Tubuh Jani terhuyung kesana kemari dengan tangan Erlan dan Ezra yang terus menarik tangan Jani, hingga adegan tarik menarik itu terhenti saat Jani malah berjongkok.Dan memegangi perutnya.
"Jan–lo gak papa" Gibran langsung ikut jongkok di depan Jani.
daripada mengurusi Erlan dan juga Ezra yang gak bakal bisa akur itu mending dirinya melihat ke adaan Jani. sahabatnya kini pasti sedang merasakan pusing yang luar biasa, ini pertama kalinya Jani minum dan parahnya langsung banyak.
Memang gila si Ezra, ingin rasanya Gibran menumbuk wajah tampan Ezra namun— dirinya bisa apa? sedangkan Ezra lebih kuat dari dirinya.
"Perut gue mual, kayak pengan.... " Suara Jani serak, tangan Jani memegangi kepalanya dan yang satunya menekan perutnya.
Ucapan Jani seketika membuat mata Gibran membola, dengan sigap dia langsung menarik tubuh Jani agar berdiri namun tubuh Jani seakan tidak memiliki tulang. Lemas.... hingga membuat Gibran sedikit kesusahan memapah tubuh Jani, yang sebenarnya tidak terlalu besar untuk ukuran tubuh Gibran yang anak basket.
Namun karena Jani seakan menumpukan beban tubuhnya pada Gibran, membuat Gibran merasa kesusahan membawa Jani ke toilet.
"Jangan sekarang, jangan di sini" Panik Gibran
Erlan, Ezra dan Damar yang melihat Gibran panik seketika bisa langsung tau apa yang akan terjadi pada Jani.
"Bawa ke toilet" Damar ikut membantu Gibran menarik tubuh Jani.
"Biar gue aja" Ezra menggeser tubuh Gibran dan hendak membawa Jani ke toilet.
Namun tangan Ezra ditahan oleh Erlan "Gue aja" Erlan menarik tubuh Jani ke dalam pelukannya.
"Gue yang bawa dia ke sini, gue yang buat dia kayak gini jadi ini tanggung jawab gue" Ezra sedikit mendorong bahu Erlan.
"Sekarang lo ngomong tanggung jawab? Jani udah kayak gini bodoh!!!!!!" Erlan menatap Ezra datar.
"Udah biar Jani sama gue" Erlan berjalan ke arah toilet.
Namun baru selangkah Ezra langsung menarik jaket Erlan dan tanpa aba-aba Ezra langsung melayangkan bogem mentahnya ke wajah Erlan, karena bogem dari Ezra yang sangat tiba-tiba dan tanpa persiapan dari Erlan membuat tubuh Erlan dan Jani terjatuh.
"Brengsek— maksud lo apa!!!!!" Erlan berdiri dan langsung menghajar Ezra tanpa ampun.
Kini suasana di club malam itu sudah sangat Chaos dengan Erlan dan Ezra yang saling baku hantam, Jani yang terduduk di lantai sendirian dengan kepala menunduk, Gibran dan Damar yang berusaha melerai kedua petinggi BLACK HUNTER yang sedang kerasukan jin itu, Dan kayak orang ngamuk lagi. Dan.... di tambah para pengunjung yang saling berteriak seakan memberikan semangat pada kedua makhluk yang sedang saling meninju itu, agar semakin panas seperti sedang menonton MMA saja
Lalu— bagaimana Jani? perut Jani semakin mual seakan sudah tidak bisa ditahan, ingin mengeluarkan semua isi di dalam perutnya. Dan pada akhirnya Jani mengalami jackpot sendirian.
Memang sialan mereka, kenapa harus berantem saat dirinya seperti ini. Jani merangkak berusaha mendekati Gibran, meski pandangannya sedikit kabur dan kesusahan namun Jani berusaha agar bisa sampai pada sahabatnya itu.Jani sungguh sudah tidak tahan, ingin sekali merebahkan dirinya ke atas kasur.
Wajah Jani yang merah dengan hoodie basah, karena muntahan Jani yang hanya berbentuk cairan saja. sungguh penampilannya sangat miris, merangkak dengan susah payah hingga Jani menarik kaki seseorang yang Jani kira itu adalah kaki Gibran.
Merasa ada yang menarik kakinya orang yang tak lain adalah Erlan langsung melihat ke bawah, dirinya yang hendak menghajar Ezra terhenti menatap wajah Jani yang sudah sangat kacau.
Rambut berantakan, hoodie basah, wajah yang memerah dan lagi— mata Jani yang sayu sudah mengeluarkan air mata. Erlan menatap Jani yang terlihat memelas. Erlan terdiam menatap wajah gadis yang saat ini sedang duduk dan menarik-narik kakinya.
Hingga satu pukulan dari Ezra berhasil mengenai pelipis Erlan, Erlan tersungkur jatuh ke lantai. Namun.... Erlan tak memperdulikan dirinya yang terkena bogem dari Ezra, bahkan Erlan tidak lagi berminat menghajar Ezra lagi, dirinya langsung merangkak mendekati Jani yang sedang duduk bersila dengan wajah tertunduk.
"Jani–" Erlan mendekati Jani dan membawa Jani ke dalam pelukannya.
Ezra yang masih dikuasai amarah mendadak beku saat melihat Jani yang sedang sesenggukan di dalam dekapan Erlan. Begitu juga dengan Damar dan juga Gibran yang ikut jongkok mensejajarkan dirinya dengan Erlan dan juga Jani.
"Jan.... lo gak papa?" Gibran panik melihat sahabatnya yang sedang menangis dalam pelukan Erlan.
Diam seketika suasana di sekitar hening, hanya terdengar suara musik yang masih mengalun menghentak menggema ke seluruh ruangan club.
"Perut gue sakit" Suara Jani lirih terdengar dengan isakan kecil.
Tangannya memegangi perutnya yang terasa panas dan bergejolak, entahlah Jani sendiri tidak tau apa yang sedang dia rasakan. Rasanya perut Jani terasa terbakar dan kepalanya sangat berat dan pusing.
"Apa?! gue gak bisa denger suara lo Jani!" Gibran sedikit frustasi melihat sahabatnya yang nampak kacau itu.
Erlan hanya bisa diam, memeluk Jani dan membawa Jani agar lebih masuk ke dalam dekapan nya, tangan Erlan juga ikut mengusap perut Jani yang di keluhkan Jani sakit. takut? Ya—saat ini Erlan takut terjadi sesuatu hal yang buruk pada Jani hingga dirinya hanya bisa diam dan memeluk Jani erat.
Sedangkan Ezra orang yang membuat Jani seperti ini hanya diam, Tangan Ezra mengepal di samping dengan hatinya yang terus merutuki hal yang sudah dia lakukan hingga membuat gadis yang dia ingin jaga malah terlihat semakin menyedihkan.
"Jan!!!!! jangan bikin gue takut" Gibran mengguncang tubuh Jani.
"LO BISA DIEM GAK BRENGSEK!!!!!!" Suara Erlan meninggi dengan tangannya yang mendorong tubuh Gibran menjauh dari Jani.
Erlan terlalu takut dan panik, bahkan Erlan yang biasanya bisa berpikir jernih saat ini seakan mendadak lumpuh otak.
"Sialan lo!!!! Brengsek!!!!!" Gibran menarik krah jaket Ezra kasar.
Gibran sudah tidak tahan dengan sikap Ezra yang membuat sahabatnya ini menjadi seperti ini, Gibran tak peduli jika harus berhadapan dengan Ezra sekalipun.
Gibran menghajar Ezra dengan penuh amarah, sedangkan Ezra dirinya hanya bisa pasrah menerima pukulan dari Gibran, Damar yang melihat langsung menarik bahu Gibran agar tidak membuat keributan lagi.
Sudah cukup mereka jadi bahan tontonan gratis para pengunjung club, dan yang paling Damar takutkan jika ada Rival mereka yang melihat kejadian ini, di mana inti dari BLACK HUNTER saling hajar.
"Udah cukup!!!!" Damar membawa tubuh Gibran sedikit menjauh dari Ezra "Malu, sekarang mending pikirin gimana Jani" Damar menepuk-nepuk dada Gibran.
Gibran menjambak rambutnya frustasi, dan meninggalkan Ezra yang masih tergeletak di atas lantai, tatapannya kosong tertuju pada langit club di mana di sana hanya ada lampu yang berkelap kelip.
"Lo bodoh zra" Ezra terkekeh sendiri.
*****
_APARTEMEN ERLAN 03:00 PAGI_
setelah kejadian di club beberapa jam lalu kini Erlan membawa Jani ke apartemen miliknya, tidak mungkin kan Erlan membawa Jani pulang dengan kondisi Jani yang seperti ini, Bisa-bisa nanti malah bikin heboh keluarga Jani.
Di ruang TV Damar dan Gibran sedang sibuk memainkan hape nya sendiri-sendiri, Damar dengan game online nya, dan Gibran sibuk menghubungi Fita agar mau memberikan alasan jika Jani tidur di rumahnya kalau saja tante Rosaline menanyakan keberadaan Jani pada Fita.
Dan di dalam kamar terlihat Erlan yang sedang menatap Jani yang kini sudah tertidur, meski terkadang Jani akan merintih memegangi perutnya, taka ada yang banyak Erlan lakukan bahkan untuk menggantikan pakaian Jani saja Erlan tidak melakukannya.
hingga pintu kamar terbuka menampakan sosok Ezra, cowok brengsek yang udah buat Jani kayak gini, dan— WHAT THE..... dengan tanpa merasa bersalah dia datang dan masuk begitu saja ke kamar Erlan.
"Gue—" Suara Ezra serasa tercekat di tenggorokan.
"Kenapa lo bawa dia ke tempat kayak gitu?" suara Erlan tidak lagi setinggi tadi.
Namun tetap saja terdengar datar dan dingin.
"Gue cuma pengen bantu dia kak, gue pengen dia lupa sama masalah dia"
Ezra sedikit masuk dan duduk di lantai dekat dengan kaki Erlan, penampilan Ezra sedikit kusut dengan beberapa luka di wajahnya akibat Bogeman yang di berikan oleh Gibran dan juga Erlan.
Erlan menarik nafasnya dalam dan berjalan ke sudut ruangan, Erlan mengambil kotak p3k yang ada di laci bawah, Erlan berjalan mendekati Ezra dan ikut duduk di lantai. Dengan telaten Erlan mengobati luka Ezra dan–untuk pertama kalinya mereka terlihat akur selain di dalam pertempuran.
"Udah chat Mommy?" Erlan memberikan salep pada luka Ezra.
Ezra mengangguk dan beralih menatap Jani yang sedang terbaring di kasur milik Erlan.
"Mommy nanyain lo, kenapa lo gak pulang" Ezra mengambil kapas dari tangan Erlan dan ikut mengobati luka Erlan.
"Lo masih marah sama mommy sama daddy?"
"Udah makan?" Erlan mengalihkan pembicaraan Ezra. "Gue buatin,makan dulu buat lo" Erlan berdiri dan meninggalkan Ezra yang masih duduk di atas lantai.
Ezra tertunduk dan tersenyum getir, ya— Erlan dan Ezra sebenarnya mereka kakak beradik, namun entah alasan apa yang membuat hubungan mereka jadi sangat buruk dan sering berselisih paham, namun di balik semua itu hubungan darah tetap saja masih kental, terbukti saat ini Ezra yang datang pada Erlan karena merasa bersalah sudah memukul Erlan.
Semarah apapun Erlan pada Ezra belum pernah dia memukul Ezra, begitu juga dengan Ezra. Namun malam ini semua itu terjadi begitu saja, saat keduanya tak lagi bisa menahan untuk tidak saling menyakiti.
"Eungh..... " Jani melenguh dan mengerjapkan matanya.
Perutnya kembali bergejolak dan ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya, dengan tubuh sempoyongan Jani bangun dan turun dari kasur menuju kamar mandi. Ezra yang melihat itu langsung mengejar Jani, Ezra membantu Jani memegangi rambutnya yang panjang saat Jani mengeluarkan isi perutnya yang hanya berupa cairan kuning.
HHUUEEEKKK.......
HHHHHUUUUEEEKKKKK.......
Tangan Jani mencengkram erat sisi wastafel, seakan dirinya tak mampu lagi berdiri, namun dari belakang Ezra terus menahan tubuh Jani yang bergetar, mata Jani mengeluarkan buliran bening akibat terus mengeluarkan cairan kuning dari dalam perutnya, bahkan mulut Jani terasa pahit.
Jani menyalakan kran dan mengusap mulutnya dengan air, sedang Ezra memegangi rambut panjang Jani agar tidak terkena muntahan.
"Udah?" Ucap Ezra lembut dengan tangannya mengusap punggung Jani.
Jani menangguk, kini Jani menatap wajah Ezra yang kini juga sedang menatap Jani, rasa bersalah menjalar masuk di hati Ezra, dan saat itu juga Ezra mengklaim jika Jani adalah pacarnya.
Ya—Jani adalah gadisnya saat ini, dan Ezra bakal jagain Jani dan membuat hidup Jani bahagia.
"Zra..... " suara Jani serak matanya merah menatap Ezra dengan air mata yang masih menggenang di sudut ekor matanya.
"Hm... " Ezra mengusap kepala Jani lembut.
"Gue nyusahin ya?" ucap Jani polos.
Ezra terkekeh dan mengusap pipi Jani lembut "Gak— gue yang minta maaf udah buat lo kayak gini"
Jani menggeleng dan kembali menatap Ezra yang ternyata jika di lihat lebih dalam, ternyata dirinya sangat manis dan tampan.
"Bukan salah lo, gue malah makasih karena lo–gue jadi bisa lupa sama kejadian yang gue alami sama keluarga gue" Jani tersenyum tipis "Ya— walau cuma bentar"
"Masih mual?" Ezra menarik Jani sedikit dekat.
Hingga kini mereka saling berhadapan, Jani menggeleng lemah dan sedikit menunduk. Kepala jani masih terasa pusing jika harus terlalu lama mendongak, entah apa yang Ezra pikirkan kini tangan Ezra menjepit dagu Jani dan mengangkatnya sedikit hingga tatapan Ezra bisa mengunci mata sayu Jani.
Perlahan wajah Ezra mulai mendekat pada wajah manis Jani dan perlahan Ezra menyatukan b1b1rnya dengan b1b1r Jani, mata Jani membulat merasakan hal yang untuk pertama kalinya Jani rasakan.
Tangan Ezra menarik tengkuk Jani agar Ezra bisa semakin memperdalam ciumannya pada Jani, cukup lama Ezra bermain dengan b1b1r indah Jani hingga Ezra melepaskan ciumannya dan mengusap b1b1r Jani dengan ibu jarinya, membersihkan sedikit apa yang tertinggal dari ciumannya tadi.
" Your Mine" Ucap Ezra dengan suara seraknya
Jani mengerjapkan matanya mendengar apa yang baru saja Ezra katakan, rasanya tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lakukan, ini first kiss Jani dan—kalau Jani gak Terima Ezra bisa saja kan Ezra akan menganggap kalau Jani gampangan, meski hati Jani berdetak kencang saat di dekat orang lain, namun Jani pernah berjanji jika siapapun yang mengambil first kiss nya maka dia akan jadi pacar Jani.
Dan cowok itu adalah Ezra, sedikit kecewa tapi—memang itu kenyataannya, Jani menunduk setelah lama menatap wajah Ezra, dan Ezra semakin mengeratkan pelukannya pada Jani.
Malam ini resmi Jani udah gak jomblo lagi dengan status pacaran sama Ezra. Tanpa Jani sadari dan tau, jika ada seseorang yang sudah mengambil first kiss dari dirinya. Dan itu bukanlah Ezra.
Sedangkan di dapur Erlan sedang menaruh nasi goreng ke dalam piring, Erlan menyiapkan empat piring nasi goreng, karena Erlan tau jika sedari pulang dari club, belum ada yang makan sama sekali.
"Widih.... nasi goreng di jam segini?" Damar meletakkan hapenya dan mengambil sepiring nasi goreng yang di bawa Erlan.
"Kalian belum makan kan" Erlan menaruh piring nasi goreng ke atas meja.
"Thanks Bro" Ucap Damar sembari menyuapkan sendok berisi nasi goreng ke mulutnya.
"Btw—Jani gimana?" Gibran ikut mengambil sepiring nasi goreng dan langsung melahapnya.
"Mungkin masih tidur, ada.... " Erlan menjeda ucapannya saat melihat dua makhluk yang keluar dari kamarnya.
Netra Erlan sedikit menyipit saat melihat tangan Jani yang saling bertaut dengan tangan Ezra, sumpah Demi apapun Erlan sangat tidak suka melihat pemandangan seperti ini.
'apa mereka–' Bahkan Erlan tidak bisa melanjutkan ucapannya meski di dalam hati.
Erlan mengalihkan pandangannya dan lebih memilih untuk sibuk menyendok nasi goreng buatannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Citra Mandalika
semangat kak sesad..... q selalu nungguin up cerita kamu ☺💪
2025-05-28
2
Citra Mandalika
jinja?! omo..... makin penasaran q Thor, lanjuuuuuuttttt semnagat💪
2025-05-28
1
Citra Mandalika
wah baru aja semalam udah katakan cinta aja.
2025-05-28
1