"Siapa namaku dan siapa kamu? cepat kasih tau?! "
"Anda? Kanjeng ndoro putri Ayu sekar wulan, dan saya adalah emban pribadi yang bertugas untuk melayani anda ndoro putri. "
Jihan manggut-manggut paham, dia mengerti sekarang, jiwa nya ternyata memasuki tubuh seorang wanita bernama Ayu sekar wulan dan dia adalah istri dari seorang adipati bernama erlangga, setidaknya informasi itu cukup untuk saat ini, entah untuk selanjutnya ia akan memikirkan nya nanti.
"Lalu siapa namamu? "
"Nama hamba Muti, ndoro putri. " Si emban mengerutkan dahi heran, kenapa semenjak bangun, majikannya ini seolah lupa dengan segalanya?
Melihat tatapan yang mulai curiga dari si emban membuat Jihan berdeham pelan, ia memikirkan sebuah ide agar wanita di hadapannya ini tidak curiga jika dia sebenarnya bukan Sekar wulan, lantas tiba-tiba dia memegang kepalanya sendiri sambil merintih kesakitan.
"Aduh duh, kepala ku. "
"Anda kenapa ndoro putri?" si emban langsung terlihat panik.
"Sepertinya aku mengalami benturan keras di kepala, rasanya sangat sakit, " Jihan berucap pelan, matanya setengah terpejam dan terus meringis.
Dari bayangan matanya ia bisa melihat si pelayan itu terlihat panik. Diam- diam dia menarik sudut bibir.
"Jangan ragukan kemampuan akting ku. " ucapnya dalam hati namun sedetik kemudian si emban berucap yang membuat Jihan terbelalak seketika.
"Haish matilah aku, jika raden adipati tau, beliau pasti akan memenggal kepala ku. " si emban terlihat panik setengah mati.
Jihan terkejut tidak menyangka sedikit keisengan nya itu bisa berdampak buruk bagi si emban. "Eehh ... tidak kau tidak perlu khawatir, aku tidak apa- apa, hanya saja aku tidak ingat segalanya setelah bangun dari pingsan tadi. " tuturnya, cepat.
"Benarkah ndoro putri?"
Jihan mengangguk, si emban nampak menghela nafas nya.
"Oh ya kenapa aku bisa ada di sini? "
"Anda terjatuh dari lereng bukit itu, ndoro! " si emban mengarahkan telunjuknya ke sebuah perbukitan tak jauh dari tempat mereka berpijak, Jihan sontak tercengang melihat lereng bukit yang terjal dan curam itu, apa mungkin tubuhnya terguling- guling hingga terjatuh kesini? pantas saja ia merasakan seluruh badannya sakit luar biasa.
Suara langkah kaki kuda yang berlari kencang menghilang lalu memelan dan kini tahu- tahu sudah ada di depan mata, segerombolan prajurit berkuda yang menggunakan cadar tiba di hadapan mereka. Lalu jalan di tengah nya terbuka lebar memberi jalan kuda yang terlihat lebih istimewa dari yang lain.
Di sana Jihan melihat sosok laki-laki gagah, berpakaian megah khas orang zaman dulu, dadanya yang bidang terekspos dengan jelas,dengan perhiasan dan anting- anting yang melengkapi nya. rambut legamnya berkibar tertiup angin semakin memperjelas visual wajahnya yang tegas dengan sorot mata yang nampak dingin, Raden adipati Erlangga seperti yang di sebutkan wanita itu. Mata tajamnya yang berwarna kelam bak jelaga malam menyapu sekitar, dan saat dia melihat Sekar wulan tatapannya yang semula bringas berubah lunak namun hanya sebentar.
"A- apa dia suami ku? "
Si emban mengangguk. "Iya ndoro putri. "
Jihan menggeleng seolah tidak percaya, di zaman yang sangat jauh dari peradaban modern ini ternyata ada pria yang setampan dan segagah ini? ck, ck benar-benar seperti dalam dongeng saja.
Pria itu turun dari kudanya, gerakannya begitu keren dan aura kharismatik nya begitu kuat memancar hingga Jihan tak bisa mengalihkan mata sedikit pun darinya, semakin lama pria itu semakin mendekat ke arahnya.
Jihan tersenyum canggung, di lihat dari situasinya seperti nya pemilik tubuh yang di rasukinya ini telah membuat masalah besar hingga wajah suaminya itu nampak dipenuhi angkara murka.
Jihan membuka mulut nya hendak membuka suara namun belum sempat sepatah kata pun keluar, dengan lebih dulu pria itu mengeluarkan pedangnya, dan sengaja di ayunkan ke arahnya, sontak membuat Jihan menutup mata.
"Sekarang keonaran apalagi yang kau lakukan tuan putri? "
Jihan merasakan detak jantung nya berpacu lebih cepat, namun suara riuh sekitar membuatnya perlahan membuka mata. Dia melihat pedang yang diayunkan Raden Erlangga berhenti hanya beberapa sentimeter dari lehernya saja. setelah menyadari bahwa dia baik- baik saja, Jihan beranikan diri untuk mengalihkan pandangan ke arah laki-laki itu.
"Kenapa kau selalu berani membuat onar di hadapan ku Sekar wulan? " suara Raden Erlangga menggema penuh ketegasan, meski di dalamnya mengalir nuansa kekhawatiran yang mendalam.
Jihan menelan ludah, merasakan tenggorokannya kering. Sebuah pertanyaan melintas di otaknya: Apa yang sebenarnya di lakukan Sekar wulan hingga mendapatkan ucapan seperti ini dari suaminya sendiri? dia mencoba merangkai tanggapan yang cocok, tetapi suara hati nuraninya menyeretnya kembali ke dalam ketidakpastian.
"Maafkan aku Raden, "suara Jihan untuk pertama kalinya keluar pelan setelah beberapa saat di selimuti hening."aku... tidak tahu apa yang terjadi, jika aku melakukan kesalahan tolong beritahu aku. "
Mata Raden Erlangga menyipit. "Apa ini trik baru mu? "
Tapi Jihan menggeleng cepat.
Tatapan raden erlangga tak kunjung lepas dari mata Sekar wulan, dia tampak sedang berkonflik antara kemarahan dan kepedihan. Perlahan dia menarik pedangnya dan menaruhnya ke dalam sarungnya kembali. "setiap hari aku mendengar laporan tentang perilaku mu, tentang pergulatan yang kau lakukan di Kerajaan ini. apa kau tidak pernah berfikir tentang akibat dari perbuatan mu? "
Jihan tercekat, pria itu benar-benar marah. Sepertinya apapun yang di ucapkan Sekar wulan sebelumnya tidak ada di ingatan Jihan, membuat nya merasa terasing di dalam tubuh wanita itu. Dia merasakan rasa bersalah yang mendalam, seperti mendengar rintihan orang-orang yang di rugikan, dia berusaha menyelami kepribadian Sekar wulan, tapi semua terasa samar.
Dengan nafas yang dalam, Jihan berusaha menenangkan diri dan merangkai kata- kata yang tepat. "Raden Erlangga ... aku--""
"Cukup!" Raden Erlangga menginterupsi, wajahnya kembali ke setelan awal, dingin dengan tatapan tajam, tidak seperti tadi saat ia menujukkan kekhawatiran atau hanya perasaan Jihan saja?
"Masuk ke dalam tandu, sekarang!"
Jihan terkejut mendengar perintah tersebut, si emban yang nampaknya lebih tau tentang situasi ini melangkah cepat ke sampingnya, mengisyaratkan agar Sekar wulan mengikuti arahnya.
"Cepat, ndoro putri! " bisiknya, nyaris panik.
Jihan mengangguk dan melangkah perlahan menuju tandu yang terletak di belakang prajurit. dia bisa merasakan penuh kemarahan raden Erlangga di belakang punggung nya. Jihan akan mencoba mencari tahu sebabnya nanti untuk saat ini ia hanya bisa menurut, di dalam hatinya ia berdoa, agar sosok suami yang terlihat menakutkan itu tidak melakukan sesuatu yang lebih buruk.
Begitu ia duduk di dalam tandu, rasa gelisah nya sedikit mengurang, jadi bisa sedikit bernafas lega.
"Kita kembali ke Kadipaten! "
Suara dingin raden erlangga menggema, di jawab lantang oleh prajurit nya, lalu tandu mulai bergerak di dorong oleh beberapa pengawal, sementara suara derap kuda mengikuti nya.
Selang beberapa saat, mereka tiba di sebuah istana megah yang berdiri kokoh, sebuah bangunan megah yang di keliling taman yang indah, di kawal oleh prajurit- prajurit bersenjata lengkap, bendera dengan simbol- simbol unik berkibar di setiap tiang- tiang kokohnya, nampak sangat kental akan sejarah.
Perlahan Jihan keluar dari tandu di susul si emban pribadinya yang mengekori di belakang.
Di luar Raden Erlangga menunggu dengan tatapan yang sulit di baca. "Masuk." suaranya dingin menusuk.
Jihan merasa gemetar ketika melewati pintu istana yang megah. Hiasan dan ukiran pintu kayu itu mencuri perhatian, tapi ketegangan dalam hatinya membuat keindahan itu nampak samar. Ia bisa merasakan tatapan si emban Muti dan prajurit yang mengawasinya dengan campuran rasa khawatir dan bingung.
"Bawa dia keruangan pribadi," perintah Raden Erlangga tanpa memperhatikan sekelilingnya, lalu kemudian sosok tinggi itu berjalan lebih dulu, Jihan hanya bisa mengikuti, seakan tubuhnya bergerak tanpa kendali.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Putry Mustika
Hadir kak 😊 semangat ya seneng banget up lagi 😁 ku tunggu kelanjutannya selalu kak
2025-06-15
1
Wulan Sari
ngikuti ya ini salam
2025-06-16
1