Chapter 2

Rigel pergi meninggalkan rumah itu dengan membawa rasa sesak di hatinya. Dikhianati berulang kali oleh istri yang sangat dia cintai, meninggalkan trauma yang mendalam di hatinya.

Ya, ini bukan pertama kalinya Livia berkhianat. Istri Rigel itu sudah beberapa kali tertangkap basah bermesraan dengan pria yang berbeda. Dan dengan bodohnya, Rigel selalu memaafkan istrinya.

Rigel selalu luluh dengan permintaan maaf Livia. Walaupun setelah itu pengkhianatan nya akan kembali terulang.

Namun kali ini, Rigel sudah tidak bisa memaafkan Livia. Istrinya itu benar-benar sudah melewati batas. Livia berani membawa selingkuhannya ke dalam kamarnya. Pria mana yang tidak sakit hati melihat istrinya bercinta dengan pria lain di dalam kamarnya?

Entah Livia yang tidak tahu diri, atau Rigel yang terlalu bodoh.

"Apa kurangku Livia? "

Rigel menggeram kesal, rahangnya mengeras, tangannya berkali-kali memukul kemudi. Pria itu meluapkan amarah yang sejak tadi ditahannya.

Yang paling membuat Rigel kecewa adalah, pria yang bergelut dengan istrinya itu adalah Roland, musuh sekaligus pesaing bisnisnya.

"Arrrrrrgggghhhtttt!! Kenapa harus bajingan itu?"

Rigel melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh, tanpa arah, namun hanya satu tujuannya, ingin pergi sejauh mungkin agar bisa melupakan pengkhianatan keji istrinya.

...----------------...

Sementara itu, setelah kepergian Rigel, Livia terus terisak dengan air mata yang terus menganak sungai. Wanita itu belum beranjak sedikit pun dari posisinya. Masih dalam keadaan polos, dan hanya terbalut selimut tebal.

"Sudahlah, Baby. Kamu tidak perlu menangisinya." Roland mencoba membujuk partner ranjangnya. "Ada aku di sini." Roland menangkup pipi Livia yang sedikit chubby itu, untuk beberapa saat keduanya saling bertatapan penuh makna. "Dan bukankah Kamu bilang, aku lebih perkasa dari pada dia?"

Roland menaik turunkan alisnya menggoda Livia, membuat wanita yang menjadi selingkuhannya itu mencubit perut kotak-kotaknya yang masih bertelanjang.

Roland terbahak melihat wanitanya tersipu. Semburat merah di pipinya membuat pria itu tidak tahan untuk tidak mengecupnya.

Cup

"Kamu lebih cantik tersenyum seperti ini."

Ucapan Roland membuat Livia semakin tersipu. Bersama Roland, wanita itu bisa melupakan kesedihannya. Sikap Roland yang hangat dan humoris membuat Livia dengan mudah berpaling dari Rigel, pria yang sudah 5 tahun ini menjadi suaminya.

"𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘓𝘪𝘷𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢-𝘨𝘪𝘭𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘶. 𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯, 𝘙𝘪𝘨𝘦𝘭 𝘈𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪."

...----------------...

"𝘈𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘕𝘺𝘰𝘯𝘺𝘢 𝘒𝘢𝘯𝘢𝘨𝘢," 𝘨𝘶𝘮𝘢𝘮 𝘎𝘭𝘰𝘳𝘺 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢. "𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘴𝘢𝘵𝘶-𝘱𝘦𝘳𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨𝘪."

Gema dan Glory resmi menjadi pasangan suami istri. Glory sangat puas karena berhasil merebut orang yang paling Belva cintai. Selama ini Glory selalu merasa iri dengan saudara tirinya, karena itu Glory bertekad untuk merebut semua milik Belva.

Dan akhirnya setelah susah payah merayu Gema, Glory berhasil menaklukkan Gema dengan memberikan sesuatu yang tidak bisa Gema dapatkan dari Belva.

"Kenapa Kamu melakukan ini, Glory?"

Ucapan lirih Gema berhasil membuyarkan lamunan Glory yang tengah menertawakan Belva dalam hatinya.

Pasangan pengantin baru itu sedang berada di sebuah kamar hotel. Keduanya memutuskan untuk menginap di hotel yang sebelumnya memang sudah Gema siapkan untuknya dan Belva.

"Maksud Kamu apa, Gema?" Glory mengerutkan keningnya, pura-pura tidak mengerti dengan ucapan pria yang kini berstatus sebagai suaminya itu.

Gema mengusap wajahnya kasar, melihat wajah pura-pura bodoh Glory membuat kekesalan dalam hatinya kembali meluap.

"Kamu jangan pura-pura bodoh, Glo." Gema menatap tajam Glory yang kini terlihat gelagapan. "Aku sudah bilang, aku akan bertanggung jawab padamu dan juga bayi itu. Tapi tidak dengan menikahimu."

Glory mengepalkan erat tangannya, tidak terima dengan ucapan Gema yang menurutnya tidak adil. Sebelumnya, Gema sudah membicarakan hal ini dengan Glory. Gema berjanji akan bertanggung jawab sepenuhnya pada bayi yang Glory kandung. Hanya saja untuk menikahi Glory, rasanya tidak mungkin karena yang Gema cintai hanyalah Belva.

"Lalu, yang selama ini kita lakukan apa, Gem? Apa tidak ada sedikit pun perasaan cinta untukku?" Ucapan Glory terdengar sangat lembut berharap Gema akan sedikit iba padanya.

