Masih Peduli

"Kak, itu makanan untuk siapa?" tanya Chika ketika melihat Armand membawa makanan, buah, dan susu di sebuah nampan.

Armand menatap Chika canggung. Dia merasa tidak enak hati untuk menjawab dengan jujur.

"E... ini.... "

"Apa itu makanan untuk Kak Luna?" tanya Chika.

"Luna belum makan sejak pagi, kakak cuma takut dia sakit," jawab Armand yang akhirnya menjawab dengan jujur. "Kak Andi juga sudah memberi izin," tambahnya. Takut Chika mengira dia berani melawan keputusan kakak pertama mereka itu.

Chika mengepalkan tangan. Namun, gadis licik itu tetap tersenyum. Dia tidak menyangka kalau Andi dan Armand masih peduli dengan Aluna.

"Baguslah. Aku kira Kak Andi akan terus marah pada Kak Luna," ucap Chika dengan senyum palsunya.

"Kamu... tidak marah pada kami? Maksudku, kamu tidak keberatan kalau kami masih peduli sama Luna?" tanya Armand dengan hati-hati.

Chika menggeleng.

"Tentu saja tidak, Kak. Justru aku merasa lega karena kalian berdua masih tetap menyayangi Kak Luna. Bagaimanapun sikap kasarnya padaku pasti karena Kak Luna mengira kalian hanya peduli padaku saja dan tidak tidak sayang padanya," jawab Chika masih dengan senyum palsunya.

Armand tersenyum lega. Dia merasa senang karena Chika masih mengerti keadaan Luna.

"Terima kasih ya, Chik atas pengertian kamu. Meski ada Luna disini, kamu tetap akan menjadi adik kesayangan kami," ucap Armand.

Diam-diam Chika merekam perkataan Armand barusan. Dan dia akan menggunakan rekaman itu untuk membuat Aluna merasa tidak diinginkan di keluarga Anggara.

"Kak, bagaimana kalau aku yang mengantar makanan itu untuk Kak Luna. Aku mau memperbaiki hubunganku dengannya," ujar Chika.

Armand menatap nampan berisi makanan di tangannya. Satu sisi dia ragu untuk menyerahkan itu kepada Chika. Apalagi ia tahu selama ini hubungan Aluna dan Chika tidak terlalu baik.

"Kak, beri aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kami. Siapa tahu dengan aku yang memberikan makanan itu pada Kak Luna, Kak Luna jadi tidak berprasangka buruk lagi padaku," ucap Chika.

Dia tahu, Armand meragukannya. Jadi, dia harus bisa meyakinkan kakak keduanya itu agar mau menyerahkan makanan itu padanya. Dengan begitu, ia bisa mendekati Aluna dan menambah masalah untuk gadis kampungan itu.

Armand menghela napas panjang. Sepertinya ide Chila bisa dicoba. Dia pun memberikan nampan berisi makanan itu kepada Chika.

"Pastikan dia makan makanan itu. Luna memiliki masalah dengan lambung. Kalau perutnya dibiarkan kosong, dia bisa sakit," ujar Armand.

Chika tersenyum dan mengangguk.

"Iya, Kak. Pasti aku akan memastikan agar Kal Luna mau makan makanan ini. Kakak tenang saja, serahkan semuanya padaku," ucap Chika meyakinkan.

"Ya, sudah. Kakak ke depan dulu."

Armand mengusap bahu Chika. Dia percaya, Chika pasti bisa membujuk Aluna untuk makan.

Setelah berpamitan, Armand segera meninggalkan Chika.

Chika menatap makanan di tangannya lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Tidak akan aku biarkan gadis kampungan itu merasa senang karena masih diperhatikan. Aku akan membuat Aluna semakin membenci kalian semua," gumam Chika.

Wanita licik itu segera menemui Aluna di gudang bawah tanah. Tempat dimana Aluna menjalani hukuman.

***

"Kak, apa kamu datang untuk membebaskan aku dari sini? Aku yakin, Kakak akhirnya percaya kalau aku tidak mendorong Chika ke kolam," ujar Aluna saat pengawal membawanya untuk menghadap seseorang.

Aluna merasa lega karena mengira ada salah satu dari kakak atau anggota keluarga yang lain yang datang untuk membebaskannya. Senyum yang sempat terukir di bibir Aluna seketika sirna kala mengetahui bahwa yang datang menemuinya adalah Chika–orang yang sama sekali tidak ia suka.

"Kenapa tiba-tiba diam? Kecewa karena yang datang bukan Kak Andi, Kak Armand, papa, atau mama?"

Chika bersedekap.

"Kamu tidak usah bermimpi Luna! Selamanya mereka tidak akan datang untuk membebaskanmu dari sini. Mereka membencimu. Tidak ada satu pun dari mereka yang sayang padamu, meski kamu adalah putri kandung dari Keluarga Anggara. Aku mungkin hanya anak adopsi keluarga ini. Tapi, bagi mereka aku tetaplah putri kesayangan keluarga ini bukan kamu."

Chika sedikit membungkukkan badannya, mencengkeram dagu Aluna lalu menghempaskannya. Setelah itu ia menegakkan tubuhnya kembali.

'Tidak percaya?" tanya Chika dengan tatapan mengejek.

Chika mengeluarkan ponsel dari saku bajunya lalu memutar rekaman suara Armand.

"Meski ada Luna disini kamu akan tetap menjadi adik kesayangan kami."

Luna tahu kedua kakaknya menyayangi Chika karena bagaimanapun ketiganya tumbuh bersama sebagai saudara selama belasan tahun. Tapi, tidak adakah sedikit saja ruang di hati kedua kakaknya itu untuk dirinya? Luna tidak meminta seluruh kasih sayang dari mereka untuknya. Dia hanya ingin sedikit tempat di hati kakak-kakaknya itu. Tapi, sepertinya semua itu tidak mungkin. Seluruh ruang di hati kedua kakaknya semua sudah terisi oleh Chika, termasuk hati kedua orang tuanya.

Kalau mereka tidak bisa memberikan kasih sayang kepadanya, lalu kenapa mereka harus repot-repot membawanya dari panti asuhan?

"Kak Andi bilang selama kamu belum mengakui kesalahanmu, dia tidak akan membiarkanmu keluar dari sini. Bahkan dia melarang semua orang memberimu makanan," ucap Chika.

"Ck, ck, ck, sepertinya meski kamu mati di tempat ini, mereka pun tidak akan peduli." Gadis licik berhati jahat itu menatap remeh Aluna.

Aluna meremas jarinya sendiri. Sepertinya semua yang dikatakan Chika itu benar. Tidak satu pun dari anggota keluarga ini yang menginginkannya apalagi menyayanginya.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Aluna dengan suara bergetar.

"Dulu, saat awal-awal kamu masuk ke keluarga ini, aku cuma berharap kamu pergi dari sini dan tidak pernah berpikir untuk kembali ke keluarga ini lagi. Tapi, sekarang, keinginanku berubah," jawab Chika.

"Apa maksudmu?"

"Aku ingin kamu lenyap tidak hanya dari keluarga ini, tapi juga dunia ini," jawab Chika.

Gadis itu menyeringai.

"Chika, kamu tidak.... "

"Chika, Chika, dimana kamu?"

Suara Armand dari luar gudang membuat Chika terkejut.

"Chik, bagaimana? Apa Aluna bisa mengerti?"

Suara Armand itu semakin mendekat.

Chika panik, gadis itu cepat memutar otak. Armand tidak boleh tahu kalau dia datang tanpa membawa makanan. Kalau kakak keduanya itu sampai tahu, dia pasti akan membencinya dan semakin kasihan pada Aluna. Dan Chika tidak bisa membiarkan hal itu tersebut terjadi.

Tiba-tiba pintu gudang terbuka. Mata Armand membulat kala melihat hal yang terjadi di hadapannya.

Terpopuler

Comments

ika yanti naibaho

ika yanti naibaho

🙏🙏🙏

2025-09-21

0

ika yanti naibaho

ika yanti naibaho

semangat😍

2025-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!