Hari-hari Gryas semakin berwarna dengan adanya Arlo. Dia juga menyewa pengasuh untuk anak lelakinya itu.
Bagaimana pun dia tetap harus bekerja untuk hidup mereka berdua. Hingga usia Arlo 2 tahun, Gryas tetap bertahan di Nijmegen. Dia tidak kembali ke Indonesia. Dia juga tidak menceritakan tentang dirinya yang sudah memiliki anak.
Gryas berbohong kepada kedua orang tuanya. Doa berkata setelah menyelesaikan pekerjaan sebagai relawan, dia mendapatkan tawaran pekerjaan sehingga menetap di luar negri.
"Kalau memang begitu ya sudah. Kamu sudah dewasa, kamu berhak menjalani kehidupan apa yang kamu inginkan."
Ryder dan Ayesha, dua orang tua dari Gryas itu percaya dengan putri bungsu mereka. Terlebih sesekali Gryas melakukan panggilan video ketika tengah bekerja. Itu semakin membuat Ryder dan Ayesha yakin dengan putri mereka.
Namun tidak bisa dipungkiri, Gryas merasakan kerinduan yang dalam kepada sang ibu. Terlebih ketika masa-masa kehamilan. Sering sekali Gryas menginginkan makanan rumah, tapi apa daya dia tidak bisa mendapatkannya. Alhasil, Gryas hanya bisa menahannya.
"Selamat pagi Dokter, bagaimana kabar Arlo. Duuuh aku ingin sekali melihat Arlo. Tapi sayang Arlo tidak bisa dibawa ke rumah sakit."
"Mampirlah nanti kalau pulang kerja. Arlo pasti senang."
Kehidupan Gryas di Nijmegen sebenarnya sangat damai. Lingkungan kerja yang baik, lingkungan rumah yang hangat juga, intinya dia dikelilingi oleh orang-orang baik.
Hari itu Gryas bekerja seperti biasa. Tidak sedikit pun dia memiliki pemikiran buruk atau firasat yang tidak mengenakkan.
Bahkan sampai siang Gryas masih dengan penuh semangat merawat pasien.
Akan tetapi ketenangan Gryas seketika berhenti ketika dia mendapat telepon dari pengasuhnya.
Tanpa pikir panjang Gryas berlari cepat. Setiap orang yang menyapanya tidak dia acuhkan. Dalam pikirannya hanya satu, yakni menemui Arlo.
"Tente, Arlo kenapa?"
"Tante juga tidak tahu Gry, dia tiba-tiba pingsan saat bermain."
Gryas tidak memeriksa Arlo sendiri. Dia memilih membawa putranya itu ke rumah sakit tempat dirinya bekerja.
Dengan harap-harap cemas Gryas menunggu Arlo di depan ruang pemeriksaan. Ia sangat ingin masuk sebenarnya, akan tetapi salah satu dokter tidak mengizinkan. Semua itu agar Gryas tidak larut dalam emosinya. Maka dari itu lebih baik menunggu saja. Dia berdiri sedikit jauh tapi masih bisa melihat putranya yang tengah diperiksa.
"Tante, apa ada masalah dengan Arlo?Coba Tante ingat, sekiranya apa yang tidak wajar dari Arlo."
"Ehmm, Arlo sering merasa lelah Gry. Tante pikir karena dia kebanyakan bermain. Terus akhir-akhir ini Arlo juga tidak nafsu makan. Beberapa kali Arlo flu, Gry. Tapi itu pun sembuh dengan cepat."
Gryas mencoba menelaah. Apa yang dikatakan oleh Tante Fleur adalah hal yang wajar yang dialami anak-anak. Lalu, bagian mana yang salah.
Dengan harap-harap cemas, otak Gryas terus berputar. Dia adalah dokter, tapi tidak tahu apa yang terjadi dengan putranya. Sungguh rasanya menjadi seroang ibu yang tidak berguna.
"Lars, apa yang terjadi pada Arlo."
Wajah Lars, dokter yang menangani Arlo tampak tidak baik. Gryas bisa merasakan itu tapi dia tetap berusaha berpikir positif.
"Gry, kita harus melakukan cek secara menyeluruh. Aku harap dugaan ku salah. Tapi ... ."
"Tapi apa Lars, katakan dengan jelas."
"Sorry Gry, aku mendapatkan sesuatu. ada jaringan parut pada hati Arlo."
Duaaar
Bagi di sambar petir ketika Gryas mendengar penjelasan dari Lars. Tanpa dijelaskan saja dia sudah tahu apa yang tengah dialami oleh putranya.
"Tidak, ini tidak mungkin Lars. Selama ini dia baik-baik saja. Dia bahkan tidak pernah aku ikut aku ke rumah sakit. Aku juga tidak menderita itu."
"Hepatitis C tidak selamanya dari penularan Gry. Tapi kamu harus tenang dulu. Saat ini jaringan parut itu masih lah sedikit. Maka dari itu kita membutuhkan pemeriksaan lengkap. jadi, mari kita lakukan yang terbaik Gry. Arlo, aku yakin akan baik-baik saja."
