YANG TERSEMBUNYI DARI WILLIAM
“Aku benar-benar tidak bisa bersabar saat ini! Kematian Oshin harus diselesaikan, aku ingin pembunuh itu mati, jika polisi tidak bisa dan kalian juga tidak bisa, maka aku yang akan mencarinya sendiri dan akan membunuhnya.” Tegas Jien Xavier yang kini benar-benar tak bisa bersabar.
Ya! Dia tidak sendirian di meja bundar. Ada 4 pria dan 1 wanita yang juga hadir di sana. Mereka orang tua dari Marco and the geng yang melakukan pertemuan.
“Aku rasa pembunuh itu bukan orang biasa.” Pikir ayah dari Reus yang berkerut alis.
“Maksud Anda? Dia orang yang berpengaruh, apa ada murid konglomerat yang lebih kaya dari kita?” tegas McPatrlin berkernyit penuh tanya.
“Aku tidak yakin, tapi mungkin saja.” Jawabnya membuat semuanya mendengar ikut bertanya-tanya.
Semuanya terdiam memikirkan hal yang sama, hingga McPatrlin mulai bangkit dari kursinya dan mengundang dari mereka yang ada di sana. “Jika memang benar, kita akan mencarinya.”
“Putramu juga terluka saat ini Tuan Bachmid, siapa yang melakukannya? Kita mulai dari itu saja, dia hampir membuat Reus tidak bisa bicara bukan.” Sindir Jien yang seketika mengingatkan ayah Reus akan hal tersebut.
...***...
Di sebuah rumah sakit Italia. Reus masih berbaring di sana, meski dia sudah membuka mata, namun dia sangat sulit berbicara karena bibirnya yang benar-benar dihajar habis oleh seseorang.
“Hey! Kau baik-baik saja?” tanya Simoncelli yang menyadari akan Reus yang mulai membuka mata dan melihat keberadaan ketiga temannya saat ini.
Marco segera menghampirinya dan menatap tegas. “Siapa yang melakukannya huh? Katakan padaku, biar aku beri hukuman orang sialan itu.” Kesal Marco.
Melihat itu, Bobby mencoba menenangkan Marco saat ini sehingga mereka bertiga tetap tenang dan menjaga jarak dari Reus yang baru saja siuman.
Tentu, pria itu benar-benar terlihat tam baik-baik saja dalam kondisi kedua tulang tangannya dipatahkan dan bibir dihantam hingga luka parah.
“Kau ingin mengatakan sesuatu?” tebak Simoncelli ketika dia mengamati tatapan Reus yang mencurigakan. Tentu, pria yang terbaring di ranjang rumah sakit itu mengangguk dan membuat ketiga kawannya menatapnya lekat.
“Siapa yang membuatmu seperti ini?” tanya Simoncelli lebih tenang.
“Serrano! Apa dia yang melakukannya?” tebak Bobby mengajukan nama murid bertubuh kekar, namun Reus menggeleng. Hal itu malah membuat Marco dan Simoncelli terheran-heran— bahkan pria bertubuh kekar pun bukanlah pelaku dari semua itu.
“Ramos? Atau seorang penjahat, atau dosen?” tanya Bobby sekali lagi. Namun Reus menggeleng pelan.
Sampai Marco yang berkerut alis, pria itu mengepalkan tangan kanannya yang masih terasa sedikit kemang akibat tepisan si culun Will tadi siang.
“William?” tanya Marco malah membuat Bobby dan Simoncelli terkejut dan menoleh kepadanya dengan heran.
Namun Reus langsung terdiam tak ada jawaban dan mengangguk sebisa mungkin.
“Fuck! Really! Si Doggy yang melakukannya. Apa kau serius buddy?!” ujar Bobby tak percaya akan apa yang dia lihat barusan.
Reus setuju akan nama William yang disebut, yang artinya pria culun itu yang sudah membuatnya menjadi seperti sampah tak berguna. Rasanya ingin tertawa namun ketiga pria tadi mencoba tenang.
“Aku merasa aneh dengan nya. Tangkisan nya sangat kuat.”
“Dan membuatmu kesakitan?!” sindir Simoncelli menyeringai kecil dan membuat Bobby ikut menahan tawa.
Sedang Marco tak bercanda akan semua itu. Dia masih diam dengan tatapan penuh tanya dan berkerut alis. Sehingga kedua temannya tadi menanggapinya dengan serius.
...***...
Brugh! Satu pukulan baru saja mendarat di wajah Will hingga sudut bibirnya berdarah. Tak itu saja, Will juga melukai lengannya dengan beberapa goresan pisau yang memperlihatkan bahwa dia tidak baik-baik saja.
“Pergilah, jangan sampai ada yang melihatmu. Urus pria sialan itu.” Pinta Will kepada seorang pria dengan pakaian pizza tadi yang mengangguk kecil.
