Wanita Yang Dicintai Suamiku
Sahhh…..
Koor dari para saksi itu membuat sudut mata seorang gadis berusia 20 tahun itu jatuh membasahi pipinya, air mata haru karna kini dia sudah resmi melepas masa lajangnya dan telah berstatus sebagai seorang istri.
Gadis itu adalah Betari Ayu atau yang akrab dipanggil Tari, gadis cantik dan manis yang masih menempuh pendidikan S1nya disalah satu perguruan tinggi negeri dikotanya, dia dipersunting oleh Budiono, seorang guru yang mengajar disalah satu sekolah dasar negeri, Budi panggilannya yang kini mengabdi sebagai abdi negara atau PNS, dan percayalah, meskipun PNS bukanlah profesi yang membuat seseorang bisa kaya, tapi untuk orang-orang desa, berpangkat PNS menjadi golongan orang yang dihormati, sehingga tidak heran, ibu-ibu yang datang ke acara nikahan Tari selalu mengatakan betapa beruntungnya Tari menikah dengan Budi.
Dan memang, Tari merasa beruntung, tapi dengan alasan yang berbeda, bukan karna laki-laki yang kini telah resmi berstatus sebagai suaminya itu PNS, tapi lebih karna karakter Budi yang menurut Tari adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, apalagi setahunya, Budi adalah laki-laki yang selalu menjaga pandangannya terhadap perempuan, ditambah lagi, setahu Tari, Budi sama sekali belum pernah terdengar punya pacar, alias jomblo dari lahir sampai pada akhirnya laki-laki itu memilih menikahi Tari, Tari tahu semua tentang Budi karna mereka kebetulan tinggal didesa yang sama, selain itu, Tari mengenal Budi sejak dia masih kecil.
Tari dan Budi menikah karna dijodohkan,
sebalum tahu calonnya, Tari menolak permintaan orang tuanya dengan alasan ingin fokus kuliah, tapi begitu tahu calon yang dipilihkan oleh orang tuanya, dia menarik penolakannya dan mau menerima perjodohan tersebut, karna memang selama ini juga, Tari diam-diam menyukai Budi, dan dia bahagia saat mengatahui kalau laki-laki yang dia sukai merupakan laki-laki yang dijodohkan dengannya.
Tari meraih tangan suaminya, tangan Tari gemetar saat tangannya menyentuh tangan besar milik suaminya itu, tangan yang menelan tangan mungilnya, Tari merasakan sensasi berbeda saat kulit halusnya bersentuhan dengan kulit tangan Budi yang agak kasar, maklum, ini untuk pertamakalinya Tari bersentuhan dengan laki-laki selain abah dan abangnya.
Tari mencium tangan itu, perasaannya campur aduk dan tidak bisa dideskripsikan, dia tidak pernah menyangka akan menjadi seorang istri diusia yang masih sangat muda.
Tari merasakan belakang kepalanya ditarik pelan kedepan, disusul Tari merasakan sesuatu yang lembut menyentuh keningnya, sebuah ciuman yang diberikan oleh Budi.
Tari memejamkan matanya, baginya, ini suatu hal yang romantis, dulu dia hanya bisa melihat adegan-adegan seperti ini difilm-film, tapi kini dia sendiri merasakannya.
Tari sedikit mendongak, matanya beradu dengan manik tajam milik suaminya yang kebetulan juga menatapnya tanpa ekpresi, entah apa yang ada dibenak laki-laki itu, tapi yang jelas, Tari tidak kuat, matanya tidak kuat bertatapan dengan mata itu, itu membuat Tari buru-buru menunduk dengan jantungnya yang hampir melompat keluar.
“Ya ampunn, apa yang harus aku lakukan nanti kalau kami berada dalam satu kamar, bisa-bisa aku mati lemas karna harus berduaan dengannya.” batinnya tidak tenang mengingat akan apa yang bakalan terjadi nanti malam.
“Malam pertama.” batinnya mengucap dua kalimat sakral itu.
Ada rasa tidak siap, tapi biar bagaimanapun, dia harus siap melayani suaminya sebagai salah satu tanda baktinya.
*******
Dikamar tidur yang sekaligus menjadi kamar pengantin itu menjadi saksi betapa gugupnya Tari, dia meremas-remas tangannya yang berkeringat, baju tipis tembus pandang membungkus tubuh indahnya, meskipun khawatir dan gugup, tapi Tari siap melayani suaminya di malam pertama mereka.
“Oke Tari, jangan gugup, rileks.” Tari berusaha menenangkan dirinya, dia beberapakali menarik nafas dan membuangnya, tapi hasilnya, rasa gugup itu terus hinggap dibenaknya.
Tari menurunkan pandangannya ke bawah, menatap tubuhnya yang terbungkus pakain tembus pandang, "Haruskah aku menggunakan pakaian ini." ragunya, "Apakah aku tidak terkesan murahan, karna menggoda mas Budi."
Tari berjengit kaget saat mendengar suara pintu terbuka, disana, diambang pintu, berdiri tubuh tinggi dan tegap suaminya, mata tajamnya memandang Tari.
Tari reflek berdiri, dia menelan ludah, “Ma…s Bu…di.” bahkan suaranyapun bergetar.
Laki-laki yang kesehariannya menampakkan wajah datar dan cuek itu tersenyum hangat, matanya tidak lagi menatap tajam tapi penuh dengan kehangatan, dan hal itu membuat Tari meleleh.
Budi mendekati wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu.
Tari makin gugup tatkala tubuh suaminya semakin mengikis jarak diantara mereka.
Budi meraih pinggang Tari dan mendekatkannya ke tubuhnya, laki-laki itu mengecup kening sang istri dengan lembut, Tari reflek memejamkan matanya, kini, rasa gugup itu hilang begitu saja berganti dengan rasanya nyaman.
Budi menjauhkan bibirnya dan kini menatap istrinya dalam.
Tari mendongak, netranya beradu dengan milik suaminya, tatapan yang biasanya tajam yang kini berubah hangat yang bisa membuat tubuh Tari meleleh, untungnya tubuhnya berada dalam dekapan Budi .
“Mas, aku siap.” lirihnya dengan suara pelan, sebagai seorang istri, dia harus melakukan tugasnya.
“Tari.” kata-kata itu tidak ubahnya seperti bisikan, “Bisakah kita tidak melakukannya malam ini, bisakah kita istirahat saja.”
Tari mengangguk pelan, meskipun sedikit kecewa, tapi dia ngerti kalau suaminya itu mungkin kelelahan setelah seharian ini melewati rangkaian acara yang melelahkan.
Sekali lagi, Budi mengecup kening Tari dan menuntun tangan lembut istrinya itu ke tempat tidur.
Dan malam itu, berlalu seperti biasanya, tidak terjadi malam indah seperti yang sering dinantikan oleh pasangan pengantin yang sudah sah menjadi sepasang suami istri.
******
“Mas Budi suka gak ya.” ragu Tari menatap kopi hitam yang dia buatkan untuk suaminya.
Sebagai seorang istri, tentu saja Tari harus berusaha menyenangkan hati suaminya, salah satu caranya yaitu dengan membuatkan kopi untuk suami tercinta karna yang dia tahu dari ibu mertuanya kalau suaminya itu suka sekali minum kopi sebelum beraktifitas.
Tari sieh biasa membuat kopi untuk abahnya dirumah, dan abahnya selalu memuji kopi buatan Tari, tapikan lidah setiap orang berbeda, belum tentu Budi suka dengan kopi buatannya.
“Tariiii, sudah jadi belum kopinya.”
Tari mendengar suara panggilan dari arah ruang tamu.
“Iya mas, tunggu sebentar.” balasnya sedikit berteriak.
Tari meraih tatakan gelas, dan dengan penuh harap berkata, “Semoga mas Budi suka.”
Tari kemudian keluar dengan kopi bikinannya.
Begitu tiba diruang tamu, Tari mengerutkan kening saat melihat suaminya sudah berpakaian rapi dan mengenakan baju dinasnya.
“Mas Budi mau kemana, masa iya dia masuk kerja.” batinnya.
Begitu melihat kedatangan Tari, Budi tersenyum tipis.
Tari meletakkan kopi buatannya dimeja, tidak terfikir lagi apakah suaminya itu suka apa tidak dengan kopi buatannya, karna pertanyaannya dibenaknya lebih penting untuk mendapatkan jawaban.
“Mas mau masuk kerja.”
Budi mengangguk dan menjawab singkat, “Iya.”
“Mas Budi mau masuk kerja, terus aku gimana.” suara hatinya.
“Bukannya mas harusnya mengambil cuti ya.” fikir Tari ya begitu karna mereka pengantin baru, seharusnya mereka menghabiskan waktu berdua.
“Ya seharusnya begitu, tapi mas rasanya gak enak menyerahkan anak-anak pada guru pengganti selama mas gak masuk, apalagi anak-anak sebentar lagi akan menghadapi ujian.”
Setelah menjelaskan alasannya, Budi meraih cangkir dan menyuruput kopi hitam buatan Tari.
“Enak.”
Tari yang tadinya bete agak terhibur mendengar pujian yang dilontarkan oleh suaminya.
“Mas suka kopi buatan Tari.”
“Tentu saja suka.”
Senyum Tari mengembang, rasa bete itu sepenuhnya sudah menguar sekarang.
“Mas.”
“Hmmmm.” gumam Budi tanpa menolah.
“Kalau mas masuk kerja, aku masuk kuliah saja ya, daripada dirumah gak ada kegiatan.” daripada mati bosan sendirian dirumah karna ditinggalkan kerja, Tari akhirnya memilih untuk masuk kuliah saja, supaya tidak ketinggalan banyak materi.
Lagi-lagi Budi mengangguk, “Aku antar ya.”
Tari mengangguk antusias dengan senyum lebar, dulu dia selalu melihat orang-orang disekitarnya diantar oleh pasangannya, dan kini dia merasakan akan hal itu.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments