73
Perang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!