Gema tertawa sinis. Bukannya merasa iba, Gema justru merasa muak dengan wanita yang kini berstatus istrinya itu. Glory telah mengkhianati perjanjian yang telah mereka buat sebelumnya. Gema merasa Glory telah merencanakan ini sebelumnya. Bodohnya Gema yang tidak mengantisipasinya.

"Dari awal Kamu tahu, aku hanya mencintai Belva. Dan Kamu sudah sepakat hubungan kita hanya sebatas pemuas ranjang."

Deg

Ucapan Gema benar-benar melukai hati Glory, ditambah lagi tatapan Gema yang menatapnya seolah tidak memiliki harga diri. Glory merasa hatinya tercabik-cabik setelah apa yang Glory berikan untuk Gema, prianya itu tidak pernah menghargainya. Bahkan untuk menatapnya pun Gema terlihat enggan, seolah wajah istrinya itu kotoran yang harus disingkirkan.

Namun wanita itu hanya bisa mengumpat Gema dalam hatinya. Karena apa yang suaminya itu katakan memang benar, keduanya sudah sama-sama sepakat hanya sebagai pemuas ranjang saja.

Bahkan dalam setiap percintaan mereka, Gema hanya menyebut nama Belva dalam setiap desahannya.

"𝘒𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘎𝘦𝘮𝘢. 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯, 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘬𝘶."

"Tapi sekarang Kamu suamiku, Gema. Tidak bisakah Kamu mencoba---"

"Tidak akan pernah. Hanya Belva satu-satunya wanita yang aku cintai."

Setelah mengatakan itu, Gema berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

"𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪. 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢-𝘨𝘪𝘭𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘬𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶."

...----------------...

Sementara itu Belva duduk termenung memeluk dirinya sendiri. Hawa dingin menerpa kulit mulusnya yang hanya terbalut dress yang tipis.

Belva menghembuskan napasnya berat saat kembali teringat dengan kejadian tadi pagi. Pernikahan impian yang selama ini Belva persiapkan, harus kandas begitu saja karena bukan Belva yang menjadi mempelai wanitanya.

Belva harus merelakan kekasih yang sangat dia cintai menikah dengan saudara tirinya. Pria yang dia cintai setelah Daddynya.

Ditambah lagi kenyataan jika saudara tirinya tengah mengandung anak Gema, membuat kekecewaan amat menikam hatinya.

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘨𝘢, 𝘒𝘢𝘬." Pertanyaan yang berulang kali berputar di kepalanya. Kenapa? Kenapa Gema melakukannya?

Ingin sekali Belva meminta penjelasannya, namun dia sendiri belum siap mendengar jawabannya.

Air mata Belva kembali mengalir, saat wajah Gema terus terbayang di benaknya. Kata-kata manis pria yang 5 tahun ini dia pacari, perhatian dan kasih sayangnya seolah mustahil untuk menduakan nya.

Tidaklah mudah melupakan seseorang yang sudah bertahta di hatinya selama 5 tahun. Kepulangannya ke tanah air setelah menimba ilmu di negara lain, hanya untuk menepati janjinya pada Gema.

Namun ternyata kenyataan pahit begitu menamparnya. Hari yang harusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya, justru menjadi hari penuh duka yang sangat sulit Belva enyahkan dari pikiran dan juga hatinya.

"𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨? 𝘈𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪?"

Belva tidak sanggup jika harus bertemu dengan Gema dan Glory setiap hari. Apalagi jika kedua pasangan pengantin baru itu tinggal satu atap dengannya.

...----------------...

Keesokan harinya, sang fajar menyingsing begitu cepat, mengganti kegelapan malam yang berselimut dingin. Namun tidak mengganti kesedihan yang Belva rasakan.

Ketakutan Belva benar-benar terjadi, pagi-pagi sekali Gema dan Glory sudah berada di rumahnya. Belva hanya bisa menghembuskan napasnya kasar saat tak sengaja beradu tatap dengan keduanya.

"Kita hampir saja kelaparan menunggumu," sindir Glory.

"𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘬𝘶."

Belva hanya bergumam dalam hati. Terlalu malas untuknya menanggapi perkataan saudara tirinya itu.

Melihat Belva diam saja dan terlihat tenang, membuat Glory kesal dan kembali membuka suaranya.

"Kita saja yang pengantin baru tidak bangun kesiangan," celetuk Glory dengan seringai di bibirnya.

Wajah sembab Belva seolah hiburan tersendiri untuk Glory. Wanita itu yakin pasti Belva menangis semalaman, karena itu terlambat bangun, pikirnya.

Gema yang duduk di samping Glory begitu kesal mendengar ucapan istrinya yang tidak menghargai perasaan Belva. Ingin sekali pria itu menghajar mulut beracun yang sayangnya adalah istrinya.

Sementara itu, Belva yang hendak memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya, mendadak menghentikan gerakannya. Wanita itu menaikkan sebelah alisnya saat mendengar ucapan Glory.

"Siapa yang pengantin baru?" Tanya Belva pura-pura bingung. "Memangnya ada pengantin baru yang sudah hamil duluan?"

"𝘒𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘫𝘢𝘳!"

𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

idih, inilah definisi dari "ipar adalah maut"
Meskipun cuman ipar tiri skalipun, tetep aja bikin keseeelll

2025-07-02

1

Susanty

Susanty

ya itu kebodohan kamu sendiri Rigel... wanita di dunia ini bukan Si Livia saja, kok kamu mau memaafkan Livia, padahal sudah di khianati.

2025-07-08

1

ora

ora

Dih ... la terus kamu enak-enak begituan sama Glory, terus maunya nikah sama Belva gitu. Cowok macam apa kamu/Angry//Angry//Angry/

2025-07-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!