“Saya mengerti. Bagaimana dengan pesan dari nona Aurora? Dia terus bertanya soal Anda.”
Will terdiam menghela napas panjang. “Katakan padanya, akan aku balas saat waktu renggang.” Balas Will segera bergegas pergi usai dia membuat dua pria anak buah Nestor tewas di tempat hanya dengan tangan kosong.
Sementara di balik dinding di dekat tong. Jane berjongkok sembari terus berharap Tidka terjadi apa-apa kepada Will. Entah kenapa pria itu menyuruh nya bersembunyi lebih dulu dan memakankan dirinya ke musuh.
“Kau baik-baik saja?” tanah Will yang tiba-tiba muncul dengan luka di sudut bibir, kening dan lengan nya.
Tentu saja Jane cemas dan terheran. “Kau... Bagaimana dengan kedua pria itu?” tanya Jane panik.
“Seperti yang kau dengar! Aku berteriak dan mengundang banyak orang sehingga mereka berdua kabur tapi— ”
“Mereka melukaimu. Kenapa kau tidak lari saja, tidak perlu menjadi pahlawan.” Ujar wanita itu benar-benar merasa sungkan.
Pria berkacamata itu tersenyum kecil. “Kau orang pertama yang berani membelaku disaat Marco dan yang lain menindas ku setiap hari! Itu sangat berarti untukku hingga aku tidak bisa melepaskan mu.” Jelas Will menatap lekat dan membuat Jane terdiam hingga tersenyum kecil tak percaya.
Namun sayangnya, wanita itu tak menyadari sesuatu dari ucapan Will barusan.
“Aku hanya melakukan sebagai manusia. Mereka sudah cukup menindas banyak orang, kau tidak patut diperlakukan seperti itu.” Ujar Jane yang masih membuat Will memandanginya.
“Sebaiknya kita pergi dari sini.” Ajak Will meraih tangan Jane dan membawanya pergi dari sana.
Tentu saja mereka pergi bersama dan sesekali bertanya soal nama juga keluarga masing-masing. Namun keduanya tak berbicara detail mengenai keluarga mereka.
“Jika kau mau, aku ada Casino yang membuka lowongan pekerjaan.” Jelas Will yang kini berjalan sejajar bersama Jane.
Terlihat sumringah di wajah wanita cantik itu. “Sungguh! Tapi... Kau sangat misterius dan tidak bisa ditebak, maksudku... Kau terlihat seperti pria baik-baik tapi tidak ku sangka kau sangat tahu tempat-tempat seperti itu!” ujar Jane membuat langkah Will terhenti.
Wanita itu menoleh saat Will terdiam.
“Ada banyak jenis manusia di dunia ini, kita harus berhati-hati! Kita sudah sampai!” ucap pria itu membuat Jane tak berhenti tersenyum.
Meski mereka baru saja dekat, namun jujur saja. Jane sangat nyaman berada di dekat Will yang ternyata tidak sekaku yang murid-murid lainnya katakan. Will pria yang terbuka hanya dengan orang-orang tertentu saja. Seperti itulah yang Jane pikirkan.
“Terima kasih! Mungkin kau mau mampir, aku bisa memberikan beberapa obat salep untuk luka mu— ”
“Tidak perlu, aku bisa mengobatinya sendiri.” Tolaknya lagi dan lagi.
Bagaimana tidak. Bahkan Will tak pernah mengenakan pakaian berlengan pendek seperti kaos biasa. Karena tatto nya akan terlihat di lengan berotot nya.
Hingga saat Jane pamit menuju apartemennya, pria itu juga ikut dan membuat Jane terheran.
“Aku juga tinggal di sini! Maaf tidak memberitahu mu.” Ucap Will.
Sungguh hal yang tak terduga membuat Jane tersenyum kecil dan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Jadi kau orang yang dimaksud nenek Tea!” kata Jane hingga pria itu ikut tersenyum tipis.
Keduanya masuk bersama, lorong yang sama hingga kamar yang bersebelahan. Jane tak habis pikir saat baru tahu kalau Will tinggal di kamar sebelahnya. -‘Tapi sejak kapan?’ batinnya terheran karena dia yakin betul, di sebelah kamarnya ada nenek Tea dan sebelah nya lagi ada sepasang kekasih. Bagaimana bisa Will yang tinggal di sana?
“Selamat malam!” pamit pria itu masuk lebih dulu, sedangkan Jane masih terdiam penuh tanda tanya melihat pintu tertutup barusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Marfuah
jaen bisa bisa kamu mulai terkesima sama will
2025-06-22
1
Tiara Bella
wow Will kenapa hrs pura² ya pdhal kan dia kuat....anak mafia gitu loh....
2025-06-21
3