Bab 2 – Cinta yang Mengontrol

“Bukan kurungan besi yang membuatku terjebak, tapi rasa bersalah yang terus disuapkan lewat kata-kata manis.”

Sudah hampir sebulan aku tinggal di rumah Gibran.

Awalnya memang terasa seperti surga yang tenang.

Tapi sekarang... setiap hari terasa seperti aku berjalan di atas kulit telur.

Sedikit salah gerak saja, bisa membuat suasana berubah dingin.

Pernah suatu pagi, aku hanya bilang ingin pergi ke luar sebentar, ke minimarket dekat gang.

Aira:

“Mas, aku mau keluar bentar ya, mau beli pembalut juga sekalian…”

Gibran: (nada datar, tanpa menoleh)

“Selalu aja cari alasan buat keluar. Kamu tuh kayak nggak betah di rumah. Padahal aku udah kasih semuanya.”

Aku diam.

Kupikir dia akan memahami. Tapi ternyata, setiap keinginanku untuk keluar rumah... selalu dianggap sebagai bentuk penolakan terhadapnya.

Sore itu kami bertengkar. Bukan tentang hal besar.

Aku cuma tanya kenapa belum ada kabar soal orderan yang katanya akan dikirimkan.

Aira:

“Katanya minggu lalu udah dikirim, kok nggak ada kabar ya, Mas? Aku ditanyain customer.”

Gibran: (menatap tajam)

“Kamu tuh nggak percaya ya sama aku? Ini bisnis aku, bukan kamu yang bangun dari nol! Jangan sok ikut-ikutan ngerti.”

Kata-katanya seperti tamparan.

Padahal dulu dia yang memintaku jadi bagian dari bisnis ini. Tapi kini, aku hanya dianggap penumpang.

Dan malam itu, seperti biasa, dia kembali memelukku dan berkata:

“Maaf ya, aku cuma lagi capek. Aku sayang kamu, Air. Tapi tolong… jangan bikin aku tambah stres.”

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Karena setiap kali aku merasa tersakiti, dia selalu mengakhirinya dengan pelukan dan kalimat ‘aku sayang kamu’. Dan anehnya… aku selalu luluh.

Apakah aku lemah? Atau hanya terlalu ingin dicintai sampai lupa caranya mencintai diri sendiri?

Beberapa hari kemudian, aku menemukan ponselku tak lagi di tempat biasa.

Saat kutanya, dia menjawab ringan:

Gibran:

“Aku pegang aja dulu. Takutnya ada yang ganggu kamu. Fokus aja di rumah, di aku.”

Hari itu, aku tidak bisa menghubungi siapa pun.

Tidak bisa bicara ke sahabat, tidak bisa cek pesan dari dokter. Bahkan... tidak bisa melihat diriku sendiri di kamera depan.

Dan malamnya, saat aku duduk sendiri di tepi tempat tidur, aku mulai menulis diam-diam di notes kecil:

“Aku kehilangan suaraku. Tapi dia bahkan tak menyadari itu. Atau... mungkin sengaja membuatku bisu.”

Malam itu, aku tak bisa tidur.

Kepalaku penuh pertanyaan yang tak berani' ku ucapkan.

Kalau aku memang dicintai...

Mengapa aku merasa seperti tahanan?

Kenapa aku harus sembunyi-sembunyi hanya untuk menuliskan isi hatiku sendiri?

Aku bangkit pelan, berjalan ke cermin.

Mataku sayu. Pucat. Pundakku tegang.

“Ini bukan aku…”

Aku menatap bayanganku sendiri lama sekali.

Lalu tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Gibran berdiri di ambang pintu. Wajahnya tenang, tapi matanya… tajam.

Gibran:

"Kamu kenapa belum tidur?"

Aku gugup. Menyembunyikan buku catatanku di balik bantal.

Aira:

“Gak bisa tidur. Tadi nyari minyak kayu putih…”

Ia melangkah masuk. Mengusap rambutku sebentar, lalu duduk di sisi ranjang.

Gibran:

"Kamu tuh makin aneh aja. Tapi aku sabar karena aku sayang kamu. Jangan bikin aku capek, ya."

Dan seperti biasa… aku diam.

Karena dalam hubungan ini, yang berhak lelah… hanya dia.

Aku hanya boleh diam, mengikuti, dan bersyukur masih dicintai.

“Malam itu, untuk pertama kalinya, aku merasa: pelukan bisa terasa seperti jerat tali tak terlihat.”

[To be continued…]

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Di awal bab Gibran selalu mengatakan cm Gibran yg mau menerima Aira yg rusak. Dan kata2 Aira rusak berkali2 di sebutkan di bab pertama. Maksud Rusak itu gmn y thor?? Apa Aira korban pelecehan atau korban pergaulan bebas??

