Bagian : 05

Sekar Wulan menatap sejenak ke arah pintu, napasnya tersengal kecil. Hatinya berdebar kencang bukan karena takut, tetapi karena rasa penasaran dan keinginan untuk mengetahui apa yang akan di sampaikan oleh adipati yang dingin dan berwajah angker itu. Ia mengatur napas, lalu memberikan isyarat agar orang itu segera mempersilahkan masuk.

Tak berapa lama, pintu terbuka perlahan, dan muncul lah sosok kanjeng adipati Raden Erlangga, dengan wajah serius dan penuh wibawa, tangannya terkait di belakang, dia melangkah pelan. Tatapannya tajam menembus ke dalam jiwa, seolah-olah ingin membaca apa yang sedang di pikirkan oleh gadis di hadapannya.

"Keluar! " titahnya pada semua emban juga abdi yang ada di sana, yang kemudian langsung membuat mereka membungkuk hormat dan pergi meninggalkan kamar sang tuan putri.

Kini sudah dekat jarak antara Sekar Wulan dan Raden Erlangga Sekar Wulan yang masih duduk di kursi depan meja riasnya, sontak mendongak saat melihat sosok tinggi di depannya.

"Raden Ayu Sekar Wulan. " panggil sang adipati muda, nada suaranya sangat lugas, dari panggilan yang dia berikan seolah ingin menegaskan jika mereka benar-benar dua orang asing dan bukan suami- istri pada umumnya.

"Ya? " hanya itu yang mampu Sekar Wulan ucapkan, aura kepimpinan pria ini sangat kuat hingga membuat ia sedikit merinding.

Tiba-tiba laki-laki itu menggamit tangannya, membuat Sekar wulan tersentak kaget. Apalagi kini adipati muda itu tengah mengamati tangannya dengan serius.

Mata Raden Erlangga begitu kelam namun ada sebuah kelegaan yang Sekar wulan tak mengerti sama sekali.

Tak lama saat tangan raden Erlangga menyentuh lengan gadis itu, seberkas aura berwarna putih pekat muncul dari kulit Sekar wulan yang hanya bisa di lihat raden Erlangga saja.

"Sukurlah ajian pelindung masih ada di dalam tubuh nya. "

Raden Erlangga berucap dalam hati. Tak ada yang tahu jika dia diam- diam menyelimuti tubuh Sekar wulan dengan kekuatan supranatural yang bisa melindungi nya dari bahaya, jika tidak begitu, mana mungkin seseorang yang setelah jatuh dari bukit lereng yang curam dan terjal bisa selamat?

Raden Erlangga lalu melepaskan genggaman nya pada tangan Sekar wulan dan sedikit menyentak nya membuat si empunya langsung mencebik dan menatap sinis padanya.

"Apa sih laki- laki ini? gajelas! " batin Sekar wulan.

Lalu menyadari tatapan Sekar Wulan, raden Erlangga berdehem pelan, tatapannya kembali serius.

"Besok, sebelum ayam berkokok, kau sudah harus melakukan ritual untuk puasa mu dan mulai malam ini kau tidak boleh berjalan memakai alas kaki sampai bulan purnama muncul bulan depan. Ini adalah hukuman atas setiap keonaran yang kau lakukan. "

Haishh! Tak ia sangka, ternyata adipati muda ini benar-benar serius memberikan hukuman padanya. Jika puasa dia masih bisa tahan karena di kehidupan sebelum nya dia sudah sering melakukan diet untuk menjaga tubuh nya tetap ideal, tapi berjalan tanpa alas kaki? oh no, demi dewanya nenek tapasya, dia tidak akan sanggup melakukan nya, bagaimana jika kakinya yang mulus lecet? terlebih lagi banyak ranting-ranting, kalau kaki nya luka bagaimana? Oh no, dia tidak dapat membayangkan nya.

"Kenapa melamun? " suara berat laki-laki itu kembali membawa Sekar Wulan ke kenyataan, meski dunia ini sungguh tak nyata di pandangannya.

Tiba-tiba ia menyengir. "ekhem Raden pangeran adipati, bisakah hukumnya di ringankan?"

"Di ringankan? " sebelah alis Raden Erlangga terangkat, dahinya berkedut.

Sementara Sekar Wulan dengan tampang polos mengangguk- angguk seperti anak anjing yang menggemaskan. Tapi tidak di mata pria dingin itu.

"Apa kau sedang berguyon? " katanya lagi dengan nada sarkas. Wajah antusias Sekar Wulan tiba-tiba berubah mengelam dengan cepat.

"Hukuman itu sudah yang paling ringan yang ku berikan untuk mu, dibanding kan yang di dapatkan wanita bangsawan lain dari suaminya. Kesalahan mu sangat fata, kau tahu, akibat terjatuh nya nyimas Agni rara, kita hampir memiliki hubungan yang buruk dengan ketemanggungan kanjeng raden adiyasa, ku harap kau mengerti itu karena bagaimanapun kau adalah seorang istri adipati," ucap pria tinggi itu dengan begitu runtun dan lugas.

"Ck omongannya sudah seperti mentor kepada murid nya saja. Dan apa katanya tadi? nyimas? bukannya itu panggilan kesayangan di zaman ini? ck, dia begitu akrab saat memanggil orang lain, tapi kepada istrinya sudah seperti dua orang asing yang tidak saling mengenal saja. Benar-benar! "

Tuk! tiba-tiba saja ujung hidung nya di ketuk oleh jemari besar itu membuat Sekar Wulan kaget menatap sang Raden dengan sedikit melongo.

"Melamun lagi? " kata Raden Erlangga, wajahnya tetap datar namun suara yang di keluarkan nya berubah sedikit lembut, atau hanya perasaan Sekar Wulan saja?

"Waw ternyata dia memiliki selera humor juga. " gumam Sekar Wulan dalam hatinya.

"Sekar Wulan, sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan? " Raden Erlangga bertanya kembali namun kali ini dengan intonasi dan mimik wajah yang lebih santai.

Sekar Wulan kembali nyengir. "Tidak ada. " gelengnya. "Baiklah, hukuman kali ini hanya sampai bulan purnama muncul saja kan? itu artinya hanya satu bulan? "

Raden Erlangga mengangguk. "Ya."

"Humm baiklah. " sahut Sekar Wulan kembali, untuk kali ini ia hanya bisa menuruti ucapan adipati muda itu sembari dia mengulik lebih dalam soal kehidupan tubuh yang di rasukinya ini, dan kali apa dia juga bisa mendapatkan semua ingatan tentang Sekar Wulan yang dulu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari ini pun tiba, sesuai perkataan suaminya, sebelum pagi datang saat ayam berkokok, lebih tepatnya saat waktu subuh, Sekar Wulan sudah bangun dan berdandan rapi, beberapa emban dan Abdi mengikuti di belakang nya, sekarang dia sudah di sibukkan dengan berbagai ritual sebelum menjalani puasa, salah satunya adalah beribadah ke kuil, lalu sampai sore hari tak di perbolehkan makan dan minum.

Lokasi kuil masih dalam wilayah istana Kadipaten jadi ia cukup berjalan kaki untuk sampai ke sana. Dan di saat inilah mentalnya di uji, ia harus menjajaki jalanan yang sedikit curam dan berlumpur dengan kakinya yang telanjang untuk sampai ke kuil. Dan ewww ini tak seperti dirinya yang sangat menjaga kebersihan dan kelembutan kakinya itu.

"Huftttt, menyusahkan sekali. " gumamnya dongkol.

Ia pun sampai ke kuil suci dan mulai beribadah disana, dan anehnya ia mengerti dengan semua tataan ritual dan tradisi di sini, sepertinya dia sudah mulai beradaptasi, hanya saja ingatan Sekar Wulan belum sepenuhnya ada di kepalanya.

Saat keluar dari kuil, mata Sekar Wulan tak sengaja menangkap pemandangan beberapa kasim Kadipaten yang sedang berbincang tak jauh dari kuil. Seketika jiwa keponya muncul sebab perkiraannya para kasim itu sedang membicarakan dirinya karena dia mendengar namanya yang di sebut- sebut, lantas Sekar Wulan diam- diam menghampiri mereka untuk menguping.

"Hahhh... untuk kali ini lagi- lagi kanjeng pangeran adipati memberikan hukuman ringan untuk Kanjeng putri ayu. "

"Betul, tidak sesuai dengan peraturan yang di berikan gusti permaisuri. "

"Iyah padahal kelakuan kanjeng putri ayu sudah sangat sembrono dan keterlaluan. "

"Kelakuan ku yang mana yang sangat sembrono dan keterlaluan? "

Sekar Wulan tiba-tiba sudah ada di belakang mereka dan bertanya dengan tampang polos, sontak terkejutlah para kasim tersebut hingga mereka terlonjak.

"Astaga kanjeng putri! " mereka tergagap-gagap saking kaget nya lalu memucat lah wajah mereka seperti mayat.

Mereka saling berpandangan, panik lalu membungkuk sambil merentang kan tangan. "Mohon beribu ampun kanjeng putri. " dan melakukannya berkali-kali. Sekar wulan sama sekali tak paham, padahal kan hanya ingin bertanya.

Mereka saling senggol, wajah pucat pasi dan panik, sementara Sekar ayu hanya menatap mereka bergantian dengan wajah polos.

"K- kami minta maaf! k- kami tidak bermaksud membicarakan anda!"

Lalu ketiga kasim itu langsung kabur kocar-kacir seperti orang yang di kejar hantu.

Sekar wulan yang bingung lantas melirik ke arah emban pribadinya. "Muti, kenapa mereka terlihat sangat takut padaku? apa aku semenakutkan itu? "

Muti terlihat diam dulu sebelum menjawab, lantas ia membuang napas, pelan. "Karena memang seperti itu reputasi anda di Kerajaan, ndoro putri. "

"Apa? "

******

Terpopuler

Comments

Wulan Sari

Wulan Sari

ayo Sekar Wulan perbaiki tingkah lakumu biyar Adipati kesengsem heee,... Thor nt di buat Sekar Wulan tetap menjadi istri Adipati dan mempunyai anak jd bisa bahagia ...
maturnuwun Thor lanjut critanya ...

2025-06-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!