Murka Pak Hasan

Ibu Jemima yang tengah menyapu halaman rumah terheran melihat sang putri yang sudah pulang. Sang putri yang tadinya sebelum berangkat begitu antusias pulang pulang malah berwajah murung dengan mata sembab. Mana perginya cuma sebentar.

Bu Sekar ( nama ibu Jemima ) langsung menyudahi pekerjaan nya, dia meletakkan sapu lidi pada tempat nya, lalu sedikit berjalan tergesa-gesa menyusul Jemima yang sudah masuk rumah.

Bahkan Jemima sama sekali tidak menyapa sang ibu, hal itu membuat sang ibu merasa sangat khawatir, ia yakin sekali anaknya itu pasti sedang tidak baik baik saja.

"Jemima, boleh Ibu masuk?" Bu Sekar mengetuk pintu kamar.

"Masuk aja, Bu," jawab Jemima dengan suara terdengar serak.

Saat Bu Sekar sudah masuk, dia langsung bertanya apa yang terjadi.

"Sebenernya apa yang terjadi? Apa Rakha dan Rara sudah sampai? Kalian bertemu tidak?"

Jemima menggeleng pelan.

"Mereka sudah sampai dengan selamat. Tapi aku tidak berhasil bertemu sama mereka karena tadi penjaga gerbang rumah Rakha keburu menutup gerbang hingga aku tak bisa masuk," jelas Jemima hati hati.

"Maksudnya kamu tidak diperbolehkan masuk ketemu Rakha dan Rara?"

"Bukan begitu, Bu. Mungkin mereka masih capek habis melakukan perjalanan jauh makanya mereka belum sempat ketemu aku, mereka butuh istirahat, mungkin nanti Rakha anak datang sendiri ke sini untuk menemui ku,"

"Iya, Ibu mengerti.''

"Iya, kita tunggu aja ya Bu."

Bu Sekar mengangguk seraya tersenyum tipis mendengar perkataan sang putri.

***

Satu hari berlalu.

Rakha dan Rara belum juga mengunjungi kediaman Jemima.

Jemima duduk di teras rumah, melamun sendiri. Bu Sekar yang melihat itu ikutan duduk lalu mengajak mengobrol.

"Anak Ibu jangan murung murung dong, nanti cantiknya hilang,"

"Bu, kenapa mereka belum menemui aku, ya?"

Bu Sekar menarik nafas dalam.

"Mungkin mereka masih istirahat."

"Iih Ibu. Kok gitu jawaban."

"Makanya anak Ibu jangan sedih dan galau terus. Ibu gak suka melihat nya. Kalau kamu merasa sudah gak dihargai, gak di anggap dan tidak diinginkan lagi sama mereka lebih baik kamu ikhlas kan saja, Nak. Kamu sudahi saja. Ibu kasihan melihat kamu, sudah lima tahun kalian menjalani hubungan tapi orang tua Rakha masih tetap menunjukkan ketidaksukaannya terhadap keluarga kita. Mau sampai kapan? Sebagai seorang Ibu, Ibu tau apa yang anak ibu rasakan. Ibu ikutan sakit jika kamu sakit,"

Jemima memeluk sang ibu, lalu tangisnya pecah. Sebenernya beberapa waktu terakhir dia sudah merasa ada yang aneh sama Rakha dan Rara tapi dia masih tetap berpikiran positif.

Dan sekarangkan pun dia masih sangat berharap dua orang itu datang ke rumahnya untuk menjelaskan kenapa mereka sulit dihubungi.

***

Hingga dua hari setelah kepulangan Rakha dan Rara, mereka belum juga mengunjungi Jemima. Dihubungi pun tak bisa.

"Kamu itu anak perempuan. Jangan pernah lagi kamu mengunjungi rumah Rakha. Kalau sampai kamu melakukan itu, Ayah merasa telah gagal mendidik dan menjaga mu, kamu harus tetap menjaga harga dirimu, jangan sampai keluarga mereka merendah keluarga kita. Kita memang tidak sekaya mereka, jabatan kita tidak sementereng mereka, tapi ingat lah kita juga punya harga diri. Kalau Rakha merindukan kamu pasti dia akan datang, kalau tidak datang, ya itu berarti kamu tidak begitu penting baginya," nasihat Pak Hasan pagi hari saat mereka selesai sarapan pagi. Kali ini Pak Hasan berbicara sedikit tegas.

"Iya, Ayah." Jemima mengangguk mengerti. Selama ini dia begitu menghormati sang ayah.

***

"Pak Hasan, saya kira anak Pak Hasan masih berpacaran sama anak Pak Kades, ternyata sudah tidak lagi ya. Kenapa hubungan mereka malah berakhir Pak, kan sayang, Rakha kan sudah sukses sekarang kenapa malah di lepas," ujar Pak Budi, siang hari mereka istirahat duduk di bale setelah menggarap kebun mereka yang bersebelahan.

Pak Hasan terlihat tengah menyeka keringat di kening.

"Pak Budi dapat kabar dari mana kalau antara anak saya dan anak pak kades sudah tidak berhubungan lagi?"

"Laaahh kan Bu kades sendiri yang bilang sama para warga, kata istri saya, Bu kades bilang Rakha akan segera melamar Rarasita, eh bukannya Rarasita temennya anak sampeyan?"

Pak Hasan terdiam sejenak setelah mendengar perkataan Pak Budi.

"Iya, anak saya memang sudah tidak ada hubungan lagi sama Rakha," ucap Pak Hasan dengan suara tegas serta rahang mengeras. Kedua tangannya mengepal erat.

"Mereka memang cocok Pak. Sama sama berasal dari keluarga kaya, sama sama berpendidikan serta sudah memiliki pekerjaan yang menjanjikan di Ibukota. Saya doakan semoga anak Pak Hasan juga segera bertemu jodohnya. Syukur syukur jodohnya orang kota dan lebih kaya dari Rakha, Jemima kan cantik, siapa yang tidak tertarik sama kecantikan anak Pak Hasan," ucap Pak Budi dengan sedikit menghibur diakhir kalimat. Melihat wajah Pak Hasan yang berubah memerah, Pak Budi merasa bersalah.

Pak Hasan berdiri, lalu dia memutuskan pulang.

Saat di perjalanan, dia melihat orang orang sedang berkerumun di depan warung.

Pak Hasan menghentikan langkahnya saat mendengar nama anak gadisnya di sebut sebut.

"Kamu itu harus sadar diri, berkaca pada kaca yang besar. Kamu itu tidak pantes sama putra saya, makanya putra saya lebih memilih menjadikan Rara menjadi pendamping hidup nya. Selama ini saya tidak terlalu masalah kamu berpacaran dengan anak saya, yang penting kan yang akan menjadi istri anak saya wanita yang berkelas seperti Rara. Jangan harap Rakha akan menemui mu, karena tadi dia sendiri yang bilang kalau hubungan kalian sudah berakhir dan Rakha bilang dia sudah tidak menginginkan kamu lagi," ujar Ibu nya Rakha dengan jari telunjuk menunjuk-nunjuk wajah Jemima.

"Tapi ... Rakha tidak pernah mengatakan kata putus secara langsung padaku," balas Jemima sembari menunduk.

"Hahaha susah ya bicara sama orang kismin!" hina Bu Fathiah ( Ibu nya Rakha )

"Hentikan!"

Pak Hasan masuk ke kerumunan lalu langsung menarik tangan Jemima meminta Jemima segera pulang. Pak Hasan terlihat sangat murka.

Pak Hasan tidak ingin menghabiskan waktu meladeni orang seperti Bu Fathiah. Dia takut tidak dapat mengontrol emosi lalu menyakiti Bu Fathiah.

Dada Pak Hasan sudah sangat sesak dan sakit melihat secara langsung anak gadis satu-satunya dihina dan di caci di depan orang banyak.

Sementara di sepanjang jalan menuju rumah, Jemima terus meminta maaf kepada sang ayah.

Orang-orang pun memperhatikan mereka dengan tatapan kasihan, ada juga yang senang melihat Jemima menderita.

Sebenernya selama beberapa tahun terakhir sudah banyak lelaki yang datang ke rumah Pak Hasan untuk melamar Jemima, tapi karena Jemima yang terlalu setia dan bucin kepada Rakha, membuat Jemima menolak mentah-mentah orang orang yang datang ingin melamar nya.

Padahal diantara orang orang yang datang, rata rata orang berduit dan mempunyai jabatan.

Bersambung.

Sepi ya. Aku jadi malas-malasan melanjutkan nya. Minimal like ya teman-teman biar aku semangat. Terimakasih.

Terpopuler

Comments

zheny pudji

zheny pudji

gmn GK sepi kak
up date nya GK setiap hari.
minimal 1x kak,
semngat kak AQ ttep menunggu

2025-06-19

1

lihat semua
Episodes
1 Mereka Kembali Membawa Luka
2 Mereka Kembali Membawa Luka 2
3 Mereka Kembali Membawa Luka 3
4 Murka Pak Hasan
5 Adisega
6 Putus!
7 Lingkungan Toxic
8 Salam Perpisahan
9 Menjijikan
10 Keinginan Konyol Jemima
11 Tidak di Undang
12 Persiapan Pesta
13 DIXON OZZIE EVERARDO
14 Tidak Suka di Kejar
15 Jemima dan Dixon bertemu lagi
16 Jemima?!
17 Perjodohan yang Tidak di Inginkan
18 Membaca Diary
19 Dixon Datang Bertamu
20 Will You Marry Me
21 Iya
22 Murka Dixon
23 Jemima di bawa ke Jakarta
24 Alexa Marah
25 Rakha Syok
26 Nikah Siri Aja Dulu
27 Diandra Menemui Jemima
28 Ada yang Naksir Rarasita
29 Perdebatan Kecil
30 Detik-detik Menuju Halal
31 Sah
32 Apa Rara Sudah Hamil?
33 Mulai Nyaman
34 Beli Jajanan di Warung
35 Rakha dan Rara Bertengkar
36 Rakha Mulai Menyesal
37 Sengaja Menggoda
38 Meninggal Dunia
39 Dayana Tak Sadarkan Diri
40 40
41 Dayana Tak Pulang
42 42
43 Bercumbu di Kantor
44 Rencana Rarasita
45 Berhubungan Badan
46 Wanitanya Kok Mirip Rarasita?
47 Memalukan
48 Area 21+
49 Besok Aku Ikut kamu, ya
50 50
51 Bertatap Muka
52 Ciut
53 Rakha Ingin Mengucapkan Selamat
54 Dayana Datang Memergoki
55 Talak
56 Hamil Anak Siapa?
57 Kabar Bahagia
58 Rencana Dayana
59 Berkemas
60 Sampai
61 Pengakuan Rega
62 Lapangan Desa
63 Dayana Beraksi
64 Membela Diri
65 Bercerai
66 Tidak Sudi
67 Frustasi
68 Menyusul
69 Meminta Izin
70 Tidak Mirip
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Mereka Kembali Membawa Luka
2
Mereka Kembali Membawa Luka 2
3
Mereka Kembali Membawa Luka 3
4
Murka Pak Hasan
5
Adisega
6
Putus!
7
Lingkungan Toxic
8
Salam Perpisahan
9
Menjijikan
10
Keinginan Konyol Jemima
11
Tidak di Undang
12
Persiapan Pesta
13
DIXON OZZIE EVERARDO
14
Tidak Suka di Kejar
15
Jemima dan Dixon bertemu lagi
16
Jemima?!
17
Perjodohan yang Tidak di Inginkan
18
Membaca Diary
19
Dixon Datang Bertamu
20
Will You Marry Me
21
Iya
22
Murka Dixon
23
Jemima di bawa ke Jakarta
24
Alexa Marah
25
Rakha Syok
26
Nikah Siri Aja Dulu
27
Diandra Menemui Jemima
28
Ada yang Naksir Rarasita
29
Perdebatan Kecil
30
Detik-detik Menuju Halal
31
Sah
32
Apa Rara Sudah Hamil?
33
Mulai Nyaman
34
Beli Jajanan di Warung
35
Rakha dan Rara Bertengkar
36
Rakha Mulai Menyesal
37
Sengaja Menggoda
38
Meninggal Dunia
39
Dayana Tak Sadarkan Diri
40
40
41
Dayana Tak Pulang
42
42
43
Bercumbu di Kantor
44
Rencana Rarasita
45
Berhubungan Badan
46
Wanitanya Kok Mirip Rarasita?
47
Memalukan
48
Area 21+
49
Besok Aku Ikut kamu, ya
50
50
51
Bertatap Muka
52
Ciut
53
Rakha Ingin Mengucapkan Selamat
54
Dayana Datang Memergoki
55
Talak
56
Hamil Anak Siapa?
57
Kabar Bahagia
58
Rencana Dayana
59
Berkemas
60
Sampai
61
Pengakuan Rega
62
Lapangan Desa
63
Dayana Beraksi
64
Membela Diri
65
Bercerai
66
Tidak Sudi
67
Frustasi
68
Menyusul
69
Meminta Izin
70
Tidak Mirip

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!