FINBLOOD : RATU GELAP LAUTAN
OMBAK DARAH
[Latar: Dek kapal bergetar, air laut mulai naik, suara nyanyian makin memekakkan]
SERAPHYNE
“Kemarilah… tenggelam bersamaku… kalian akan menjadi bagian dari kerajaan laut.”
Kapten
“Tutup telinga kalian! Jangan dengarkan dia!”
Beberapa awak kapal mulai berjalan ke arah pagar kapal… wajah kosong, mata berkaca-kaca, seperti terhipnotis.
IVY RUELLE
“Mereka kena dampak suara siren! JANGAN DEKATI AIR!”
REED ALBRECHT
(melemparkan pisau ke tali layar)
“AKU BILANG JANGAN DENGARKAN DIA!”
(berlari menarik salah satu awak kapal kembali)
Noah Varen
(mengaktifkan alat di tangannya)
“Ini frekuensi penyeimbang suara. Harusnya bisa memecah gelombang vokal siren…”
SERAPHYNE
(tersenyum licik)
“Kau pikir bisa kabur? Ibuku menunggumu di dasar laut…”
Gelombang tinggi tiba-tiba menghantam kapal. Dari ombak muncul sosok lain…
Matanya merah darah. Kulitnya retak seperti porselen tua.
Ratu Moirenne telah bangkit.
Ratu Moirenne
“Manusia… kalian telah merusak lautan kami. Kini saatnya kalian membayar.”
REED ALBRECHT
(bersiap dengan senapan)
“Dua siren?! Sial… kita butuh keajaiban.”
IVY RUELLE
(pelan)
“Bukan keajaiban… kita butuh seseorang yang tahu rahasia mereka.”
Malam terus bergulir… dan darah pertama pun terciprat ke dek.
Pertempuran sudah dimulai.
[Latar: Dek kapal, badai masih mengamuk. Tubuh awak kapal tergeletak. Beberapa sudah tak bernyawa.]
Noah Varen
(napas tersengal)
“Kita… kehilangan hampir setengah kru…”
IVY RUELLE
(membasuh darah di pipi)
“Mereka tidak mati karena luka… tapi karena suara itu. Otak mereka meleleh perlahan.”
REED ALBRECHT
(memeriksa tubuh salah satu kru)
“Dia mati dengan mata terbuka. Pupilnya… bolong.”
SERAPHYNE
(di ujung kapal, menyanyi pelan)
“Lautan memelukmu… lebih hangat dari dunia manusia…”
Ratu Moirenne melayang di atas air, tubuhnya dikelilingi pusaran darah dan arwah-arwah yang berteriak dari dasar laut.
Ratu Moirenne
“Kalian tak pantas hidup. Kalian mencemari, membunuh, dan menginjak-injak kerajaan kami.”
IVY RUELLE
(desis pelan)
“Mereka bukan cuma siren… mereka adalah penguasa kematian laut.”
Noah Varen
(membuka jurnal tua)
“Di sini tertulis… hanya satu cara membungkam suara mereka: darah sesama.”
REED ALBRECHT
“Kau serius? Kita harus buat mereka saling melukai?”
Di kejauhan, Seraphyne menoleh ke arah ibunya.
Wajahnya tiba-tiba murung… tangannya bergetar. Apakah ada konflik dalam dirinya?
SERAPHYNE
(batin)
Mengapa aku merasa… ini bukan sekadar balas dendam?
Ratu Moirenne
(teriak)
“BUNUHLAAH MEREKA, ANAKKU!”
SERAPHYNE
(pelan)
“…Ya, Ibu.”
Tapi di hatinya… badai lain mulai berkecamuk. Dan darah belum berhenti mengalir malam itu.
Comments