saat ini Ezra yang masih terlihat canggung ikut duduk bersama Fita, Jani, dan Gibran. entah kenapa hati Ezra masih belum tenang setelah kejadian dirinya yang keluar dari kamar bersama dengan gadis.
entah hati siapa yang sedang Ezra jaga, jika Ezra menjaga hati Jani bukankah Ezra dan Jani tidak memiliki hubungan apapun.
"udah lama Lo disini?" Ezra dengan sok cool berusaha mencairkan suasana.
"hah?" Fita menoleh pada Ezra.
begitu juga Jani dan Gibran yang menoleh pada Ezra namun tak mengatakan apa-apa. mereka tentu bingung Ezra tuh nanya ke siapa?
"maksud gue Jani" Ezra menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
rasanya sangat aneh dengan situasi seperti ini, terlalu banyak diam dan tak ada obrolan apapun.
"Lo di tanya itu Jan" Fita menepuk bahu Jani lembut.
"ya elah zra, di sini ada tiga makhluk. dan Lo cuma nanya ke Jani?" ledek Gibran pada temannya ini.
"kalau Lo sama Fita kan udah sering ke sini, ini tumben aja Jani juga ikut"
"kenapa? gak boleh?" Jani menatap tenang pada Ezra.
"y–y–ya boleh lah" entah kenapa Ezra semakin gugup dengan tatapan yang di berikan Jani padanya.
rasanya seperti seorang kekasih yang sedang marah karena mengetahui pacarnya berselingkuh.
"eh zra, lo udah denger kalau minggu depan kita bakal ngadain touring?" Gibran mengambil snack kentang dari atas meja.
bukan apa-apa Gibran sengaja mengalihkan pembicaraan karena melihat sikap Ezra yang gugup, sangat berbeda dengan kebiasaan Ezra yang selalu bisa bersikap santai,seperti bukan Ezra saja.
"gue denger, tapi gue belum tau bakal kemana kita. Lo ikut?" Ezra mengambil sekaleng beer dan meminumnya.
"ikut dong, gue juga bakal ajak cewek gue"
Gibran melirik Fita dan merangkul bahu Fita posesif, yah begitulah cinta..... terasa manis saat mereka belum hidup satu atap.
"kalau Lo?" ucap Fita pada Ezra yang terlihat tak henti mencuri pandang pada Jani.
sedangkan Jani dia hanya memilih diam, karena menurut Jani itu bukan hal yang harus Jani campuri, lagipula Jani nggak begitu tertarik ikut touring
"gue—ikut dong, dan gue mau ajak Jani" Ezra menatap lembut Jani yang duduk di sebelahnya.
"Lo mau kan?" Ezra menatap Jani seakan memohon agar Jani mengiyakan permintaannya.
"Lo gak salah ajak gue? apa kata cewek lo tadi nanti" Jani sedikit terkekeh.
"udah gue bilang dia temen gue" cicit Ezra lirih.
"oh... temen" Jani mengangguk pelan.
"iya temen, gak percaya banget sih" Ezra sedikit gugup dengan perkataan jani.
"ikut aja jan, nanti lo juga bisa sekalian nemenin gue" Fita bergelayut di lengan Jani.
"gue suka sebel kalau ikut touring, gue gak ada temen ngobrol, ciwi-ciwi yang ikut touring suka ngacangin gue" ucap Fita dengan suara yang di buat memelas dan terkesan menyedihkan.
"kalau lo ikut gue jadi ada temen ngobrol, temen selfie" rayu Fita dengan wajah yang sudah di bikin se imut mungkin.
"yakin lo mau ajak gue?" Jani melihat Ezra yang sedang meminum beernya.
"yakin, gimana?" Ezra menaik turunkan alisnya menggoda Jani.
"oke" jawab Jani singkat.
"yeayyyy...... thanks ya Jani, lo emang sahabat terbaik gue" Fita memeluk Jani manja.
"eh... kenapa yang di peluk Jani, yang disini juga mau kali" Gibran menarik tangan Fita lembut.
"iya... lupa kalau ada ayang gumush di samping aku" Fita terkekeh dan beralih memeluk kekasihnya yang sangat lucu ini.
suasana yang tadinya canggung kini berangsur-angsur mulai cair kini terdengar suara tawa kecil dan candaan yang Gibran dan Ezra lontarkan. hingga membuat Jani dan Fita ikut tertawa, tanpa mereka sadari dari sudut ruangan nampak sorang pria yang sedang memperhatikan mereka dengan tatapan dinginnya.
"eh gue ada urusan bentar, gue tinggal dulu ya" Ezra melihat notifikasi yang muncul di layar hapenya
"iya santai aja kali zra" Gibran membuat tanda oke dengan jarinya.
"gue cabut dulu ya Jan, sorry gak bisa temenin Lo"
Ezra menatap Jani yang masih duduk diam, seakan Ezra bersalah karena harus meninggalkan Jani.
"ya elah zra, kayak sama siapa aja. lagian juga Jani gak papa kali lo tinggal, iya kan Jan?" sambung Fita dengan mulut penuh dengan snack kentang.
"ya.... gue gak enak aja, soalnya kalau gue pergi Jani bakal jadi kambing congek dong" Ezra melihat Fita dan Gibran bergantian.
"kalian berdua kan pasti bakal sayang-sayangan" sambung Ezra kembali.
"gak papa lagian gue udah biasa kok lihat mereka pacaran" ujar Jani santai.
"ya— ya udah kalau gitu, gue cabut ya. oh iya... boleh pinjem hape lo gak Jan?" Ezra berdiri di samping Jani dengan mata yang tak henti menatap pada Jani.
"buat apa?" Gibran yang sangat tau sifat Ezra langsung sedikit panik.
namun jika Gibran langsung mengatakan agar Jani tidak memberikan nomornya tentu itu akan menyakiti hati Ezra.
"pinjem bentar, kuota gue habis. mau chat nyokap"
bohong.... tentu Ezra berbohong pada Gibran, Ezra juga tau jika Gibran sebenarnya tidak memperbolehkan dirinya mendekati Jani, namun.... rasa yang ada di dalam hati Ezra seakan memberontak untuk tetap berjuang mendapatkan hati seorang RINJANI.
"nih" Jani menyodorkan hapenya pada Ezra.
"makasih Jani" Ezra hendak mengambil hape Jani namun belum sempat tangan Ezra mengambil hape Jani terdengar suara seseorang yang mengalihkan perhatian mereka.
"pake hape gue aja" Erlan berjalan dari sudut ruangan yang sedikit gelap.
sedari tadi memang erlan sedang memperhatikan mereka, tatapan Ezra menajam saat melihat sosok Erlan yang tiba-tiba saja datang. tanpa memperdulikan ucapan Erlan, Ezra langsung mengambil hape Jani dan menghubungi nomornya sendiri.
"sorry, tapi gue udah pegang hape Jani" ucap Ezra datar
Erlan hanya dim dengan terus menatap Ezra dingin, rasanya dirinya ingin sekali menghajar wajah Ezra. bagaimana bisa dia bisa dekat dengan gadis cantik yang dia temui tadi, rasa tidak suka kini menjalar di dada Erlan.
"makasih Jani" Ezra mengembalikan hape Jani
"gue cabut" Ezra melambaikan tangannya pada Gibran dan juga Fita.
hening setelah kepergian Ezra suasana kembali hening, apalagi kini ketua dari BLACK HUNTER sedang berdiri di antara mereka.
***********
kini di ruangan lantai atas Basecamp BLACK HUNTER tersisa Rinjani dan juga Erlan, sedangkan Fita dan Gibran mereka memilih untuk berduaan di dalam kamar, tentu hal itu adalah hal biasa bagi Jani, karena sering menemani sahabatnya ini pacaran.
"gimana kalau lo?" Erlan akhirnya membuka keheningan yang sejak tadi menyelimuti mereka.
"udah gak papa"
"Lo kenal Ezra?" tanpa basa-basi Erlan langsung bertanya pada Jani dengan wajah datar.
"gue satu kampus sama dia, gue juga stau kelas dan satu jurusan sama dia"
"owh.... "
ya Tuhan..... cuma owh? gila kenapa dia bisa sedingin ini, padahal tadi pas ketemu Jani rasanya kayak cowok paling hangat deh. kenapa sikapnya berubah jadi cuek dan dingin, walau gak dingin-dingin banget sih, tapi.... tetep Jani suka.
"kalau Lo sendiri?" Jani balik bertanya pada Erlan yang kini sedang meneguk minuman dingin kalengan.
"gue?" Erlan sedikit memanyunkan bibirnya dan seakan sedang berpikir
"uuummm.... gue— gak tau kenapa di sini" jawab Erlan asal.
Jani terbengong mendengar jawaban dari cowok di sampingnya ini, gak tau kenapa bisa di sini? gila kali nih cowok.... batin Jani terus saja berisik setiap kali Erlan bersuara.
meski begitu Jani tetap saja mengangguk entahlah, hanya itu yang bisa Jani lakukan.
canggung, bingung entahlah sekarang Jani merasakan jantungnya gak aman kalau terus dekat sama cowok ini.
"gue suka sama Lo" ucap Erlan tenang dan santai
"uhukk.... uuhhukk... " jani tersedak minumannya sendiri.
bener-bener gila sih cowok ini, baru kenal udh langsung confess aja di kira Jani ini apaan. Jani menatap bingung pada Erlan yang juga sedang menatap Jani teduh.
"kenapa? kok gak jawab?" Erlan sedikit mendekatkan tubuhnya pada Jani.
seketika tubuh Jani membeku, jantungnya seakan ingin keluar dan nafasnya sudah tercekat di tenggorokan.
apa-apaan sih nih cowok, lagi kobam kali ya jadi nglantur, Jani mengerjapkan matanya beberapa kali namun tetap saja tatapan Erlan sungguh bisa menusuk jantungnya.
hingga terdengar suara seseorang yang datang dari bawah membuat Jani dan juga Erlan melihat siapa yang datang. Jani sedikit terkejut melihat Gisella yang ternyata naik ke atas.
"Erlan..... " suara Giselle terdengar lirih.
melihat sosok Giselle membuat Erlan yang sedari tadi duduk di samping Jani langsung bangkit dan masuk ke dalam kamar yang ada di sudut.
tanpa malu Giselle mengikuti kemana Erlan pergi, namun tatapan Giselle terlihat tajam dan menunjukkan ketidaksukaannya pada Jani.
Jani hanya diam melihat dia makhluk yang masuk ke dalam kamar, pikiran Jani mendadak berisik dengan hal-hal yang aneh, bahkan kini Jani beranggapan jika Giselle adalah kekasih dari Erlan.
jika memang Erlan sudah berpacaran dengan Giselle lalu kenapa dia malah confess jani?
'wah cowok brengsek'
jani mengumpat kesal dalam hati, bagaimana juga dirinya sempat menyukai cowok itu. namun.... belum sempat berjuang semuanya sudah pupus.
memang nasib buruk selalu berpihak pada Jani.
Jani mengambil hape yang ada di atas meja karena hape Jani terus berbunyi, Jani melihat notifikasi dari Lisa adiknya
LILIS (•ૢ⚈͒⌄⚈͒•ૢ)
[Kak cepet pulang ayah balik, terus ngamuk²]
begitu melihat pesan yang lisa kirimkan Jani langsung saja berlari bak melihat setan, tanpa perduli jika ada Fita dan Gibran yang dia tinggalkan, bahkan Jani lupa jika dia tidak membawa kendaraan.
Jani berlari sampai lantai bawah dan entah kebetulan atau tidak dirinya menabrak Ezra yang hendak masuk ke dalam Basecamp.
"jani, lo kenapa?" Ezra menahan lengan Jani.
"gue harus pulang" suara Jani sedikit bergetar.
sungguh dirinya takut jika ayahnya akan melukai adik-adiknya dan juga ibunya.
"tenang dulu, tarik nafas dulu" Ezra bisa melihat Jani yang panik dan terburu-buru.
"gue harus pulang sekarang" Jani seperti sedang memohon.
"iya, tapi lo tenang dulu oke" Ezra memegang bahu Jani lembut.
"tarik nafas dan buang pelan-pelan" seperti seorang instruktur senam Ezra membuat Jani sedikit tenang.
"mau pulang?" Ezra menatap Jani yang masih tertunduk.
Jani hanya mengangguk sebagai jawaban bahwa dirinya memang harus pulang.
"gue anter, lo gak bawa kendaraan kan?"
kembali Jani hanya mengangguk.
"bentar gue ambil motor, lo tunggu di sini. jngan kemana-mana. gue cuma bentar"
Ezra memperingati Jani, seakan Jani akan pergi saat Ezra mengambil motornya. tak butuh waktu lama akhirnya Ezra membawa sebuah motor sport berwarna hitam dope. tanpa berpikir lagi Jani langsung naik, bahkan Jani lupa tidak memakai helm. mungkin saking paniknya hingga Jani lupa hal penting saat berkendara.
Ezra melajukan motornya sedikit cepat, seakan di kejar waktu. tak ada obrolan apapun antara mereka. namun Ezra bisa melihat wajahnya panik dan takut Jani dari spion motornya, Ezra merasa jika hatinya ikut sesak melihat wajah Jani yang seakan ingin menangis namun Jani tahan.
Ezra tau jika Jani sosok yang butub perlindungan namun Ezra tidak tau harus bagimana cara melindungi Jani dan membuat Jani melupakan maslah yang dia hadapi saat ini.
hingga kurang lebih tiga puluh menit motor sport Ezra berhenti di depan sebuah rumah sederhana bercat gading. terdengar jelas suara teriakan dari dalam, Jani yang baru saja turun dari motor Ezra langsung berlari masuk ke dalam rumah.
sungguh Jani takut, jika ayahnya melukai Lisa dan Liliy.
"KAMU KENAPA SETIAP PULANG SELALU BIKIN MASALAH!!!!!!" teriakan Rosaline menggema begitu Jani masuk ke dalam rumah.
Jani melihat barang-barang berserakan, kursi terbalik dan sebuah kaca yang pecah. Baru-baru yang berhamburan di lantai, di sudut ruangan nampak Lisa sedang berjongkok dengan tangannya menutupi telinga Liliy.
Jani menarik nafasnya sejenak dan berjalan mendekati ayahnya yang sedang berkecak pinggang menantang Rosaline.
"ngapain pulang? Lo itu udah gak ada hak ke sini" Jani menarik krah baju ayahnya.
"anak sialan, berani kamu melawan ayah huh!!!!" Ammar mendorong tubuh Jani hingga membentur sudut meja.
"kenapa sih lo harus dateng" lirih Jani sembari menahan sesak.
"kamu pikir aku mau menginjakkan kaki ku di rumah ini dan bertemu kalian, aku cuma minta surat tanah rumah ini, kalau ibumu yang baik ini gak mempersulit aku juga gak bakal ke sini lagi" Ammar mendecih.
"bilang sama ibu kamu kasih surat tanah rumah ini dan hidup kalian bakal tenang, aku gak bakal dateng ke sini lagi"
"gila..... LO MANUSIA GILA DAN MENJIJIKAN.!!!!! PERGI LO!!!!"
"ANAK KURANG AJAR" Ammar hendak memukul Jani.
namun.... sekumpulan warga datang menarik Ammar keluar hingga membuat pria itu jatuh tersungkur ke lantai, Jani berdiri dan berlari mendekati Lisa dan Liliy Jani juga membawa kedua adiknya ke samping ibunya.
"kamu gak papa Jani" Rosaline menatap Jani sedih.
Jani hanya menggeleng lemah, Jani melihat Ezra yang berdiri di ambang pintu. menatap Jani sendiri bahkan saat mata mereka saling bertubrukan ada sesak yang Ezra rasakan.
'kenapa harus saat kayak gini, dan kenapa harus Ezra'
malu..... tentu itu yang Jani rasakan, tidak ada yang tau kelakuan ayahnya selain Fita dan juga Gibran dan sekarang Ezra dia juga tau bagaimana kehidupan keluarganya yang sangat hancur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Citra Mandalika
kenapa ezra ini speak soft spoken boy bngt sih, trs erlan udha ada giselle masih aja mepet jnai, jangan percaya jnai erlan itu siluman/Frown//Drool//Drool//Drool//Drool/
2025-05-26
2
Mrs yoonmin
thnks bakal di perbaiki 💜
2025-05-27
0
Citra Mandalika
masih banyak typonya ya thor
2025-05-26
0