...Selamat Membaca...
.......
.......
Di ruangan serba putih, seorang wanita terduduk merenungi apa yang terjadi. Kepalanya masih berusaha mencerna apa yang terjadi sebenarnya.
"Sial! Apa ini sebenarnya?!"
Wanita itu mengacak frustasi rambutnya. Berulang kali dia mencoba mengingat semuanya namun sialnya yang dia ingat hanya dirinya yang tertembak lalu meledak di gedung itu dan pertemuannya dengan wanita misterius itu. Gwen, wanita itu mencak-mencak kesal di tempatnya.
"Shenna sialan! Ini semua karena kelakuan bodoh wanita itu!" Umpatan demi umpatan keluar dari bibirnya yang masih terlihat pucat. "Jadi ini maksudnya? Aku diberi kesempatan terbangun di tubuh orang lain?!"
Braak!
Gwen terkejut dan berbalik melihat ke arah pintu ruangannya yang terbuka kasar. Keterkejutan kembali menyapanya, melihat dua bocah laki-laki berwajah samandan satu pria dewasa masuk ke dalam ruangannya.
"Mami! Apa mami sudah baik-baik saja? Apa mami masih sakit?"
Gwen mendadak linglung mendengar pertanyaan salah satu bocah laki-laki yang kini berada di hadapannya. Sementara yang satunya berdiri tepat di sebelah pria itu.
"Mami? Aku?" Gwen menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung.
Bocah laki-laki itu mengangguk. "Tentu saja. Mami kenapa?"
"Tunggu-tunggu! Kalian semua siapa? Kenapa berada di kamarku?" Oh ayolah Gwen sama sekali tidak tahu siapa ketiga laki-laki ini. Belum lagi dengan dirinya yang tiba-tiba di panggil mami. Menikah saja belum bagaimana mau punya anak. Apa jangan-jangan ini yang dimaksud wanita itu. Mereka suami dan anak-anaknya?
"Jangan berpura-pura Melody!"
Lagi dan lagi Gwen mengernyit, "Melody? Itu namaku?" tanya Gwen.
Terlihat pria itu menghela napas kasar. Kemudian dia menghubungi seseorang dan segera mematikan teleponnya.
Tidak lama setelah itu seorang dokter masuk ke dalam ruang rawat Gwen. Dia menunduk sekilas pada pria itu membuat Gwen sedikit takjub. "Seberapa berkuasa dia sampai di hormati seperti itu?"
"Ada apa dengannya?" tanya pria itu melirik Gwen sekilas.
"Maaf tuan. Dari hasil pemeriksaan, nyonya dinyatakan mengalami amnesia akibat benturan yang cukup keras di kepalanya. Oleh karena itu nyonya sama sekali tidak mengingat apapun tuan."
Pria itu menatap Gwen datar kemudian menatap dokter itu dan mengangguk.
"Kalau begitu saya permisi tuan."
Sekarang hanya ada mereka berempat di dalam ruangan itu. Gwen yang masih bingung hanya menatap mereka satu persatu. "Bisa jelaskan kalian siapa?"
"Mami!" panggil satu bocah yang masih berada di dekat Gwen. "Aku mau naik."
Gwen mengangguk. Dia mengangkat bocah laki-laki itu dan mendudukkannya tepat di sebelah dirinya.
"Jadi siapa namamu?"
"Mami benar-benar tidak mengingatku?"
Gwen menggeleng.
"Kakak?"
Lagi-lagi Gwen menggeleng.
"Kalau dengan papi bagaimana?"
Lantas Gwen mendekatkan mulutnya ke telinga bocah itu, "Dia papimu? Pria itu papi kalian?" tanya Gwen berbisik.
Bocah itu mengangguk, "Iya mami. Nama Papi adalah Damian Maximilian Adelard. Namaku Kevin King Adelard, lalu kakak adalah Kevan King Adelard dan mami adalah Melody Dee Viktoria."
"Seperti tidak asing, tapi siapa?" Gwen berpikir mencoba mengingat nama-nama itu di kepalanya. Sedetik kemudian dia melotot dan berdiri dari kasurnya. Menatap satu persatu dari ketiga laki-laki di kamarnya.
"Secara tidak langsung aku menjadi istri dari Damian? Pria batu itu?! Oh Tuhan kenapa nasibku malang sekali?!"
"Jangan banyak drama!" ucap Pria Dewasa yang diketahui itu adalah Damian.
Gwen mendelik tajam. "Hei tuan, apa kau tidak lihat aku benar-benar bingung?! Aku memang tidak mengenal kalian, oke?! Jadi tolong tutup saja bibir mu!" Gwen berdecak kesal setelahnya, memandang sinis ke arah Damian. Sungguh diriku yang malang.
"Tidak papa jika mami tidak mengingat kami. Yang terpenting mami selamat dari kejadian itu."
Gwen tertarik mendengarnya.Melody sang pemilik tubuh asli memang tak memberikan ingatan mengapa ia bisa di rumah sakit, keluarga suaminya bahkan orang-orang yang dia kenal. wanita itu hanya memberikan sekedar ingatan mengenai kehidupan rumah tangganya. "Kejadian apa?" tanya Gwen penasaran.
Kevin menggeleng, "Tidak perlu diingat mami. Sekarang mami fokus saja untuk sembuh karena itu akan menjadi urusan papi. Ya kan papi?" Kevin menatap Damian dengan tersenyum.
Damian mengangguk. Dia dan Kevan menghampiri Kevin dan mengacak rambut anaknya itu. "Ini." Damian memberikan tote bag pada Gwen. "Cepat berganti pakaian atau kau kutinggal!"
Gwen menerima sambil menatap sinis Damian. "Terimakasih," ketusnya. "Rumor itu benar! Dia seperti batu!" gumam Gwen yang sialnya Damian mendengar ucapan terakhirnya.
"Cepat atau kutinggal!"
Gwen mempercepat langkahnya menuju kamar mandi. Secepat kilat dia berganti pakaian sebelum pria batu itu kembali memarahinya.
Gwen memperhatikan penampilannya di cermin. Wajah cantik dan postur tubuh yang bagus. Pakaian yang tampak elegan dan mahal melekat indah di tubuhnya.
Jika biasanya dia hanya berhubungan dengan pistol dan senjata lainnya, kini Gwen melihat sisi lain dari dirinya meskipun ini bukan tubuhnya.
"Baiklah, karena sekarang aku adalah istri dari seorang Damian. Maka aku akan memerankan semuanya dengan sangat baik." Gwen tersenyum samar.
Gwen keluar dari kamar mandi. Ketiga laki-laki itu sudah menunggunya sambil duduk di sofa. Satu kata, kagum. Ketiganya benar-benar sangat tampan dan berwibawa. Biarpun kedua bocah itu masih kecil, Gwen bisa merasakan aura pemimpin di dalam diri mereka.
"Mami sudah selesai?"
Gwen mengangguk kaku. Jujur ia masih sedikit geli mendengar panggilan 'mami' yang ditujukan untuknya.
Kevan dan Kevin menghampiri Gwen. Dua bocah itu menggenggam tangan Gwen di kedua sisi. Damian pun segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan lebih dulu.
"Pria aneh! Bisa-bisanya dia meninggalkan istrinya di belakang dan berjalan lebih dulu?! Dasar tidak punya hati!"
Baru beberapa langkah keluar dari ruangannya, tiba-tiba saja tubuh Gwen sedikit oleng membuat kedua bocah itu menjadi panik.
"Mami tidak papa?" tanya Kevan khawatir.
Gwen menggeleng, "Tidak papa, hanya sedikit pusing dan lemas." Gwen tersenyum manis membuat kedua bocah itu tersenyum.
Kevin melepaskan genggaman tangannya pada maminya itu, kemudian menghampiri Damian dan menariknya mendekati Gwen. "Papi, mami masih pusing dan lemas. Bisakah papi menggendongnya?"
"Menyusahkan!" gumam Damian.
Gwen yang mendengarnya mendelik kesal. Ia menatap kedua bocah itu. "Tidak perlu, mami baik-baik saja. Sungguh."
"Baik-baik saja darimana? Tadi saja mami hampir terjatuh," celetuk Kevan membuat Damian menatap datar dirinya.
Apa-apaan dia menatapku seperti itu?! Dasar batu!" Batin Gwen kesal.
Damian menghampiri Gwen dan langsung menggendongnya ala bridal style. "Ini demi anak-anak, jangan berharap lebih!" bisik Damian datar.
Gwen menatap Damian. Wajah tampan dan rahang tegas dengan alis tebal nan tajam, begitupun sorot matanya yang tajam ketika melihat seseorang. Gwen akui Damian itu..sempurna. "Ya sudah! Siapa yang berharap lebih padamu?!" ketus Gwen memutar bola matanya malas.
Sejenak Damian menatap Gwen. Sedikit aneh rasanya melihat sikap Melody sedari tadi. Jika biasanya sang istri akan tersenyum ketika melihat dirinya, kini Damian hanya melihat wajah galak dan sikap ketus Melody sejak tadi.
....... ......
.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
sahabat pena
kurang byk up nya kak. ibarat lagi makan baru dari mulut ke kerongkongan blm nyampe finish usus besar 🤣🤣🤣✌💪💪💪lanjut
2025-06-13
1
vj'z tri
segelas kopi Thor biar kuat begadang nulis nya 🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2025-06-16
0
Mrs. Terra
Thor, panjangin dikit napaaa 😫
2025-06-13
0