SUKA

"Jan.... Lo mau langsung balik?" Fita sedikit berlari menyusul Jani.

setelah pelajaran selesai memang Jani terlihat terburu-buru keluar dari kelas hingga membuat Fita yang biasanya akan bareng Jani sedikit bingung.

"iya gue mau mampir ke rumah om Andy dulu"

Fita hanya mengangguk dan membulatkan mulutnya menyerupai huruf O.

"Gibran mana? Lo gak bareng Gibran?"

"ada... dia lagi sama Ezra, katanya mau bahas hal penting. nanti juga nyusul"

"ya udah... Gue buru-buru, gue tinggal dulu ya"

Jani melambaikan tangannya pada Fita yang berdiri menatap punggung sahabatnya itu. rasanya terasa sakit melihat Jani yang terlihat tegar.

"yang.... " Gibran merangkul pundak Fita.

"kenapa?" Gibran melihat wajah Fita yang sedikit sendu.

"aku kasihan sama Jani yang, kenapa sih bokapnya Jani jahat banget"

"udah ya... " Gibran mengusap rambut panjang Fita lembut.

"kita tau kalau Jani itu kuat, Jani gak suka kalau kita merasa kasihan sama dia. kamu tau kan gimana sifat Jani"

Fita mengangguk lemah, meski Jani terlihat kuat namun Fita tau kalau sebenarnya Jani sangat rapuh dan butuh perhatian.

"eh iya nanti malam kita kumpul di tempat biasa mau ikut?"

saat ini Gibran dan Fita berjalan menyusuri koridor kampus dengan tangan yang saling bertaut, mereka tidak perduli dengan tatapan nyiyir para mahasiswa yang melihat kebucinan mereka.

"boleh aku ajak Jani?"

"boleh dong, sekalian biar Jani bisa bergaul biar banyak temen" ucap Gibran tersenyum manis.

dua sejoli yng sedang kasmaran itu terus berjalan menyusuri lorong menuju parkiran, rasanya seperti dunia milik mereka berdua sedangkan yang lain hanya figuran.

      *******

Jani memarkirkan motor matic hitamnya di sebuah halaman rumah yang cukup mewah,jani menatap sekilas rumah yang sering sekali jani datangi beberapa bulan ini. bahkan security rumah ini sampai paham padanya.

"neng jani.... mau ketemu tuan apa non giselle?? "

sapa pak Midun security rumah mewah ini.

"om Andy ada pak?" jawab Jani tanpa basa-basi.

"oh... tuan ada baru pulang dari bangkok tadi" pak Midun menjelaskan pada Jani.

"ya udah pak saya masuk dulu ya"

"baik neng"

tanpa menunggu waktu lagi Jani langsung masuk ke dalam rumah yang sangat mewah bagi Jani, ANDY ADIWIJAYA adalah adik dari ibu Jani. orang yang sering menolong keluarga Jani jika dalam kesulitan.

contohnya saat seperti ini, saat ibu Jani membutuhkan uang, maka pada adiknya rosaline akan meminta bantuan.

Jani masuk ke sebuah ruang tamu yang cukup luas, dengan lukisan bunga tulip tergantung di sudut ruangan, sedangkan guci besar tertata di sampingnya.

"sore om" sapa jani saat melihat pria yang sedang membaca koran itu.

disampingnya ada seorang wanita yang tentunya adalah istri dari Omnya itu.

"eh... Jani, sini duduk" Andy menyapa dengan sangat ramah dan lembut.

berbeda dengan vivian istri Andy yang nampak tidak begitu suka dengan kedatangan jani.

"gimana? ada yang bisa om bantu?" Andy membawa jani duduk di sebelahnya.

"ini om ada kue dari ibu" jani menyodorkan papper bag ke hadapan Andy.

"wah... kok repot-repot sih" Andy tersenyum "bilang ibu kamu, makasih sudah di bikinin kue"

"jadi gimana?" Andy menatap jani teduh.

"kata ibu, ibu mau pinjam uang om"

"lagi?!"

bukan Andy yang menjawab, tapi vivian, wanita itu sedikit menunjukkan sikap tidak sukanya dengan apa yang baru saja jani katakan.

"jani..... tante tau, keluarga kamu lagi jatuh. tapi nggak kaya gini" vivian menatap jani sinis

"om sama tante juga punya kebutuhan sendiri, kamu tau kan di sini bukan panti sosial jani" vivian membuka kipasnya dan mulai mengipasi wajahnya.

"seharusnya kamu sebagai anak tertua tau diri, jika sudah nggak bisa jangan di paksakan. berhenti kuliah terus kerja"

jani tertunduk, memang benar tidak seharusnya merek selalu mengandalkan om Andy terus menerus apalagi mereka juga punya kebutuhan sendiri.

"maaf tante" ucap jani lirih.

"mah.... kamu ngomong apa sih!" Andy menatap istrinya jengkel.

"jani nggak usah di dengerin ucapan tante kamu itu" Andy mengusap bahu jani lembut.

"nanti om transfer, kamu pulang saja dulu ya" Andy melirik istrinya yang masih memasang wajah jengkelnya.

"iya om, kalau begitu jani permisi tante, om"

jani menyalami tangan Andy dan vivian.

"bilang sama ibu kamu jangan bergantung sama orang" ucap vivian pada jani.

jani keluar dengan menahan sesak di dadanya, kenapa hidupnya harus seprti ini. tidak masalah jika hidupnya susah tapi kenapa..... masih saja jani harus mendengarkan ucapan yang terkesan merendahkan keluarga nya.

jani menarik nafasnya dalam dan melajukan motornya keluar dari rumah mewah itu. ucapan tante vivian masih terngiang jelas di telinga jani, hingga membuat jani sedikit tidak fokus pada jalanan yang di laluinya.

CCCIIIITTTTT.......!!!!

BBBBRRUUUKK.....!!!!

"AAKKHHH......!!!!! "

"AWAS.....!!!!!!"

hingga tepat di belokan motor jani bertabrakan dengan sebuah motor yang berjalan dari arah berlawanan.

GUBRAAKKK.....!!!!!!!

suara dia motor yang jatuh menghantam aspal, begitu juga dengan kedua makhluk yang mengendarainya juga ikut terjatuh dan sedikit terguling.

"ash..... " rintih Jani saat dirinya berhasil mengumpulkan kesadarannya kembali.

tangan jani sedikit tergores aspal, dengan kakinya yang terjepit di antara ban motornya.

"Lo gak papa?" seorang lelaki yang tadi juga terjatuh bersama Jani menghampirinya.

lelaki itu menarik motor Jani dan membantu Jani berdiri.

"akh...." tangan Jani mencengkram jaket lelaki itu.

pasalnya kaki Jani sangat sakit, bahkan untuk berdiri sebentar saja rasanya ngilu.

"ada yang sakit?" lelaki itu langsung gercep melihat kondisi Jani.

"kaki gue" ucap Jani lirih.

rasanya dirinya ingin menangis saat ini, kenapa kemalangan selalu berpihak padanya. dari mendengarkan ceramah dari tante vivian dan harus menebalkan muka, dan apa..... sekarang Jani mendapatkan kemalangan lagi.

"sial....."

 Jani mengumpat di dalam hatinya.

"Lo duduk dulu, bentar gue parkiran motor Lo sama punya gue dulu"

suara bass nan serak milik lelaki itu begitu menenangkan hati Jani, suaranya saja sebagus itu apalagi mukanya, Jani terkekeh kecil .

Jani memperhatikan lelaki yang sedang mendorong motor matic hitam miliknya ke sisi jalan, lelaki itu juga mendorong motor

TRAIL miliknya ke pinggir.

lelaki itu sedikit berlari mendekat pada jani yang sedang mengurut pergelangan kakinya, sebenarnya sedari tadi Jani terus melihat pada lelaki itu, namun saat lelaki itu berbalik Jani langsung berpura-pura mengurut kakinya yang sakit.

gak lucu kan ke tahuan kalau lagi fokus sama orang, mana orang yang baru ketemu lagi.

"kaki Lo.... masih sakit?" lelaki itu berjongkok di depan Jani

membuka helm miliknya dan seketika hawa di sekitar mereka terasa sejuk, mata Jani tak bisa beralih pada wajah yang tampan dan manis yang sedang fokus memeriksa kakinya itu.

wajah mirip seorang Idol k-pop, apalagi auranya wah mirip banget sama biasnya Jani

MIN YOONGI

"kayaknya kaki Lo terkilir" lelaki itu melihat sekilas wajah Jani dan fokus pada kaki Jani lagi.

"sakit?"

Jani mengangguk saat lelaki itu sedikit memutar kakinya pelan.

"Lo tahan, ini bakal sakit tapi sebentar"

tanpa aba-aba lelaki itu langsung menarik kaki Jani, hingga tangan Jani reflek menjambak rambut lelaki itu. saking terkejut dan sakit yang bersamaan.

"AAAKKKHHHH......!!!!!!"

keringat keluar dari pelipis jani, menahan rasa sakit sungguh membuat tenaganya terkuras.

"masih sakit?"

"udah mending" jani sedikit menggerakkan kakinya.

"sorry, tadi gue gak tau ada Lo di depan gue" lelaki itu duduk di samping jani.

"gak papa, lagian juga gue salah. hrusnya gue gak ngelamun pas lagi bawa motor"

lelaki itu hanya mengangguk, namun ekor mata lelaki itu melihat pada jani yang masih saja mengusap kakinya.

wajah cantik, dengan mata teduh membuat lelaki itu merasakan sesuatu pada dirinya.

"BTW..... Gue Erlan,Lo?" cowok di sebelah jani mengulurkan tangannya.

"Jani.... Rinjani" Jani menjabat tangan Erlan.

"gunung"

"ya.... kata nyokap biar gue bisa berdiri tegak menjulang, walau di terpa oleh keadaan apapun"

Erlan terdiam, sungguh baru kali ini dirinya bisa terhipnotis oleh seorang wanita. suaranya, wajahnya, bahkan rambutnya juga sungguh Erlan suka.

"gue ada urusan, Lo?" Erlan mengambil helm yang ada di sampingnya.

"gue juga mau balik" jani berdiri dan membenarkan tas ranselnya.

"oke, Hati-hati" ucap Erlan lirih.

jani mengangguk dan berjalan menuju motornya, jani memposisikan motornya supaya lebih mudah saat dirinya akan melajukan kendaraan miliknya ini.

jani melajukan motornya dan memberikan klakson, tanda pada Erlan jika dirinya harus pergi.

Erlan terpaku di tempatnya, cowok itu masih menatap pada jalanan yang di lalui jani, meski jani sudah tak terlihat namun pandangan Erlan masih tertuju pada jalanan sepi di depannya.

Erlan tersenyum tipis sebelum akhirnya memutuskan pergi dari tempat yang mempertemukan dirinya dengan seorang gadis cantik.

                  ***********

DDDRRRRRTTTT........

DDDRRRTTTTTTT........

DDRRRRRRRRRTTTTTT.......

suara sering ponsel milik jani berbunyi terus menerus, padahal pemiliknya sedang asik nongkrong di kamar mandi. hingga saat Jani selesai dengan ritualnya Jani melihat pada layar HAPE miliknya yang memiliki panggilan tak terjawab lima kali dari Fita.

Jani menatap bingung layar HAPE miliknya, tak biasanya Fita telepon sampai lima kali, biasanya kalau gak di jawab ya udah.

jani hendak menelpon kembali Fita, namun belum sempat jarinya menekan nomor Fita, sahabatnya itu sudah kembali menelpon jani.

"iy... "

"jani.... Lo ngapain sih, kenapa lama banget angkat telepon gue?"

"gue habis boker"

"ya ampun jani, jorok banget"

"lah emang iya, kenapa?"

"sekarang Lo siap-siap, gue mau ajak Lo ke Basecamp cowok gue"

"ngapain gue ikut, ogah" jani merebahkan tubuhnya ke atas kasur.

"ayolah jani.... gue gak mau sendirian"

tak kenal menyerah Fita membujuk sahabatnya ini, jani harus ikut dirinya biar jani juga memiliki teman lain selain dirinya dan juga Gibran,

"iya udah deh gue siap-siap" jani mendengus.

"gitu dong, gue gak pernah maksa Lo kan, tapi kali ini harus" Fita cengengesan.

terdengar jelas dari suaranya

"ya udah gue mau siap-siap" jani menutup sepihak panggilan telepon dengan Fita.

jani membuka lemarinya dan mengambil hoodi berwarna hitam, dirinya hanya memakai skiny jeans dan hoodie hitam saja, lagipula jani tidak punya banyak pakaian untuk bergonta-ganti.

          *******

sekitar tiga puluh menit akhirnya mobil yang di tumpangi jani dan Fita sampai di depan sebuah bangunan yang nampak sudah ramai.

"yok turun" Gibran membuka sabuk pengaman yang melilit padanya.

"yang.... gak papa aku sama jani ikut" Fita menarik lengan tangan Gibran.

Fita hanya merasa kaku melihat banyaknya teman-teman pacarnya itu, apalagi ciwi-ciwi di situ beuhh.... fashionable semua dan cantiknya...

"udah gak papa, ayok. jan ayok turun" Gibran melihat jani yang duduk di belakang.

mereka bertiga turun dan masuk ke dalam gedung yang katanya adalah Basecamp geng motor merek.

"woi bro.... baru dateng Lo" sambutan dari teman Gibran saat mereka baru datang.

"yoi, yang lainnya mana?"

mereka bersalaman ala geng mereka

"ada di dalam, dan biasa Ezra lagi di atas"

"gak kaget sih gue"

mereka berdua cekikikan, entah apa yang membuat mereka merasa perlu tertawa kecil.

Gibran membawa Fita dan jani masuk lebih dalam ke Basecamp yang biasa dirinya jadikan tempat pelarian saat jengah, tempat ngumpul tempat pacaran sama Fita, kayaknya kegiatan Gibran hampir setengah nya di Basecamp ini.

"kalian duduk di sini bentar" Gibran membawa jani dan Fita ke lantai atas.

di mana di lantai atas tidak banyak orang dan hanya terkhusus untuk para inti geng motor.

"mau kemana" Fita menahan tangan Gibran

"ambil minum"

Fita hanya mengangguk dan membiarkan kekasihnya pergi mengambil minuman.

"Lo sering kesini?" jani melihat ke sekeliling ruangan.

"kadang si, tapi gak pas lagi rame kayak gini"

"owh...." jawab jani singkat.

"jan.... Lo tau gak, kata Gibran kemaren Ezra minta nomor Lo" Fita sedikit mendekat pada jani.

"terus?"

"ya Gibran gak kasih lah"

"kenapa?"

"gak tau, mungkin Gibran mau tanya lo dulu. gak sopan kan langsung kasih nomor gitu aja"

fita tersenyum manis sembari merangkul lengan jani, memang fita sangat suka bergelayut seperti monyet.

hingga perhatian Fita dan jani teralihkan saat seseorang membuka pintu kamar yang ada di sebelah mereka, nampak Ezra dan seorang gadis yang bergelayut manja pada lengan Ezra.

mata Ezra bersitubruk dengan mata teduh milik jani, Ezra merasa gugup dan panik saat melihat Jani berada di Basecamp. sudah seprti pasangan yang terciduk berselingkuh. begitu juga Ezra yang langsung gugup dan salah tingkah.

"i—ini... temen gue" ucap Ezra gugup

Ezra menggigit bibir bawahnya ketika tatapan jani terus tertuju pada dirinya.

"sial.... kenapa harus ada jani sih"

Ezra merutuki dirinya sendiri, bagimana kalau jani tau kelakuan Ezra.

Terpopuler

Comments

Citra Mandalika

Citra Mandalika

kurang panjang Thor babnya, jangan bilang klo Ezra yg bkl jadi pacarnya Jani😫😫😫😫😫😫😫

2025-05-25

2

Citra Mandalika

Citra Mandalika

hayo loh yg lagi gugup, kegape kan😄😄😄😄😄😄😄

2025-05-26

0

Citra Mandalika

Citra Mandalika

pedesnya tuh mulut kek bon cabe level 30

2025-05-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!