3. Dua-duanya Enak

Sudah pukul empat sore saat mereka selesai mengunjungi makam Rinjani dan Dika. Keduanya sama-sama menyimpan kehilangan yang dalam. Tapi juga sama-sama tahu caranya saling menguatkan. Yang paling penting, keduanya merasa nyaman.

"Udah sore, pulang yuk!" ajak Satya mengulurkan satu tangannya.

Sekar tersenyum, berdiri dan menerima uluran tangan Satya, menepuk-nepuk rok pendeknya dari debu yang menempel. Keduanya berjalan beriringan keluar dari tempat pemakaman umum. Satya sempat menoleh ke belakang sesaat. Ingin memandangnya lagi lebih lama. Mungkin jika bisa, seterusnya.

Keduanya melanjutkan perjalanan dengan hening. Kali ini, Sekar memeluk pinggang Satya, mencari kenyamanan.

"Mampir dulu ke toko ya Bang, buat makan donat." pinta Sekar saat motor Satya berhenti di perempatan lampu merah. Suaranya beradu dengan hembusan angin sore.

Satya terkekeh. Kemana perginya Sekar yang tadi bersikap dingin? Mudah sekali moodnya berubah. "Laper lo?"

"Pengen main aja," jawab Sekar. Ia tak mau jika harus kembali ke rumah sekarang. Lagipula tak ada siapa pun yang menunggunya untuk pulang. Serena masih akan pulang larut malam. Terkadang, Serena akan pergi ke luar kota mendadak karena pekerjaannya. Tapi Sekar sudah biasa dengan hal itu. Bahkan sejak Sekar lahir, ia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Rinjani dan Satya.

"Izin dulu sama mama!" suruh Satya.

Sekar memukul punggung Satya pelan. "Iya, gua juga tau!"

Suara lonceng di atas pintu berbunyi saat keduanya masuk ke dalam toko donat milik Satya. Elmira yang pertama kali melihatnya tersenyum ramah, sedikit membungkuk saat keduanya datang.

"Siapin es cokelat sama dua donat karamel ya Mir!" pinta Satya.

"Iya Bang."

"Selamat sore bang Rasya!" sapa Sekar yang entah sejak kapan sudah berjalan mendahului Satya ke arah dapur.

Rasya, yang sedang membuat adonan donat tersentak kaget. Hampir saja menumpahkan adonan donat dalam wadah. "Sekar, tumben main!"

"Tanya aja sama bos lo Bang."

Rasya menaikkan satu alisnya. "Satya? Kenapa emang?"

"Dia yang maksa gua!"

"Lo yang minta gua ke sini... pendek!" Satya ikut menyusul Sekar ke dapur. Takut mengganggu pegawainya yang masih dalam waktu bekerja. Memang tidak terlalu banyak pengunjung saat ini, tapi Satya ingin semua pegawainya tetap profesional dalam bekerja. Sekali pun yang datang dan membuat rusuh adalah Sekar. Ia tak akan ragu untuk menegurnya.

"Berisik lo!"

Satya menarik Sekar dalam rangkulannya, mengajak Sekar meninggalkan area dapur. "Jangan ganggu pegawai gua, sana masuk ruangan gua!"

"Iya, nanti es cokelatnya pake banyak es batu ya!"

"Udah ditawarin gak boleh banyak nawar lagi," balas Satya.

"Enak mana? Strawberry atau karamel?" tanya Satya yang sedang bersandar di sofa sambil bekerja.

Sekar yang sedang menikmati donatnya melirik Satya. Berpikir sejenak sambil berusaha menelan donat karamel miliknya. "Strawberry... tapi dua-duanya enak."

"Btw lo tumben banget ngajak gua ke makam Ibu?" tanya Sekar.

"Iya, habis mimpi beliau semalam," jawab Satya. Matanya fokus pada laptop di pangkuannya. Mengecek data-data toko donat miliknya.

"Lagi kangen ya Bang?" Satya mengangguk tanpa menoleh. Matanya menyipit di depan layar.

"Jangan lupa ya hari Minggu kita ke bioskop," kata Sekar mengingatkan.

"Iya, tapi bayar tiket sendiri," balas Satya sambil tertawa.

"Enak aja! Lo yang bertanggung jawab lah!" sentak Sekar. Tak terima jika uang jajannya harus berkurang. Meski Serena tak pernah pelit dengannya dan sudah pasti akan memberikan berapa pun yang Sekar butuhkan.

"Iya nanti gua yang bayar," balas Satya pada akhirnya. Takut Sekar mengganggu pekerjaannya. Sungguh, terkadang kesabarannya habis hanya untuk menghadapi Sekar.

"Tuh liat, Binar sama Nala udah nonton filmnya, tapi gua masih belum." Sekar menyodorkan ponselnya, memperlihatkan story Instagram Binar yang sedang di bioskop bersama Nala. Poster film, tiket bioskop, dan foto di dalam studio keduanya.

Satya menggeleng. Jengah dengan ocehan Sekar. "Astaga Sekar, kan masih bisa nanti."

"Gua mau up story juga sama mereka," ucap Sekar cemberut. Jari jempolnya mengetuk ikon love di postingan Binar. Ya, meski hati kecilnya menggerutu karena tak bisa ikut.

"Jadi lo terpaksa tadi nganterin gua ke makam?" tanya Satya dengan wajah yang dibuat melas.

"Iya, sedikit."

"Bu, denger kan Sekar bilang apa? Nanti malem marahin aja ya lewa...." Sekar buru-buru menutup mulut Satya.

"Ish gak gitu bang Sat!" makinya.

Satya melepas tangan Sekar dari mulutnya. Kemudian mengelapnya dengan tisu. Sepertinya Sekar lupa jika ia makan menggunakan tangan. "Kasar!"

"Ayo pulang!" ajak Sekar tiba-tiba. Setelah menghabiskan donat karamel dan es cokelat yang diberikan oleh Satya. Memang dasar, sudah kenyang Sekar minta pulang. Padahal ia sendiri yang mengajak Satya.

"Gua masih ada kerjaan Sekar."

"Nanti lagi aja, kita ke pet shop dulu, nanti keburu malem." ajak Sekar dengan paksa.

"Mau beli apa?" tanya Satya.

"Snack buat Nero," jawabnya sambil merapikan piring dan gelas bekasnya. Kemudian mengelap tangan dan mulutnya yang lengket karena donat karamel.

"Tunggu jam lima, kalo toko udah tutup."

Terpopuler

Comments

Roxanne MA

Roxanne MA

haha lucu bngt nih couple

2025-07-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!