"Pelan-pelan makannya, Na. Santai, gak ada yang mau rebut juga." ucap lalaki berkaca mata itu pada gadis yang duduk di depannya.
"Laper, Gung. Gila, gue belum makan dari pagi. Cuma sarapan roti doang sebelum berangkat." kata Dena di sela suapan pecel lele yang dinikmati dengan Pancasila alias tangan langsung tanpa sendok.
Dan rasanya gurih-gurih gimanaaa gitu.
"Kenapa nggak makan di rumah tadi. Papi lo udah miskin, nggak mampu ngasih lo makan, Na?"
"Males.. Ntar yang ada aku dikasih racun. Secara di sana isinya ular berbisa." jawab Dena yang masih asik menikmati hidangan di warung tenda langganannya saat kuliah dulu.
Benar juga...
Ibu dan saudara tiri Dena adalah perempuan jahat berkedok malaikat. Dulu saja gayanya merawat ibu kandung Dena, padahal niatnya merayu dan menggoda papi Dena.
Unggung dan Dana bahkan pernah melihat Tedi mengendap-endap keluar dari kamar tidur Kana. Lelaki itu memang menyiapkan kamar ketika Kana menawarkan diri merawat Vania.
Ternyata kamar itu dipakai sebagai tempat kedua manusia bejat itu melampiaskan nafsu binatang mereka di belakang Vania.
"Lo, beneran mau ke rumah sakit dengan pakaian kayak gini?" tanya Unggung yang menatap Dena dalam balutan gaun indah yang tak cocok di tempat ini.
Walaupun Unggung sudah meminjamkan jaketnya untuk dikenakan Dena, namun masih saja riasan Dena terlalu expensive untuk berada di tempat low budget seperti ini
"Hmmm.. Makan di sini pakai gaun gini aja gue oke aja. Ngapa jadi masalah kalau ke rumah sakit dengan pakaian ini. Nggak telanjang juga." jawab Dena santai membuat Unggung menutup mulut Dena dengan tangan kirinya.
"Buset... Nih mulut betina satu. Nggak liat tempat kalau ngomong. Asbun banget."
Unggung menatap sekelilingnya dengan perasaan tak nyaman. Mereka duduk berdempetan dengan orang lain. Jadi otomatis apa yang mereka bicarakan pasti bisa didengar oleh orang lain.
"Ck... Heran gue, lima tahun di tempat orang lo bisa berubah drastis kayak begini. Hampir nggak kenal gue sama lo." kata lelaki yang merupakan sahabat karib Dana dari masa putih biru hingga sekarang.
"Keadaan yang merubah gue, Gung. Jangankan lo, papi gue aja heran waktu ketemu gue di kantornya om Roland. Dikiranya gue bakal nangis kejer, ngemis-ngemis minta ampun kayak dulu." Dena dengan santainya menceritakan pertemuannya dengan Tedi minggu lalu.
Awalnya Dena merasa rindu pada lelaki paruh baya itu. Walaupun tak sedekat maminya atau Dana, tapi papi adalah salah satu pria kesayangannya selain kembarannya.
Sempat terbersit ingin memeluk dan meminta maaf pada papinya. Tapi setelah tau kenyataan yang sebenarnya, Dena merasa tak berguna dan bodoh.
Pantas saja om Albert selalu menahannya ketika mengatakan ingin berbicara dengan papinya.
Agenda harian mami yang dititipkan kepada om Roland membuka mata Dena. Ternyata papinya tak sebaik yang ditampilkan.
Lelaki yang sudah diangkat derajatnya itu malah berselingkuh dengan pegawai salon yang ditolong maminya.
Ternyata Tedi dan Kana sudah lama saling tertarik. Hanya saja Tedi masih takut jika Vania menceraikannya dan mengakibatkan lelaki itu jatuh miskin.
Jadi mereka hanya berhubungan sebatas 'teman' saja.
'Bahkan setelah menikah belasan tahun tak sekalipun kamu memberikan aku bunga mawar. Tapi dengan mudahnya kamu memberinya sebuket besar mawar merah di hari ulang tahunnya. Ternyata sebesar itu rasamu padanya.'