Saat itu memang Lars bicara demikian. Akan tetapi tidak pernah ada yang tahu bahwa penyakit Arlo berkembang dengan cepat.
Dari hepatitis C menjadi lebih parah lagi dan bisa dikatakan kronis sehingga berubah menjadi sirosis hati.
Hancur hati Gryas. Selama setahun ini Gryas berjuang bahkan dia sudah mendaftarkan Arlo di daftar tunggu penerima donor hati sejak beberapa bulan terakhir.
Saat ini usia Arlo 3 tahun. Dia bisa beraktivitas normal tapi tidak bisa banyak bergerak karena akan mudah lelah. Arlo juga wira-wiri ke rumah sakit untuk merawat dirinya.
Kondisi bocah itu sekarang masih bisa dikatakan aman. Namun, dia juga harus segera mendapatkan donor agar hidupnya bisa berjalan seperti anak-anak normal.
"Mom, Mommy telihatannya lelah. Maaf ya, Allo bitin Mommy lelah. Talau Allo tida satit, Mommy pasti tidak telihat lelah bedini."
"Tidak sayang, tidak begitu. Mommy baik-baik saja oke. Lelah itu wajar, kan Mommy bekerja. Tapi percayalah Mommy tidak lelah karena Allo."
Gryas memeluk putranya itu dengan erat. Dia sungguh merasa bersalah karena kondisi putranya ini. Jika dia lebih memerhatikan Arlo, mungkin Arlo tidak akan mengalami hal demikian.
Tapi benarkah begitu? Tidak, semua sudah jadi takdir Tuhan dan tidak bisa dielak. Saat ini Gryas hanya harus berusaha untuk mencari kesembuhan bagi Arlo.
"Mom, apa Alo tida atan sembuh? Tatanya satitnya Alo itu tida atan sembuh talau tida sedela mendapat donor."
"Tidak sayang, tidak begitu. Mommy yakin donor itu akan datang. Mommy yakin Arlo akan sehat dan bermain layaknya teman-teman lainnya. Arlo akan hidup lama. Kalau Arlo sembuh, Mommy janji akan ajak Arlo bertemu dengan Opa dan Oma. Mommy juga berjanji akan mengenalkan Arlo kepada Kakak Ale. Ya, Mommy janji."
Hati Gryas bak ditusuk dengan ribuan jarum. Rasanya sangat sakit.
Putranya yang memang cerdas itu ternyata mengerti dengan apa yang ia dan dokter lainnya bicarakan perihal donor untuknya.
Sebenarnya Gryas dengan senang hati mendonorkan hati miliknya, tapi ternyata golongan darah miliknya tidak sama dengan Arlo. Satu hal yang jelas yang mana Gryas yakini bahwa Arlo memiliki golongan darah milik Aiden yang merupakan ayah biologisnya.
"Aiden, haaah."
"Aiden, siapa itu Mommy."
"Bukan siapa-siapa sayang. Tidur yuk, agar besok tubuh Arlo terasa lebih segar lagi."
Padahal Gryas hanya pelan dalam menyebutkan nama Aiden, tapi ternyata telinga Arlo sangat tajam sehingga mendengar apa yang diucapkannya.
Sebenarnya Gryas sempat memiliki pemikiran untuk menghubungi Aiden. Dia ingin mencoba meminta Aiden untuk mendonorkan sebagian hatinya untuk Arlo. Tapi Gryas dengan cepat menghapus pemikiran itu.
"Tidak, dia tidak mungkin mau karena dia sama sekali tidak menyukai anak. Apa yang akan dia katakan jika tahu bahwa ada anak yang dihasilkan dari hubungan kami waktu itu. Tidak, aku tidak akan pernah memberitahu keberadaan Arlo pada Aiden. Sudah cukup dengan adanya aku dan Arlo. Ya kami berdua sudah sangat cukup. Untuk donor, aku akan berusaha sekuat tenaga. Jika sekiranya kesulitan, aku akan menghubungi anak Opa Jeremy, Paman Jonathan masih memiliki power di gangster Wang. Dan di sana pasti ada caranya."
Gryas mengusap wajahnya kasar. Dia sungguh tidak menyangka memiliki pemikiran seperti ini. Memang benar untuk kesembuhan anak, seroang ibu bisa melakukan segala hal. Tapi tidak begini juga caranya. Gryas merasa dirinya terlah berpikir kelewatan.
"Ya Tuhan, bantu hamba mu ini untuk mendapatkan donor yang sesuai dengan putra hamba."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Pa Muhsid
definisi orang yang kepintarannya udah ada dipuncak tentu akan berputar lagi kebawah alias Bo the Doh
itu Aiden belum apa apa udah vonis sendiri mendahului kuasa Tuhan
2025-06-20
3
Rahma Inayah
kasian Mash.anak2 hrs sakit Dan butuh donor hati apakah klu gry ngomg sama Aiden tentang Arlo apalah akan percaya atau sebaliknya membenci gry
2025-06-20
0
GiZaNyA
semoga Arlo cepet ketemu donor hati yang sesuai... Aiden biarin aja suruh tenggelam di laut..
2025-06-20
2