LEMBUR

"Aku perhatiin sejak aku jemput kamu wajah kamu murung gitu deh Tar, kamu ada masalah ya sama suami kamu." tanya Marni saat perkuliahan berakhir.

"Gak kok Mar, aku baik-baik saja." bohong Tari, padahal tuh wajah gak bisa bohong.

"Bisa-bisanya ya seorang ukhti ini berbohong, bohong itu dosa lho ukhti."

Tari tersenyum samar, dia tahu tentu saja kalau bohong itu dosa, hanya sajakan kalau masalah dalam rumah tangga gak perlu diumbar.

"Cerita donk Tari, jangan diam-diam wae atuhh, gak baik lho masalah dipendam sendiri."

Tari ingin cerita, hanya saja dia malu, dia malu mengatakan kalau sudah sejak seminggu setelah dia menikah dia masih perawan, ditambah lagi, dia sudah berfikir aneh-aneh tentang suaminya, dia tidak ingin Marni juga ikut-ikutan suudzon sama suaminya sendiri.

Dan demi menjaga nama baik rumah tangganya dan suaminya, Tari kembali memilih berbohong, "Bukan masalah besar kok Mar, ya biasalah masalah dalam rumah tangga, masalah perbedaan pendapat."

Marni percaya, "Gitu ya, aku fikir masalah gede gitu, habisnya wajahnya kamu itu lho, mendung banget kayak mau hujan badai."

Tari memaksakan bibirnya tersenyum lebar, "Ya namanya orang baru berumah tangga Mar, agak shick shack shocklah meskipun masalah sepele gini."

"Ya syukurlah kalau masalahnya gak seberapa, tadinya aku fikir mas Budi selingkuh atau suka sama janda gitu."

"Ya ampun Marni, fikirannya itu lho, jauhhhh banget deh, amit-amit dah."

"Bercanda Tari, lagiankan mas Budi alim tuh, gak mungkin bangetkan dia selingkuh, apalagi istrinya ukhti sholehah dan cantik bak bidadari ini." goda Marni.

"Bisa aja kamu Mar."

"Mas Budi beruntung banget dah dapetin kamu Mar, tuh fans-fans kamu sampai patah hati berat saat tahu kamu nikah."

Tari emang cantik, sholehah, ramah dan baik dan akhlaknya juga bagus, sehingga tidak heran banyak teman-teman kampusnya yang menyukai Tari, tapi cowok-cowok itu harus menelan pil pahit karna Tari memilih melepas masa lajangnya dan menghindari yang namanya pacaran.

"Udah ah Mar, stop ya puji-puji aku, ntar aku tuh jadi sombong lho, mending kita jalan sekarang aja yuk, agar pulangnya gak kesorean, mas Budi berpesan sama aku agar pulangnya gak magrib."

"Baiklah." Marni meraih tasnya dan menyampirkannya dipundaknya, "Yuk berangkat."

Seperti rencana, mereka akan pergi ke toko buku.

Tari bangkit dan melakukan hal yang sama dengan Marni, dan setelah itu, dua sahabat itu berjalan beriringin keluar kelas yang sudah kosong.

*******

Sekitar jam 05.10 menit, motor Marni berhenti tepat didepan rumah Tari.

"Mampir yuk Mar." ajak Tari bukan sekedar basa-basi belaka.

"Besok-besok deh, udah sore nieh."

"Ya udah kalau gitu, hati-hati dijalan, dan makasih ya karna udah dijemput dan dianterin."

"Sippp, apa sieh yang enggak buat sahabat aku ini."

Tari terkekeh, "Kamu bisa aja."

"Oke Tari, aku balik dulu, assalamualaikum." Marni menjalankan motornya.

Dibelakang Tari melambaikan tangannya dan membalas salam sahabatnya, "Walaikumsalam."

"Assalamualaikum, mas Budi." Tari mengucapkan salam, namun tidak ada jawaban, Tari mendorong pintu, namun terkunci.

"Mas Budi kemana." Tari bertanya pada diri sendiri, "Apa dia belum pulang kali ya."

Tari mengeluarkan kunci cadangan dari dalam tasnya untuk membuka pintu, wanita itu langsung menuju kamarnya.

Masih ada kesel sieh dihati Tari meskipun sedikit, tapi meskipun begitu, Tari mengechat suaminya itu untuk menanyakan keberadaanya.

Tari : Asslamualaikum mas, mas Budi kemana, kenapa gak ada dirumah, atau mas belum balik ya dari sekolah

Tari menunggu sekitar 10 menitan untuk mendapatkan jawaban dari Budi.

Budi : Walaikumsalam dek, maaf ya dek, mas lupa mengabari adek, mas malam ini agak terlambat pulangnya, mas lembur persiapan ujian anak-anak kelas 6

"Aku tidak pernah menyangka, ternyata jadi PNS sesibuk ini." gumam Tari saat membaca pesan balasan dari suaminya itu.

Sebelum Tari membalas, datang lagi balasan dari Budi.

Budi : Adek gak perlu nungguin mas, makan malam terus istirahat saja ya

Tari : Baik mas, mas Budi jangan lupa makan, meskipun sibuk tetap nomer satu utamakan kesehatan

Tari berharap mendapatkan balasan, meskipun cuma balasan singkat seperti "Iya adek, terimakasih atas perhatiannya" namun ternyata Budi tidak membalas pesannya.

"Hammm, Gak dibalas."

Tari bergegas pergi ke kamar mandi saat mendengar kumandang azan dari masjid yang tidak jauh dari rumah.

*******

Meskipun suaminya meminta untuk tidak menunggunya, toh Tari melakukannya juga, dia merasa agak kesepian karna sudah terbiasa dengan Budi selama satu mingguan ini.

Tari melihat jam digital dilayar ponselnya yang sudah menunjukkan angka 09.30 menit, sambil menatap ke arah pintu Tari berkata, "Mas Budi kok masih belum balik juga ya, sebanyak itukah pekerjaanya."

Tari ingin menelpon atau sekedar mengirim chat untuk menanyakan suaminya, tapi karna takut mengganggu sehingga Tari mengurungkan niatnya.

Dan untuk mengusir kebosanan, Tari memilih berselancar didunia maya, namun setelah setengah jam lebih, dia jadi bosan, sekarang dia memilih mengechat sahabatnya Marni.

Tari : Marni, kamu sudah tidur belum

Jawaban Marni datang secepat kilat, Marni lebih mirip cowok yang kecintaan banget sama ceweknya.

Marni : Belum nieh Tari, lagi marathon drakor soalnya

Tari : Ya ampun, kalau drakor aja ya sampai pagi gas terus, coba saja kalau belajar, 10 menit aja udah tepar,

Marni : He he

Marni : Kenapa neih chat tengah malam begini, ntar dikira sama mas Budi kamu selingkuh lho

Tari : Mas Budi belum balik nieh Mar, aku sendirian dirumah, makanya aku chat kamu, gak apa-apakan

Marni : Gak apa-apa donk

Tari lupa berapa lama dia saling berkirim chat dengan sahabatnya itu, hanya saja, dia tahu-tahunya sudah tertidur, dan berjengit kaget saat merasakan ada yang menyentuh tubuhnya.

"Astagaaa mas, bikin kaget saja mas ini."

Ternyata, itu adalah Budi suaminya, laki-laki itu berniat menggendong Tari dan membawanya ke kamar.

"Maafin mas dek, mas cuma mau gendong adek saja ke kamar."

Tari memposisikan dirinya untuk duduk, "Gak usah mas, Tari bisa sendiri kok."

Budi mengangguk.

Dari jarak sedekat ini, Tari bisa melihat wajah suaminya yang kelelahan.

"Mas udah makan."

"Udah, kalau adek."

Tari mengangguk, "Udah kok mas."

"Apa mas mau Tari buatin kopi."

"Gak usah dek, mas mau langsung tidur saja, badan mas rasanya pegal-pegal."

"Atau mas mau Tari pijitin."

"Boleh kalau gak ngerepotin adek."

"Tentu saja gak ngerepotin mas."

"Mas sebaiknya bersihin diri dulu deh, biar Tari siapkan minyak urutnya dulu."

Budi mengangguk.

********

Saat ini Budi sudah tidur telungkup ditempat tidur dengan menggunakan sarung saja.

Tari mulai memijit betis suaminya, sambil mijit, Tari berusaha mengajak suaminya itu ngobrol supaya tidak boring, selain itu Tari ingin menciptakan kedekatan antara dirinya dan Budi mengingat selama pernikahan mereka tidak terlalu banyak ngobrol, dan selama seminggu ini, yang Tari tahu ternyata suaminya itu pendiam.

"Lemburnya sama siapa aja mas tadi."

"Sama pak Edi kepala sekolah, pak Aldi, pak Tio, bu Ratih dan bu Vivin."

"Apa yang saja yang dikerjain mas."

"Ya itu dek, persiapan ujian anak-anak, ini dan itu."

"Hmmm, pantas mas capek banget ya, yang dikerjain banyak."

"Ya begitulah dek kalau menjelang anak-anak ujian, pekerjaan tidak ada habisnya." curhat Budi.

********

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!