Penggalan isi curahan hati maminya di agenda itu. Ternyata sudah lama maminya merasa terluka. Tapi tetap bertahan demi Dena dan Dana, buah hati yang selalu di jaganya. Bukan hanya raga tapi juga perasaannya.
Vania tak mau anak-anaknya tau jika hubungan orang tuanya tak sehangat dulu.
Wanita itu ingin anak kembarnya tumbuh dengan kasih sayang dan kehangatan keluarga secara utuh.
"Makasih ya, Gung. Lo tetap berada di samping Dana waktu gue nggak ada. Nggak tau gue harus dengan apa balas budi ke lo dan keluarga lo." kata Dena setelah mereka selesai menghabiskan semua pesanan mereka.
"Dih, apaan sih, Na. Gue dan Dana itu sohib kental. Ibarat kata gue sama Dana itu kayak satu ari-ari. Jadi nggak ada balas budi.. budian. Budi aja udah nikah sama Ela, udah punya anak dua lagi." sahut Unggung sambil bercanda menyebutkan nama teman SMA mereka yang sudah menikah.
"Enak aja satu ari-ari. Ogah gue punya kembaran kayak lo. Cukup Dana yang jadi saudara kembar gue. Lo jangan ikutan." ucap Dena pura-pura kesal dan berakhir dengan tawa dari bibir mereka berdua.
Keduanya pun beranjak dari warung tenda itu setelah membayar. Lebih tepatnya Unggung yang membayar layaknya lelaki gentle. Apalagi kini dia sudah bekerja di sebuah kantor akuntan publik.
Ya lumayanlah gajinya, bisa ngasih kedua orangtuanya buat nambah beli sabun yang katanya sering dia habiskan entah untuk apa. Jajan Jeje, adik kesayangannya dan kredit mobil walaupun second.
Unggung nama panggilan lelaki yang bernama lengkap Galunggung Setama itu menatap Dena dengan tatapan berbeda.
Munafik rasanya jika dia tak tertarik dengan paras cantik kembaran Dana. Tapi Unggung lebih memilih sadar diri dan tak ingin mengembang biakkan perasaannya.
Dena bukan gadis biasa yang bisa didekatinya. Gadis itu merupakan putri pemilik salon Avanie yang terkenal dan cabangnya sudah dimana-mana.
Sementara Unggung, ayahnya hanya PNS yang berdinas di KUA.
Yang job desk nya lebih sering menempel foto pasangan berlatar biru dibandingkan menyentuh keyboard komputer karena gaptek. Padahal sudah diajarin berkali-kali tapi kemampuan ayahnya stuck di panel refresh dan shut down.
Dena menyandarkan kepalanya lalu memejamkan mata setelah berada di dalam mobil milik Unggung.
Sebenarnya dia lelah, tapi daripada kembali ke rumah lebih baik dia menginap di rumah sakit dengan alasan ingin menjaga Dana.
Walaupun sebenarnya dia masih sulit mengontrol kesedihannya jika mengingat saudara kembarnya.
"Kenapa mesti balik kalau nggak betah, Na? Om Albert sama Tante Dita baik banget sama lo. Harusnya lo bertahan aja di sana." kata Unggung yang tak tega melihat perjuangan gadis muda itu. Lelaki berambut cepak itu tau jika Dena terlihat lelah, namun masih memaksakan diri ke rumah sakit.
"Gue harus ambil balik apa yang udah mereka rebut, Gung. Bukan hanya buat gue, tapi juga buat Dana." kata Dena yang masih memejamkan matanya.
"Termasuk Evan?" tanya Unggung penasaran apakah Dena masih memiliki rasa cinta untuk mantan kekasihnya.
Tangan Unggung mengepal kuat pada setir mobilnya. Hatinya tak ikhlas jika Dena kembali pada penjahat kelamin itu.
Namun reaksi Dena hanya mengangkat kedua bahunya.
Lalu....
"Maybe yes, maybe no." jawab Dena dengan acuh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments