Spy X Sibling: Kakakku Sang Telepati
Forger Bersaudara
Pagi Hari, Rumah Keluarga Forger – Distrik Barat Ostania
Matahari menyelinap masuk melalui celah tirai, membentuk garis-garis cahaya di atas lantai kayu yang hangat. Rumah keluarga Forger, seperti biasa, terbangun dalam harmoni pura-pura yang sudah mereka biasakan. Namun pagi ini berbeda—ada tambahan satu anggota baru dalam meja makan mereka.
Dan keheningan yang canggung mulai terasa…
Yor Forger
(Sambil menyiapkan roti bakar)
“Selamat pagi, Ayaka. Apa kamu tidur nyenyak semalam?”
Ayaka Forger
(duduk tegak, memperhatikan gerakan Yor dengan tajam)
“…Iya. Terima kasih, Bu.”
Yor Forger
(tersenyum gugup)
“Ahaha! Kau bisa panggil aku Yor saja, tidak usah terlalu formal. Lagipula… kita sekarang keluarga.”
Anya Forger
(berdiri di kursi sambil mengangkat tangan tinggi)
“Selamat datang di keluarga Forger, Kak Ayaka!!”
Loid
(sambil membaca koran dengan tenang)
“Hm. Hari ini aku akan mengantar Ayaka ke sekolah baru. Anya, kau bisa membantu memperkenalkannya nanti.”
Anya Forger
“Iya! Tapi Kak Ayaka harus tahu satu aturan penting!”
Ayaka Forger
(menaikkan alis)
“Aturan?”
Anya Forger
(berbisik dengan gaya detektif)
“Jangan pernah makan wortel kalau Yor yang masak!”
Yor Forger
(panik)
“Anya! I-itu… bukan berarti buruk! Aku hanya... terkadang... lupa menyalakan kompor!”
Kamar Tidur Anya & Ayaka – Beberapa Jam Sebelum Berangkat Sekolah
Anya menarik Ayaka ke dalam kamarnya, memperlihatkan koleksi mainan, boneka Chimera, dan gambar hasil coretan. Dindingnya penuh warna, seperti dunia kecil Anya yang penuh harapan—kontras dengan bayangan masa lalu Ayaka yang kelam.
Anya Forger
“Kak Ayaka, kamu suka boneka juga?”
Ayaka Forger
(menyentuh boneka berdebu di sudut ruangan)
“…Dulu aku punya satu. Tapi dia diambil oleh orang berbaju putih.”
Anya Forger
(menatap Ayaka tajam, lalu menunduk)
“…Aku juga diambil orang berbaju putih.”
Keduanya tak banyak bicara setelah itu. Tapi suasana antara mereka... mengikat. Seperti ada benang tak terlihat yang menyatukan luka lama menjadi pengertian diam-diam.
Ayaka Forger
(dalam hati)
(Anya… kau juga? Apakah… kita berasal dari tempat yang sama?)
Sekolah Dasar Eden – Halaman Depan
Bangunan batu tinggi dengan pagar besi hitam dan lambang mawar emas. Ayaka berdiri gugup di samping Anya yang melambai ke Damian dan Becky. Suara lonceng berdentang pelan.
Anya Forger
“Ini temanku, Damian dan Becky. Damian agak galak, tapi dia suka disenyumin balik!”
Damian
(menatap Ayaka dengan heran)
“Siapa dia? Saudara tirimu?”
Ayaka Forger
(dingin tapi sopan)
“Aku Ayaka Forger.”
Becky
“Wah! Kakak Anya?! Keren banget! Gaya rambutmu kayak karakter dari manga hitam-putih!”
Ruang Kelas – Saat Pelajaran Seni
Semua anak sibuk menggambar keluarga mereka. Ayaka duduk diam, memandangi kertas putih di depannya.
Ilmuan Pria
“Ayo anak-anak, gambar siapa pun yang kalian anggap keluarga!”
Ayaka Forger
(Keluarga?)
(Apakah aku benar-benar pantas berada di sini?)
Anya Forger
(dari jauh, berpikir keras)
(Aku gambar Kak Ayaka juga biar dia gak sedih!)
Saat Ayaka menggenggam pensil, dia mulai merasakan sesuatu. Getaran emosi… dari setiap anak di ruangan itu.
Becky yang cemas karena ibunya belum pulang minggu ini.
Damian yang merasa tertekan karena ayahnya ingin nilai sempurna.
Bahkan dari guru… yang diam-diam menyembunyikan kesedihannya karena kehilangan anak tahun lalu.
Ayaka Forger
(terkejut, bergumam pelan)
“…Aku bisa… merasakannya.”
Anya Forger
(telepati, bingung)
(Kak Ayaka kenapa wajahnya pucat?)
Ayaka Forger
(Ini… bukan hanya pikiran.)
(Aku bisa merasakan perasaan mereka… seolah-olah milikku sendiri…)
Anya Forger
(berbisik)
“Kak… kamu juga bisa dengar, ya?”
Ayaka Forger
“…Lebih dari itu, Anya.”
Malam Hari, Balkon Rumah Forger
Ayaka duduk sendiri, memandangi lampu-lampu kota yang perlahan redup. Suara langkah kecil datang dari belakangnya.
Loid
“Masih terjaga? Besok ada ujian kecil, lho.”
Ayaka Forger
(terkejut, lalu mengangguk pelan)
“…Aku hanya… belum terbiasa.”
Loid
(duduk di sampingnya)
“Aku tahu rasanya menjadi seseorang yang harus beradaptasi cepat.”
“Tapi di rumah ini, kamu tak harus menjadi apa pun… selain dirimu sendiri.”
Ayaka Forger
(berbisik pada dirinya sendiri)
(Apakah… ini yang disebut ‘keluarga’?)
(Tempat… di mana luka lama terasa lebih ringan?)
(Aku akan… menjagamu, Anya. Dan… keluarga ini.)
Comments