Lima menit kemudian bel sekolahpun berteriak memerintahkan bahwa pelajaran hari ini selesai, serentak seluruh murid di kelas 3 IPA 4 membereskan buku-buku mereka dan buru-buru menjejalkan kedalam tas sekolah mereka masing-masing.
"Ayo Re kita ke parkiran bareng…"ajak Ika. Memang sesudah seminggu bermusuhan dengan Lola, Rere selalu pulang bareng Ika. Walaupun tidak betul-betul pulang bareng, paling tidak Rere punya teman untuk jalan ke parkiran sekolah.
Semenjak ulang tahunnya yang ke 17 dua bulan yang lalu, papanya menghadiahkan mobil Honda Jazz untuknya. Dan selama 2 bulan terakhir dia selalu menyetir sendiri setiap sekolah dan dengan senang hati menawarkan untuk mengajak dan mengantar Lola walaupun hanya untuk hang out atau sekedar pulang.
Hampir setiap hari mereka pulang bareng, Lola pun sengaja menyuruh supirnya untuk tidak menjemputnya. Tetapi seminggu terakhir ini, Rere selalu pulang sendiri. Buat orang seceria Rere, akan sangat menyedihkan untuknya kalau pulang sendiri.
"Lo duluan deh Ka, gue mau toilet, cuci muka dulu… Suntuk banget nih, entar gak konsen lagi nyetirnya…" Tolak Rere halus.
Dia memang berniat untuk ke toilet sebelum pulang. Mungkin sepercik air bersih bisa menyegarkan pandangannya yang semenjak seminggu ini selalu layu.
"OK deh… see ya…" sahut Ika sambil berlalu.
Sepeninggal Ika, Rere berjalan menuju toilet yang berada di sudut sekolah di lantai 2 dia berusaha bersemangat agar bisa segar cepat langsung meluncur ke rumahnya dan istirahat untuk menjalani hari esok yang akan sama menjenuhkannya tanpa Lola ada disampingnya.
Rere menuju ke toilet booth paling ujung karena tampaknya seluruh booth penuh terisi oleh murid-murid yang lain. Entah kenapa hatinya sangat hampa dan seluruh perasaannya kosong tak bergairah hari ini.
Dengan lunglai ia mengunci pintu toilet dan menuju wastafel untuk mengguyur mukanya dengan sedikit air. Air segar langsung menyiram wajahnya.
Rere berusaha untuk tetap terjaga dan melebarkan matanya agar tidak sayu. Tetapi kedua matanya seolah tidak berkompromi. Rere merasa badannya lemas luar biasa dan kepalanya pusing tidak tertahankan. Sambil terhuyung dan berusaha keras dia memegang kedua sisi wastafel menahan berat badannya sendiri. Tetapi perasaan aneh membuat lututnya lemas dan seolah-olah berat badannya bertambah 10 kali lipat, Rere pun jatuh tak sadarkan diri di lantai wastafel.
Entah berapa lama Rere pingsan di toilet perempuan itu. Tetapi begitu sadarkan diri, dia masih tetap di toilet tak berpindah sedikitpun.
Rupanya tidak ada satu murid pun yang menyadari bahwa Rere pingsan di toilet. Dengan kepala berat Rere melirik jamnya yang melingkar diam di tangan kirinya. Sudah jam 3 sore.
Memang sekolah swasta tempat Rere belajar, kegiatan operasional dimulai dari jam 7 pagi sampai jam 12.30 siang. Dan gerbang akan ditutup pada jam 2 siang. Tidak ada kelas siang di sekolah tersebut. Otomatis hal ini menyadarkan Rere bahwa dia sendirian di gedung sekolah ini. Tidak betul-betul sendirian sebenarnya. Ada pak Somad penjaga sekolah yang memang tinggal di dalam gedung sekolah khusus untuk menjaga dan membersihkan sekolah.
Rere pun menjumput tas sekolahnya dan berjalan menelusuri koridor toilet untuk menemui pak Somad. Barangkali dia bisa membukakan gerbang sekolah untuknya.
Sambil merogoh tas mencari kunci mobilnya, sebelum mencapai pintu toilet, tiba-tiba daun pintu ditarik terbuka dari luar dan muncullah 4 orang pemuda yang juga masih berseragam sekolah. Rere berusaha mengenali mereka, tetapi dia sama sekali tidak punya petunjuk siapa mereka.
Rasa pusing di kepalanya yang dia rasakan semakin membuat nya tampak linglung saat menyadari beberapa cowok yang berdiri di hadapannya.
Rasa was was mulai menyelimuti dirinya, ia masih ingat bahwa dia masuk ke tempat yang benar, tapi ... Kenapa cowok bisa masuk ke sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments