"Kok gak ngenalin sih say… kamu kan tadi minum ini juga… lupa ya?" masih sambung Ben. Rere ingat, tadi dia sempat tak sadarkan diri.
"Tapi… gimana caranya??" jawab Rere pelan tak bernada. Dia bingung kapan dia meminum obat tersebut.
"Duh, kaya investigator aja deh kamu… kasih tau deh Zack…" sahut Ben dengan malas dan orang yang bernama Zack itu pun menyahut.
Ternyata orang keempat yang dari tadi Rere tidak mengetahui itu namanya Zack. Rere pun mulai memperhatikan keempat orang tersebut. Mereka sungguh laki-laki yang wajahnya di atas rata-rata. Semuanya berpenampilan ok dan tampan.
“Tadi kita titipin ke Ika…” sahut Zack sedikit santai. Rere pun seperti tersambar petir, dia kaget luar biasa. Tidak di sangka temannya sendiri menjebaknya.
Tunggu.. jangan-jangan.. Pikiran Rere semakin kacau sekarang! Ika? Bagaimana bisa dia melakukan itu padanya dan setelah di pikirkan lagi apa salah Rere?.
“Kenapa…” seru Rere tanpa sadar.
Dia terbengong. Di kepalanya sekarang menari-nari wajah Ika sambil tersenyum licik kepadanya.
“Gimana say… mau ikut kita. Kalo kamu nurut, semuanya akan baik-baik saja..” Ben dengan santai meraih tangan Rere menggandeng gadis itu.
Rere tersadar, tanpa berlama-lama dia menepis tangan Ben dan mendorong Ben berharap dia akan pergi jauh-jauh meninggalkannya. Ben terdorong mundur 3 langkah. Wajahnya menunjukkan perasaan marah. Sedetik kemudian Ben melangkah maju kedepan dan PLAK!!.
Suara tamparan begitu nyaring sampai membuat telinga Rere berdenging.
Rere tersungkur jatuh menerima tamparan keras di pipi kirinya, terjerembab menabrak meja pak somad.
Secangkir kopi pak Somad jatuh dan pecah sesudah mengguyur badan Rere menumpahkan isinya ke seragam putih Rere dan menembus kedalam kulitnya menunjukkan gundukan kembar Rere yang tersiram, memetakan garis bra Rere yang berwarna hitam sehitam air kopi yang mengguyurnya.
Pipi kirinya terasa panas dan perih. Perutnya sakit sehabis menghantam tepi meja pak Somad. sekarang, perasaan kalut menguasai hatinya. “Bagaimana ini…” dalam hati Rere.
Kemudian Rere merasa badannya diangkat ke atas dipaksa berdiri oleh tangan Ben. Rere pun berdiri.
Tangan besar dan kekar milik Ben terasa kuat mencengkram badannya.
Tangannya tak sengaja mengelus pipi kirinya yang perih, sakit tapi ada hal yang lebih sakit dari ini, ya hatinya.
Ben melihat setitik darah mengalir dari pinggir bibir Rere. Lalu Ben menghapus darah itu dengan punggung tangannya. Rere berusaha mengelak, sehingga darah itu masih meninggalkan bekas di sisi bibir Rere.
Rere tidak menangis walau rasanya perut, pipi dan hatinya sakit dikhianati. Dia tidak mau terlihat lemah di depan keempat pemuda tersebut.
Tidak mungkin, seingat nya dia tidak pernah melakukan sesuatu kepada Ika atau kepada siapapun, dia berteman baik dengan siapapun tapi..
Di saat seperti ini kenapa pikirannya tertuju pada Lola dan...Albie.
Dia merindukan hari hari bahagianya bersama Lola, dia juga merindukan hal-hal dimana dia selalu diam diam melihat Albie di lapangan atau di manapun dia berada.
Sampai di hari terakhir sebelum pertengkarannya dengan Lola terjadi, tapi kejadian ini tidak pernah terpikirkan sedikitpun di kepalanya.
Bahkan hanya untuk memikirkan ataupun memimpikan hal seperti ini pun tak pernah dia pikirkan, sebenarnya apa yang terjadi dan apa salahnya, terutama Ika.
Sudut bibir Rere tersungging, dia tersenyum tipis benar-benar tipis hampir tidak terlihat.
Pengkhianatan ini benar-benar tidak pernah terlintas dalam pikirannya, sedikitpun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments