Kakek

Aku berjalan sendirian di malam hari karena tidak mempunyai rumah. Lalu aku melihat beberapa batang kayu yang tidak digunaka dan terlihat masih bersih walaupun sudah lama. Akhirnya aku pun mendapatkan suatu ide, aku membina rumah kecil yang sesuai dengan ukuran tubuhku dan membuat ekstranya sebagai pembesar ruangannya. Karena aku tidak mempunyai palu dan paku dan perak untuk dibeli, ini mungkin akan butuh sekitar seminggu atau 5 hari.

Semewah apapun hidupku, aku tahu betul cara-cara membuat rumah dari kayu tanpa palu dan paku. Karena seperti itulah aku bertahan hidup bersama Yuwon di saat masih kecil! Jadi ini pasti akan mudah!

Aku meregangkan tubuhku sebelum memulai membuat rumah kecilku. Aku pun mulai membuat rumah iu dengan semangat, karena sudah lama aku tidak main rumah-rumahan bersama Yuwon.

...----------------...

...Beberapa hari kemudian......

...----------------...

Setelah 6 hari berlalu, aku membina rumah kecil itu cuma butuh seminggu untuk menyelesaikannya. Melihat kerja kerasku yang banyak sekali rehatnya akhirnya selesai, membuatku senang dan gembira. Namun tiba-tiba ada sekeluarga yang kebetulan melintas jalan itu bersama peliharaan mereka, menyadari bahwa mereka lagi mencari rumah untuk peliharaan mereka. Aku pun mendapatkan ide cemerlang.

"Anu.. Paman, bibi, kalian lagi mencari rumah buat anjing kalian ya?"

"Oh iya, memang kenapa?"

"Apa kalian mau membeli rumah kecil buatanku? Aku membinanya cuman butuh seminggu loh~"

"Wah~ benarkah? Rumah kecil ini pasti akan terlihat sempurna jika diberi sedikit warna~"

"B-benar! Rumah ini akan sangat cocok buat anjing kalian yang besar itu! Kalian tinggal membeli cat dan mewarnai rumah ini!"

"Hm... Bagaimana menurut kamu, sayang?"

Sang ibu melihat ke arah anak dan suaminya, lalu mereka pun mengangguk dan menyetujui untuk membeli rumah itu.

"Baiklah, kami akan membelinya. Harganya berapa?"

"50 perak!"

"A-apa?... 50?.. Itu terlalu mahal bukan untuk sebuah rumah kecil?..."

"Mahal ya?... Eum..."

Sialan! 50 perak saja sudah dikira mahal?! Itu mah, murah saja bagiku yang dulu!

"Baiklah kalau gitu... 35 perak saja!"

"Baiklah."

Keluarga itu pun memberi 35 perak kepadaku, hanya dengan 35 perak saja sudah cukup untuk bertahan hidup selama setahun karena aku pernah mengalami yang lebih ekstrem dari ini. Setelah menjual rumah kecil itu, aku mendapatkan sebuah ide jenius.

Bagaimana jika aku menggunakan 5 perak ini untuk membeli makanan? Dan 30 perak nanti akanku gunakan lain kali saja!

Aku lalu kembali ke toko yang sama seperti dulu dan membeli makanan yang berharga 1 perak. Paman pemilik toko sudah takut denganku, jadi aku bisa membeli dengan 1 perak, walaupun hanya mendapatkan nasi bungkus, tapi itu bisa membuatku bisa bertahan hidup untuk 5 harinya untuk latihan di puncak gunung seperti yang sudah kurencanakan.

...----------------...

...Keesokan harinya kemudian......

...----------------...

Aku berlatih dengan keras setiap hari di gunung yang sama untuk meluaskan dan menguatkan kekuatan bela diriku, mengikut apa yang kudengar dari cerita si pemilik toko. Dia mengatakan bahwa zaman sekarang sudah tidak ada ras-ras seperti apalah itu karena Ras Burung sudah menguasai seluruh ras di dunia kecuali manusia selepas menyingkirkan Sang Raja Naga yang merupakan ras terkuat. Jadi sekarang hanya tersisa 1 wilayah; Wilayah Manusia. Bagaimana dengan Ras Burung? Konon katanya selepas kematian si pengkhianat itu karena berperang dengan Ras Serigala yang merupakan ras terkuat kedua, mereka seri dalam peperangan itu dan hancur dalam saat bersamaan yang membuat hanya tersisa Ras Manusia. Dan Ras Manusia pun menghilangkan kata-kata "ras" itu dan menjadikan dunia seperti semula, aku sudah menduga hal itu karena Yuwon sangatlah bodoh dan ceroboh tanpa kehadiranku. Jadi dunia pun di kuasai oleh manusia-manusia biasa. Namun kekuatan magis tidak akan berhenti di situ saja, karena katanya ada beberapa dari ras-ras yang dikuasai itu melarikan diri dan terpaksa menikahi manusia demi membuat ras mereka kekal kokoh dan generasi mereka masih ada. Namun bukan hanya manusia yang disisakan, Yuwon menyisakan beberapa ras yang ia tidak yakin untuk dikalahkan. Antaranya adalah; Ras Iblis, Ras Elf, Ras Mermaid dan Ras Haiwan Laut. Katanya mereka hampir saja memusnahkan Ras Elf, namun karena Ras Iblis menolak dan berniat untuk menghabisi Ras Elf sendirian. Karena tidak berani, Yuwon membiarkan mereka dan mukai memburu ras lainnya.

Aku tidak tahu bahwa dia sebodoh itu... Yah... Tapi di pintar juga karena membuat dunia menjadi damai... Aku tidak tahu haruskah aku memujinya atau tidak... Sayang sekali karena sifatnya yang terlalu arogan dan tidak tahu malu itu...

Lalu aku mendengar suara langkahan kaki di atas rerumputan yang kududuki untuk memulihkan tenaga dalamku. Lalu seseorang itu berbicara.

"Kau hebat sekali karena bisa memulihkan tenaga dalammu sembari memikirkan hal lain, itu adalah sesuatu yang mustahil bagi seorang bocah ingusan sepertimu."

Tentu saja, karena aku bukan bocah ingusan seperti yang kau lihat karena aku tidak mempunyai ingus dan berkali lipat lebih kuat dari anak seumuranku... Omong-omong dia kakek-kakek ya?... Kuat sekali kakek itu bisa berjalan sampai ke puncak gunung ini.

Aku hanya diam karena berbicara di saat melakukan pemulihan tenaga dalam bisa membatalkan proses pemulihan itu, kecuali kalau bisa menahan rasa sakit yang luar biasa. Lalu kakek itu terus berbicara.

"Kau seperti bukan bocah ingusan biasa... Berapa umurmu?"

Kakek bau tanah ini terus mengajakku berbicara, apa boleh buat... Aku harus menjaga sopan santunku ke orang yang lebih tua...

"8 tahun... Khhhk!"

Sialan... Padahal dulu aku bisa berbicara dengan tenang sembari melakukan proses pemulihan ini!

"Hm... Kau masih terlalu muda untuk bisa berbicara di saat seperti itu, bocah biasa seumuranmu pasti sudah pingsan begitu mengucapkan sepatah kata saat melakukan proses pemulihan..."

"Itu karena.... Khhhhk! Saya.. masih punya.... Khhhhkkk! Sopan santun.... Khhhhk!"

"Hohoho~ kau kuat juga bisa berbicara padahal lagi merasakan sakit yang luar biasa... Diamlah dan fokus ke proses pemulihanmu itu, dan biarkan aku membantumu..."

Aku melakukan seperti apa yang dikatakan oleh kakek tua itu dan proses pemulihan tenaga dalamku berjalan dengan lancar. Selesainya melakukan proses pemulihan itu, aku pun menoleh kebelakang untuk melihat siapakah kakek yang berbicara denganku.

Memang kakek-kakek... Tapi auranya seperti sudah berlatih selama bertahun-tahun...

"Apa kakek seorang pendekar?"

"Hohoho~ kau sudah mengetahuinya saja hanya dengan merasakan auraku? Kau benar-benar bukan anak ingusan biasa..."

"Apa kakek bersedia menjadi guruku?"

"Eh? Tiba-tiba?... Hm... Hohoho~ baiklah, aku akan bersedia menjadi gurumu dan mengajarkanmu ilmu bela diri."

Meski ceritanya sudah membelok ke arah lain, aku tetap harus melatih tubuh baru ini dan mencampurkannya dengan jurus lamaku!

"Kita mulai latihannya besok, kita akan bertemu di tempat yang sama. Kau harus sudah ada di sini sebelum matahari terbit."

"Apa? Bukankah itu terlalu awal?!"

"Aku tahu, tapi kau tetap harus melakukannya karena senam pagi juga harus ada setiap harinya. Kau bisa beristirahat di hari minggu."

"Ukh... Baiklah..."

...----------------...

...Keesokan harinya kemudian......

...----------------...

Aku berjalan ke puncak gunung tinggu itu dengan kakiku sendiri dan mata yang masih mengantuk, aku lalu bergumam.

"Ugh... Kenapa sih aku harus meminta kakek bau tanah itu untuk menjadi pelatihku? Mau bagaimana lagi... Sudah terlanjurku tanyakan dan sudah disetujui..."

Setelah beberapa menit, aku akhirnya mencapai puncaknya dan bertemu dengan kakek itu.

Ternyata kakek itu sudah duluan ya...

"Sudah sampai saja? Aku sudah menunggu di sini lebih dari 1 jam, tapi aku akan memaafkanmu karena ini adalah hari pertama latihanmu dimulai."

"...Saya menghargai kebaikan anda."

"Apa yang kau tunggu-tunggukan lagi? Kau seharusnya memberi salam kepada master yang akan mengajarimu bela diri..."

"Ck! Bukankah itu terlalu awal? Aku tidak tahu bagaimana caranya!"

"Hm... Baiklah, mari kita mulai dengan mengajarimu sopan santun..."

Kakek itu lalu mengeluarkan tongkat kayunya dari belakangnya sebelum mulai mengayunkannya, dia menatapku dengan seringai.

"Karena aku sudah memberikanmu separuh dari tenaga dalamku, kau pasti bisa bertahan sampai akhir..."

Aku hanya diam menatap kakek itu sambil duduk, sementara kakek itu mengajariku sopan santun dengan kata-katanya yang panjang lebar. Setelah selesai, dia lalu berdiri dan mulai berbicara,

"Sekarang, turun kembali ke bawah dan memberiku salam begitu kau melihatku."

"A-apa? Aku harus turun ke bawah dan kembali ke sini?!"

"Tentu saja."

"Itu keterlaluan!"

"Itu hukuman."

"Hukuman karena apaan?!"

"Hukuman karena telat datang, hukuman karena tidak memberi salam."

"Bukankah anda sudah—"

"–Diam, dasar bocah ingusan."

Kakek itu lalu menyerangku dengan tongkat kayunya dan mengayunkan tongkat itu berkali-kali kepadaku sampai aku ke hujung gunung.

SATT! SETT! SATT! SETT!

"Ukh!"

Karena menghindari serangan itu, perlahan aku pun terjatuh dari gunung yang tinggi itu. Namun aku tetap tenang karena aku tahu aku tidak akan mati semudah itu. Di saat aku terjatuh, aku mendapatkan sebuah ide yang berbahaya tapi bisa menyelamatkan nyawaku. Aku celingukan di sekitar gunung itu dan mendapati bahwa ada pohon berdekatan dengan daun-daun yang lebat, aku pun mengambil kesempatan itu untuk mendarat di atas pohon itu.

Shuutt— Srakk!

Dan yang benar saja, nyawaku terselamatkan.

Sialan! Aku masih harus kembali memanjat gunung ini!!!

Aku pun kembali memanjat gunung itu selepas turun dari pohon besar itu dengan bermodalkan tangan dan kakiku seperti orang pada umumnya namun dengan kecepatan yang sedikit lebih cepat. Setelah hampir mencapai puncak, aku pun loncat dan mendarat tepat di depan kakek itu. Kakek itu terlihat terkesan dan lalu terkekeh sembari menungguku memberi salam.

"Hosh... Hosh... Salam kepada Master... Hosh..."

Aku memberi salam sambil bernafas berat dan terengah-engah karena lelah, tubuh anak kecil ini masih muda dan butuh banyak latihan agar staminanya stabil dan sesuai untuk orang sepertiku.

"Hm... Bagus... Oh ya, kita belum berkenalan... Siapa namamu?"

Aku terdiam menatap kakek itu untuk berpikir sejenak haruskah aku memakai namaku yang dulu atau menggantikannya? Karena lama menungguku kakek itu pun kembali terkekeh.

"Kamu tidak punya nama ya?"

"...Ya."

"Baiklah, aku tahu bahwa kebanyakan pengemis di desa ini tidak mempunyai nama karena ditinggal keluarga. Kalau begitu biar aku saja yang memberimu nama—"

"–Tidak, anda pasti akan memberi saya nama yang jelek."

"Hohoho! Harga dirimu tinggi sekali! Aku menyukai itu! Tapi jangan khawatir, aku sudah memikirkan nama untukmu."

"Apa itu?"

"Kang Raon-Jun, yang sesuai dengan sifatmu."

"Kang Raon-Jun?— Ehem! Anda memberikan saya nama yang bagus ternyata... Ehem! Ehem!"

Ehem! Nama yang bermaksud jenius mana bisa kutolak? Ehem!

Aku berpura-pura batuk seolah-olah sudah terbiasa dengan panggilan itu, lalu aku melirik ke kakek itu.

"Bagaimana dengan nama kakek— maksud saya, Master?"

"Hohoho~ aku Kang Seonwu."

Kang Seonwu ya— sebentar, tapi kok marga kami sama?

"Kang?"

"Ya, aku akan menerimamu sebagai cucuku—"

"–MANA BISA SEPERTI ITU!!! SAYA TIDAK INGIN MENJADI CUCU SEORANG KAKEK YANG SUDAH BERBAU TANAHHH!"

"DASAR ANAK INGUSAN! DIAMLAH!!! AKU YANG MEMBERIMU NAMA KEREN ITU DAN AKAN MENJAGAMU SEBAGAI SEORANG GURU!"

"KALAU GURU YA GURU SAJA! MANA BISA JADI KAKEK SAYA!"

"YA! TAPI AKU AKAN TETAP MELAYANIMU SEBAGAI CUCUKU DAN AKAN MEMBERIMU RUMAH DAN MAKANAN MEWAH—"

"–Benarkah?"

"...Tidak jadi."

"HEI! MANA BISA SEPERTI ITU!? KALAU ANDA SUDAH MENJADIKAN SAYA CUCU YA—"

"–Jadi kau menyetujuinya hanya karena makanan?"

"Ehem! Ya... Aku, kan, pengemis... Jadi makannya tidak banyak..."

Setelah beberapa menit terdiam, kami pun tertawa bersama.

"Hohoho! Hohoho!"

Kau pikir kau bisa tinggal dan makan dirumahku semudah itu?

"Hahaha! Hahaha!"

Aku mempunyai firasat buruk soal tinggal bersebelahan dengan kuburan.

Selesainya tertawa bersama, kami pun memulai latihan itu dengan serius dan tepat tanpa pengganggu. Setelah beberapa jam berlatih, kami pun berehat sebentar.

Hah... Lelahnya...

Aku menoleh ke arah kakek yang lagi duduk di sebelahku memandang dan menghayati momen di mana matahari terbenam di depan mata. Aku menemukan sesuatu keanehan di ekspresi kakek, lalu aku pun berinsiatif untuk bertanya.

"Ada apa?"

Kakek terdiam sebentar sebelum mengambil napas panjang dan menatapku dengan perasaan yang tersentuh sekaligus terkesan.

"Aku terkesan denganmu."

"Itu bukanlah alasannya."

"Tidak, itu adalah alasannya."

"Aku tahu. Kakek lagi kangen dengan seseorang."

"...Kalau sudah tahu kenapa bertanya?"

"Karena saya bertanya-tanya siapa orangnya."

"...Hohoho~ baiklah, kakek akan menceritakannya... Tapi ini mungkin akan terdengar sedikit seperti curhat."

"Cerita saja, saya bukan di sini untuk mendengar curhat. Cerita dan curhat berbeda."

"Hm... Benar, kakek kangen dengan seseorang. Karena rasanya seperti lagi benar-benar menjaga dan melatih darah dan daging sendiri..."

Aku hanya diam mendengar cerita dari kakek yang seperti curhat itu. Kakek menceritakan bahwa dulu kakek mempunyai cucu yang sifatnya sama sepertiku, karena itulah kakek tidak jijik dan malah nyaman di dekatku. Karena aku sudah seperti cucu kandung kakek dan seperti keturunan kakek sendiri. Kakek kehilangan cucunya satu-satunya di saat pergi ke gunung ini untuk latihan. Katanya kakek dan cucu kakek lagi latihan seperti biasa, namun tiba-tiba saja ada segerombolan orang asing yang menculik cucu kakek di saat cucu kakek berumur 9 tahun. Dan sampai sekarang kakek tidak tahu dimana keberadaannya. Ditambah, anak dan isteri kakek juga dibunuh selepas kakek kembali untuk memberitahu bahwa kakek kehilangan cucunya. Namun kakek terlambat, karena itulah kakek merasakan sakit dan kerinduan yang mendalami. Dan aku tahu bagaimana rasanya perasaan itu, karena aku sendiri juga mengalaminya namun bedanya aku pengkhianatan dan kakek kehilangan. Aku tidak bisa berkata apa-apa karena ekspresi kakek menunjukkan bahwa kakek lagi emosional. Lalu aku pun berinsiatif untuk mengubah topik.

"Kakek, aku lapar, kapan makanan mewahnya siap?"

"Eh? Sudah lapar saja? Hohoho~ baiklah, ayo kita ke rumah kakek."

Kami pun turun dari gunung dan pergi ke rumah kakek bersama untuk beristirahat dan makan malam bersama.

^^^The Reincarnation Of King Dragon^^^

^^^Bersambung...^^^

Episodes
Episodes

Updated 64 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!