Kalian Menghancurkan Hidupku!

"Buka pintunya." Suara dingin Putra Mahkota dari luar kamar terdengar oleh Zhao Jinyue yang duduk bersimpuh di tepi ranjang.

Seperti didatangi oleh Dewa Penyelamat, Jinyue segera mengangkat kepalanya hanya untuk menatap ke arah pintu yang terbuka secara perlahan.

Begitu sosok Putra Mahkota yang diselimuti cahaya menyilaukan berdiri di depan pintu, hembusan angin langsung menerpa dan memenuhi ruangan hingga membuat Jinyue merapatkan kain tipis di tubuhnya.

Ekspresi Putra Mahkota lebih dingin daripada udara malam itu saat memasuki ruangan, dia bahkan mendekati sang istri tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Mengayunkan pandangannya ke sekeliling ruangan, Putra Mahkota menyadari bahwa hanya dalam semalam kamar Jinyue yang biasanya terlihat megah berubah menjadi kumuh seperti bangunan terbengkalai yang tidak pernah tersentuh selama puluhan tahun.

"Suamiku, kamu percaya padaku, kan?" Jinyue menatap Putra Mahkota dengan penuh harap, lalu mencoba yang terbaik untuk meyakinkan sang suami. "Kamu yang paling tahu bagaimana karakterku. Aku dijebak. Aku tidak punya hubungan apa pun dengan pria itu ... aku benar-benar tidak mengenalinya."

Putra Mahkota masih tidak bersuara, dia berjongkok di hadapan Jinyue dan menatap wajah lusuh sang istri dalam diam.

"Suamiku ...." Hati Jinyue bergetar melihat tatapan Putra Mahkota, bahkan tubuhnya hampir menggigil karena merasakan aura dingin yang menguar dari tubuh sang suami. "Kamu tidak mempercayaiku?"

Jinyue tidak sedikit pun mengalihkan tatapannya dari wajah Putra Mahkota, dia dengan sabar menanti jawaban sang suami dengan perasaan was-was.

"Jangan terlalu banyak berpikir," kata Putra Mahkota datar, sebelum akhirnya melepaskan rantai yang membelenggu kaki dan tangan Jinyue.

Segaris senyuman menghiasi wajah Jinyue yang masih terlihat cantik meski penampilannya agak berantakan. "Suamiku ...."

"Nanti saja kita bicarakan lagi masalah ini, sekarang ikut aku dulu." Putra Mahkota tidak membiarkan Jinyue mengucapkan lebih banyak kata, dia membantu sang istri berdiri dan berjalan keluar dari tempat kumuh itu.

Jinyue patuh, dia tidak mengeluarkan suara lagi sampai mereka memasuki kereta kuda yang terdapat lambang Kediaman Putra Mahkota.

"Suamiku, ke mana kita akan pergi?" tanya Jinyue dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

"Aku akan membawamu ke tempat yang lebih aman, siapa pun tidak akan bisa menemukanmu." Tatapan Putra Mahkota sangat dalam saat beradu tatap dengan Jinyue, tiap katanya juga menyiratkan makna yang dalam.

Namun, Jinyue sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena ibukota memang dalam suasana yang kacau dan sangat berbahaya.

Itu disebabkan oleh perebutan kekuasaan antar pangeran!

"Minum dulu, kemudian istirahatlah ... aku akan membangunkanmu begitu kita sampai nanti." Putra Mahkota menyerahkan sebotol air kepada Jinyue yang menerima dan meminumnya tanpa keraguan.

Dia pikir, Putra Mahkota benar-benar mencoba melindunginya.

Tanpa banyak berpikir, Jinyue menyenderkan kepalanya di bahu Putra Mahkota sambil merangkul lengan sang suami hingga kesadarannya perlahan melayang dari raganya ....

***

Entah sudah berapa lama tertidur, Jinyue akhirnya membuka matanya kembali. Akan tetapi, dia merasa ada yang salah dengan tubuhnya saat ini.

Pasalnya, dia tidak bisa bergerak dengan leluasa.

Melihat ke bawah, Jinyue baru menyadari bahwa ternyata kedua tangan dan kakinya terikat. Bahkan, dia juga baru menyadari saat ini tengah duduk bersandar di sebuah lubang.

Dengan perasaan berkecamuk, Jinyue melihat sekeliling dan langsung disuguhi pemandangan alam terbuka yang agak gelap dengan banyak pohon besar menutupi cahaya rembulan.

Detik selanjutnya, netra Jinyue menangkap keberadaan Putra Mahkota yang tengah memegang sekop sambil menimbunkan tanah ke arahnya.

"Suamiku, ka—kamu ... kamu ingin menguburku hidup-hidup?" Jinyue menyuarakan isi pikirannya sambil melayangkan tatapan terluka ke arah Putra Mahkota. "Jadi, inilah tempat aman yang dia maksud?"

Jika mati di sana, memang tidak akan ada yang bisa menemukan jasad Jinyue!

Mskipun menghentikan kegiatannya, Putra Mahkota tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan hanya menatap Jinyure dalam diam.

"Kenapa? Kamu tahu aku tidak akan pernah mengkhianatimu, tapi kenapa kamu ingin membunuhku?" tanya Jinyue lagi, kekecewaan jelas menghiasi netranya yang terpaku pada sosok Putra Mahkota.

"Adik, jika kamu tidak mati, bagaimana aku bisa menggantikanmu?" Suara lembut Yi Nan yang mengandung racun berbisa tiba-tiba terdengar, dia berjalan dari belakang pohon hanya untuk berdiri di samping Putra Mahkota. "Hanya jika kamu mati, barulah aku bisa menjadi Putri Mahkota."

"Kakak ... Suamiku?" Mata Jinyue yang membelalak beralih dari Yi Nan ke Putra Mahkota, dari tatapannya menyiratkan ketidakpercayaan dan keterkejutan yang nyata. "Jadi ini semua perbuatan kalian berdua? Kalian menjebakku, merusak nama baikku dan menguburku hidup-hidup hanya demi posisi Putri Mahkota?"

"Bukan hanya itu, aku juga menginginkan hidupmu dan seluruh keluargamu!" seru Putra Mahkota dengan ekspresi jahat yang menghiasi wajah tampannya.

Terlahir dari seorang selir dan tidak begitu dihargai oleh para pejabat istana, Pangeran Mahkota merasa keberadaan Jinyue seperti duri di hatinya.

Itu karena, status Jinyue sebagai Putri Keempat dari Bangsawan Jing lebih mulia daripada dirinya.

Para pejabat istana baru melihat keberadaannya setelah Putra Mahkota menikahi Jinyue dan mendapatkan sokongan penuh dari Kediaman Bangsawan Jing.

Air mata membanjiri kedua pipi Jinyue, sosoknya tampak sangat menyedihkan. "Yang Mulia, aku memang mencintaimu, tapi bukan berarti aku cinta mati padamu. Jika kamu tidak mencintaiku, berikan saja aku surat cerai ... aku akan pergi. Kenapa harus bersikap kejam begini?"

Jinyue tahu Putra Mahkota merasa rendah diri, tetapi dia tidak pernah merendahkan sang suami.

Sebaliknya, Jinyue justru banyak membantu Putra Mahkota untuk memperkuat posisinya hingga jadi penerus.

Namun, tidak disangka akhir tragis seperti ini yang dia dapatkan sebagai balasan setelah lima tahun memberikan hatinya dengan tulus pada Putra Mahkota.

"Apa kau pikir Kediaman Bangsawan Jing akan membiarkanku menduduki tahta jika aku menceraikanmu?" Putra Mahkota menaikkan sebelah alisnya dengan sinis, kekejaman tergambar jelas di wajahnya.

Tidak, Kediaman Bangsawan Jing tidak akan diam saja karena Jinyue seperti biji mata bagi Zhao Linghe—Tuan Bangsawan Jing.

"Dengan menguburku hidup-hidup, apa kau pikir ayahku tidak akan membalaskan dendam untukku? Jangan lupa, siapa yang membuatmu berada di posisi tinggi hari ini! Dengan prestise ayahku, jika dia bisa membuatmu bangkit ... maka dia juga bisa membuatmu jatuh!" Jinyue mengangkat pandangannya yang dipenuhi kesedihan, tetapi nada bicaranya sangat kejam dan diselimuti dendam. "Kau ingin wanita itu menjadi Putri Mahkotamu, kan? Bermimpilah!"

Putra Mahkota mencemooh kekejaman Jinyue, senyum dingin dan jahat terbit di bibir tipisnya. "Itu tergantung apakah Kediaman Bangsawan Jing mampu membuatku jatuh dan membalaskan dendam untukmu!"

"Apa maksudmu?" Perasaan buruk mulai menghantui Jinyue, dia bergantian menatap Putra Mahkota dan Yi Nan. "Apa yang kalian lakukan pada keluargaku?"

"Kediaman Bangsawan Jing berkolusi dengan Pangeran Runan, mengirim pasukan ke ibu kota dan berniat memberontak. Aku menjatuhkan hukuman penggal untuk mereka semua!" Putra Mahkota kembali mengeluarkan suara dinginnya yang berselimut aura jahat, setiap kata seperti bola api yang terbungkus es.

Jinyue mundur selangkah tanpa sadar, tiba-tiba dia merasa kedinginan hingga sekujur tubuhnya hampir membeku.

Detik selanjutnya, kemarahan dan rasa membara perlahan keluar dari dadanya.

"Xiao Heng, kamu biadap! Kamu bukan manusia!" Jinyue berteriak histeris sambil melayangkan tatapan penuh kebencian, sementara rasa sakit mulai menggerogoti Jinyue seolah-olah ada ribuan panah yang menghujam jantung hatinya.

Jika bisa, Jinyue tidak hanya ingin memaki dan mengutuk Putra Mahkota, tetapi juga membunuhnya dengan tangannya sendiri.

Sayang sekali, dia masih dalam keadaan terikat.

Melihat kehancuran dan ketidakberdayaan Jinyue, Yi Nan tersenyum puas. Dia berjongkok dan mencubit dagu Jinyue sambil berkata dengan lembut. "Adik, biar kuberitahu kamu satu rahasia besar lagi."

Tatapan Jinyue yang memancarkan rasa ingin tahu terpaku pada wajah Yi Nan, tetapi dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Yi Nan tersenyum manis, sebelum akhirnya mengucapkan kata demi kata yang mewakili kebenciannya pada Jinyue. "Adik, sebenarnya Putra Mahkota tidak menginginkan anak darimu. Itu sebabnya, setiap pagi dia memintaku mengantarkan ramuan pencegah kehamilan untukmu."

Setelah mengatakan itu, Yi Nan menghempaskan wajah Jinyue dan kembali berdiri di samping Putra Mahkota.

Jinyue tidak merasakan sakit di wajahnya akibat kekerasan Yi Nan, dia justru merasakan sakit tak terkata di hatinya seolah-olah ada palu gada yang memukulnya dengan kejam.

'Tidak heran aku tidak bisa hamil, bahkan kesehatanku semakin memburuk dari hari ke hari.'

'Ternyata ....'

Jinyue menertawakan nasib malangnya sambil bergumam pada dirinya sendiri. "Bodohnya, aku malah merasa bersalah karena tidak bisa memberikan penerus."

"Menjadi ayam yang tidak bisa bertelur, bagaimana rasanya?"

"Xiao Heng, Yi Nan ... kalian menghancurkan hidupku!""

"Aku mengutukmu. Aku mengutuk kalian berdua tidak akan pernah berbahagia seumur hidup dan mati dalam penderitaan! Kalian akan mendapatkan balasannya!"

"Pembalasanku?" Putra Mahkota kembali memegang sekopnya dengan erat sambil melayangkan tatapan membunuh ke arah Jinyue. "Pembalasanku adalah menduduki tahta Kaisar!"

Detik selanjutnya, Putra Mahkota dengan kejam memukul kepala Jinyue hingga wanita itu tersungkur di dalam lubang.

"Arghhh ...."

Diambang kesadarannya, Jinyue menatap Putra Mahkota dan Yi Nan dengan amarah dan dendam yang berkobar di bola matanya.

"Jika kehidupan selanjutnya benar-benar ada, aku, Zhao Jin Yue tidak akan mengulangi kesalahan ini ...." Jinyue bergumam lemah, tetapi penuh tekad. "Aku akan bangkit lagi dan mengirimkan kalian ke neraka!"

Duarrrr!!!

Duarrr!!!

Gelombang kebencian di hati Jinyue seakan melonjak sampai ke langit, membuat guruh menggelegar dan saling bersahutan.

Suaranya seperti melodi penghantar kepergian Jinyue, bahkan kilauan putih yang membelah langit juga tampaknya ingin menghiasi kepergiannya ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!