2025-07-17

0

Gấu bông

Gấu bông

Terinspirasi

2025-06-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 – Janji yang Terbungkus Manis
2 Bab 2 – Cinta yang Mengontrol
3 – Bab 3 "Sayang" yang Mengikat
4 Episode 4 – Luka yang Tak Ada Jawabannya
5 Episode 5 – Diam-Diam Aku Ingin Pergi
6 Bab 6 - Ketika Rencana Tak Lagi Hanya Dalam Hati
7 Bab 7 - LUKA LAMA YANG MEMBUNGKAM
8 Bab 8 - Pelarian yang Tak Pernah Jadi
9 Bab - 9 Sunyi yang Paling Bising
10 Bab - 10 Aira yang Tertinggal di Masa Kecil
11 Bab - 11 Aku Tidak Gila
12 Bab - 12 Bukan Aku yang Salah
13 Bab - 14 Rumah yang Tidak Pernah Menjadi Rumah
14 Bab - 14 Aku Masih Bernapas
15 Bab - 15 Pelan Tapi Bergerak
16 Bab - 16 Sandi Pelarian
17 Bab - 17 Detik yang Menentukan
18 Bab - 18 Nafas Pertama Dalam Kebebasan
19 Bab - 19 Menulis Luka Merawat Diri
20 Bab - 20 Ketika Bayangan Itu Kembali
21 Bab - 21 Kebenaran yang Menyakitkan Tapi Membebaskan
22 Bab - 22 Suara yang Tak Lagi di Bungkam
23 Bab - 23 Tak Semua Mendukung Cahaya
24 Bab - 24 Wajahku, Suaraku, Pilihanku
25 Bab - 25 Luka yang Dibela, Luka yang Diakui
26 Hadiah dari Langit di Hari Aku Lahir Kembali
27 Bab - 27 Rumah Cahaya Aira
28 Bab - 28 Saat Luka Menjadi Kekuatan
29 Bab - 29 Aku Adalah Bukti yang Masih Bertahan
30 Bab - 30 Pengadilan Luka
31 Bab-31 Bayangan yang Masih Mengintai
32 Bab - 32 Rumah Ini Tak Akan Runtuh
33 Bab - 33 Menyalakan Lilin Di tengah Luka
34 Bab - 34 Lilin yang Tak Pernah Padam
35 Bab - 35 Cahaya yang Di Pertaruhkan
36 Bab - 36 Api di Balik Tirai
37 Bab - 37 Semua Belum Berakhir
38 Bab - 38 Mereka Ingin Kami Hilang
39 Bab - 39 Kami Tak Akan Diam
40 Bab - 40 Bayang-Bayang yang Mengintai
Episodes

Updated 40 Episodes

1
Bab 1 – Janji yang Terbungkus Manis
2
Bab 2 – Cinta yang Mengontrol
3
– Bab 3 "Sayang" yang Mengikat
4
Episode 4 – Luka yang Tak Ada Jawabannya
5
Episode 5 – Diam-Diam Aku Ingin Pergi
6
Bab 6 - Ketika Rencana Tak Lagi Hanya Dalam Hati
7
Bab 7 - LUKA LAMA YANG MEMBUNGKAM
8
Bab 8 - Pelarian yang Tak Pernah Jadi
9
Bab - 9 Sunyi yang Paling Bising
10
Bab - 10 Aira yang Tertinggal di Masa Kecil
11
Bab - 11 Aku Tidak Gila
12
Bab - 12 Bukan Aku yang Salah
13
Bab - 14 Rumah yang Tidak Pernah Menjadi Rumah
14
Bab - 14 Aku Masih Bernapas
15
Bab - 15 Pelan Tapi Bergerak
16
Bab - 16 Sandi Pelarian
17
Bab - 17 Detik yang Menentukan
18
Bab - 18 Nafas Pertama Dalam Kebebasan
19
Bab - 19 Menulis Luka Merawat Diri
20
Bab - 20 Ketika Bayangan Itu Kembali
21
Bab - 21 Kebenaran yang Menyakitkan Tapi Membebaskan
22
Bab - 22 Suara yang Tak Lagi di Bungkam
23
Bab - 23 Tak Semua Mendukung Cahaya
24
Bab - 24 Wajahku, Suaraku, Pilihanku
25
Bab - 25 Luka yang Dibela, Luka yang Diakui
26
Hadiah dari Langit di Hari Aku Lahir Kembali
27
Bab - 27 Rumah Cahaya Aira
28
Bab - 28 Saat Luka Menjadi Kekuatan
29
Bab - 29 Aku Adalah Bukti yang Masih Bertahan
30
Bab - 30 Pengadilan Luka
31
Bab-31 Bayangan yang Masih Mengintai
32
Bab - 32 Rumah Ini Tak Akan Runtuh
33
Bab - 33 Menyalakan Lilin Di tengah Luka
34
Bab - 34 Lilin yang Tak Pernah Padam
35
Bab - 35 Cahaya yang Di Pertaruhkan
36
Bab - 36 Api di Balik Tirai
37
Bab - 37 Semua Belum Berakhir
38
Bab - 38 Mereka Ingin Kami Hilang
39
Bab - 39 Kami Tak Akan Diam
40
Bab - 40 Bayang-Bayang yang Mengintai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!