Waktu terus bergulir, hubungan Alana dengan Dewa terlihat baik-baik saja, meskipun terkadang ada sesuatu yang mengganjal dalam hati gadis itu. Tapi Alana tak ingin memaksa untuk membahasnya.
Setiap kali Dewa ditanya tentang cinta masa lalunya, pria itu selalu menjawab ' Jangan suka membahas sesuatu yang sudah berlalu' sepenggal kalimat itu yang selalu membuat Alana kembali bungkam dengan rasa penasaran.
"Sudah hampir setahun tapi kamu belum ngaku juga sih, Al?" ucap Hera saat Alana menginap di apartemen gadis itu. Tentu saja atas izin dari Bude Rini.
"Ngaku apa?" Alana meletakkan ponselnya saat mendengar pertanyaan Hera sahabatnya.
"Hubunganmu sama Pak Dewa."
"Sebentar lagi kita akan lulus, semester enam, kita sibuk dengan studi kita masing-masing. Masak kamu nggak ingin cerita tentang hubunganmu dengan Pak Dewa." kalimat Hera membuat Alana seketika langsung terhenyak kaget dia tak menyangka jika Hera sudah mengetahuinya.
"Kamu sudah tahu?" Alana langsung sigap melontarkan pertanyaan itu pada Hera. Dia pun menegakkan tubuh dengan raut wajahnya yang serius.
"Semua juga sudah tahu, Al. Ya, sebatas rahasia umum saja. Lagi pula banyak anak yang sering mergoki kamu jalan sama Pak Dewa, kok." jelas Hera sambil memoleskan make up di wajahnya. Mereka akan pergi mengunjungi sebuah pameran kesenian.
"Yakin, kamu nggak dandan?" tanya Hera kembali meyakinkan Alana.
"Aku lagi malas saja." jawab Alana. Sebenarnya gadis itu paling malas untuk berdandan.
Mereka pun bersiap untuk pergi. Tapi ponsel Alana kembali berdering dan ternyata telpon dari Dewa.
" Hallo, Mas!" jawab Alana.
" Malam ini, Mas, nggak bisa menemani kamu lihat pameran. Teman Mas yang dari luar kota mengajak bertemu. Jadi nggak enak jika Mas menolaknya." jelas Dewa. Mereka sebenarnya sudah sepakat untuk bertemu dan akan mengantar pulang Alana.
"Ya sudah nggak apa-apa. Paling aku datang sama Hera cuma sebentar. Nggak sampai malam, kok." jawab Alana dengan santai. Alana memang buka tipe orang yang suka menuntut meskipun dia sering dimanja kedua orang tuanya.
Alana memasukkan kembali ponselnya. Terlihat Hera mencebikkan bibir, seolah cemburu dengan hubungan mereka.
" Lest go, kita berangkat!" ajak Alana sambil tertawa saat melihat ekspresi wajah Hera. Mereka sepakat untuk naik taxi saja.
"Enak ya, Al, punya pacar ganteng dan nggak neko-neko kayak Pak Dewa. Mana orangnya dewasa dan mapan pula. Pasti hubungan kalian mulus, bukan yang problematik." Hera kembali membahas hubungan Alana dengan Dewa di dalam mobil.
"Ya gitu, deh. Tapi, tau sendiri sibuknya pacaran sama orang dewasa, apalagi punya banyak kerjaan." jawab Alana dengan tatapan menerawang.
"Aroma-aromanya ada yang jadi calon ibu rumah tangga tanpa mikir ntar kerja dimana setelah lulus." sambut Hera masih terus menggoda Alana.
"Tapi pingin ngerasain kerja juga sih, Her. Kata Mama paling enak masa dimana kita bisa cari duit sendiri dan masih belum ada tanggung jawab dengan rumah tangga." jawab Alana. Dia ingin merasakan seperti.
Hera pun hanya manggut-manggut. Dia sendiri sudah mikir setelah lulus, dia akan melamar kerja di mana.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan gedung yang biasa di gunakan untuk mengadakan pameran.
"Kita lewat samping sana saja, yuk!" ajak Alana dengan menarik lengan Hera.
Suasana di dalam gedung memang sangat ramai, beberapa kali mereka bertemu dengan teman kampus mereka. Tapi yang membuat Alana merasa enggan, karena pengunjung terlalu ramai hingga rasanya mereka tak bisa leluasa untuk menghampiri stand yang sebenarnya menarik perhatian mereka.
"Kita kesana, Al." tunjuk Hera mengajak Alana untuk melihat stand yang di bagian pinggir.
Alana membuntuti langkah Hera. Tapi betapa tersentak kaget gadis itu saat melihat sosok yang sedang mengobrol di sudut ruangan itu.
"Eh-eh, bentar." Alana menarik lengan Hera agar temannya itu berhenti melangkah.
"Ada apa sih, Al?" tanya Heran dengan menunjukkan wajah heran.
"Nggak ada apa-apa. Kita pulang saja, yuk! Atau nyari makan malam." ucap Alana, wajahnya nampak panik. Dan tatapannya terus tertuju pada sosok pria bertubuh tinggi dengan kemeja kerja yang masih melekat di tubuhnya.
Alana benar-benar tak ingin bertemu pria yang pernah dia ganggu saat mesum di mobil. Betapa malunya dia jika pria itu masih mengenalinya.
"Ada siapa sih? Kamu takut dengan cowok ganteng itu?" Hera semakin heran dengan sikap Alana.
" Ayoooo, kita pergi saja!" Alana menarik lengan Hera agar menjauh dari tempat itu.
Sementara Hera masih berusaha mengelak dan masih ingin tetap tinggal. Sedikit keributan dengan cekcok kecil diantar dua gadis itu menarik perhatian pria yang tengah mengobrol itu.
Tatapan tajam Kalandra tertuju pada Alana. Sekilas tatapan keduanya beradu tapi Alana dengan gesit berhasil memaksa Hera untuk keluar dari gedung itu.
Sementara Kalandra masih mencoba mengingat wajah gadis yang tidak asing di ingatannya. Wajah manis khas gadis jawa.
"Sebaiknya kita bertemu di kantor untuk membicarakan proyeknya lebih lanjut, Pak!" ucap pria yang sempat mengobrol dengan Kalandra. Pria itu merasa orang diajak bicara sudah tidak fokus lagi.
"Astaga Alana..." protes Hera saat mereka berjalan keluar dari gedung dan mencari tempat makan yang nyaman.
" Kenapa sih, Al? Apa salahnya jika Om ganteng itu memperhatikan kita. Lumayan, kan. Siapa tahu aku diliriknya." ucap Hera dengan percaya diri. Alana hanya mencebikkan bibir, selanjutnya dia hanya terdiam.
Alana tak banyak bicara, bahkan tanpa sadar mereka sudah berjalan lumayan jauh. Hingga akhirnya, Alana mengajak Hera untuk masuk ke dalam rumah makan yang cukup ramai itu.
"Ramai banget, Al. Sampai bingung kita duduk di mana." ucap Hera sambil mengedarkan pandangannya. Begitupun Alana dia juga sedang mencari tempat duduk yang nyaman.
" Al, itu Pak Dewa, kan?" tanya Hera dengan ragu. Tapi Alana langsung mengikuti tatapan mata sahabatnya. Dan ternyata benar di sana ada Dewa sedang duduk bersama tiga orang temannya, dua wanita dan satu pria yang pernah Alana lihat di rumah Dewa.
"Gimana jadi makan di sini? Satu-satunya bangku cuma di sebelah meja itu." tanya Hera.
"Nggak masalah, Her. Mas Dewa juga tadi sudah bilang kok jika akan bertemu dengan temannya yang dari luar kota." ucap Alana, berusaha menenangkan perasaannya. Dia tahu diantara gadis itu wajahnya tidak asing. Bella, dia yakin itu Bella, apalagi saat melihat tahu lalat dibawah bibir wanita itu.
Alana melangkah menuju satu-satunya meja yang masih kosong. Dia berusaha bersikap biasa saja, hingga akhirnya Dewa menghampirinya.
"Sayang, mau kenalan dengan temanku?" tanya Dewa sambil membungkukkan tubuh di belakang punggung Alana.
" Tapi nggak enak aku, Mas!" jawab Alana setengah berbisik.
" Nggak apa-apa, ayo sama, Mas!" ajak Dewa membuat Alana menatap Hera yang masih memilih menu.
Saat Hera mengangguk Alana pun berdiri. Dia mengikuti langkah Dewa yang masih menggenggam tangan kirinya.
" Kenalkan, dia Alana pacarku yang sekarang." ucap Dewa kemudian Alana mengulurkan tangan pada gadis di sebelahnya.
" Bella." ucap Bella dengan suara tercekat. Tatapannya masih mengisyaratkan rasa cemburu pada gadis berwajah manis itu.
" Indira." sambut gadis yang ada disebelah Bella.
" Dia, Acher!" ucap Dewa mewakili. Pria itu langsung menarik lengan Alana agar tidak bersalaman dengan Acher yang dikenal mata keranjang.
" Aku balik, bareng Hera, ya! Nggak enak sama Hera." bisik Alana yang dijawab dengan anggukan Dewa.
Awalnya semua terlihat canggung. Tapi, lama-kelamaan, mereka fokus dengan meja masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Ickhaa PartTwo
Makin penasaran sama alur ceritanyaaa, semangat mba
2025-06-12
1
mom farhan
baca nya abis magrib aja kak teken suka aja dl😍😍
2025-06-12
1
Anis Saidah
nah kan...awas al kamu jadi incaran kalandra
2025-06-14
0