BAB 2 Perkara Teh

Naya seketika membeku manakala melihat Shaka di luar sedang melayani keluarga suaminya.

"Fuih, apa ini?" Arisa menatap tajam Shaka yang berdiri kaku. Seraya menyemburkan teh karena terlalu manis di lidahnya.

Adik kesayangan Juan, Arisa (25 th) tidak kalah juteknya dengan Malina.

"Kalau ga bisa bikin jangan bikin dong! Kamu mau aku sama keponakanku kena diabetes gegara teh buatanmu, hah! Dasar anak pembantu!" hardik Arisa kesal.

Naya yang melihat kejadian tersebut secepatnya menghampiri mereka. Ia merasa tidak terima anaknya diperlakukan seperti itu. Tapi ia merasa tak berdaya.

"Ada apa ya, Dek?"

"Kak Nay, Kakak harus punya aturan dong di rumah. Anak pembantu jangan disuruh bikin teh. Sekalian pembantu tuh jangan bawa anak ke rumah ini, bikin ribet aja!" ujar Arisa mendramatisir keadaan.

"Maafkan anak ini Dek. Maklumi saja. Anak ini kan masih kecil," Naya berusaha meminta maaf agar adik iparnya itu memaklumi insiden tersebut.

"Apa kakak bilang, aku harus maklum? Pikir dong! Teh ini manisnya kayak kolek, kalau kakak tidak percaya buktikan sendiri!'

Untuk membuktikan perkataan adik iparnya, Naya mengambil secangkir teh yang ada di atas meja. Meneguknya perlahan, lalu ia memejamkan matanya.

"Kan, manis kan?" tanya Arisa begitu melihat ekspresi Naya yang membenarkan ucapannya.

Baru saja Naya hendak mensejajarkan tubuhnya dengan Shaka, dengan sigap Bi Irah datang memeluk Shaka.

Bi Irah merasa tidak tega anak majikannya diperlakukan tidak baik oleh keluarga tersebut. Apalagi begitu melihat majikannya hanya diam tidak membela Shaka sebagai anak kandungnya.

"Sayang kamu tidak apa-apakan?" tanya bi Irah khawatir, seraya membuai Shaka dengan lembut.

Shaka menggeleng, ia berdiri di belakang Bi Irah. Wajahnya menyembul ingin tahu kejadian selanjutnya.

Bi Irah menatap geram anak-anak yang sedang menertawai Shaka karena teh manis buatannya terlalu manis.

"Hey Bi! Ajari anakmu membuat teh manis dengan baik. Bikin teh aja engga becus. Masa bikin teh terlalu manis, ini sih udah kayak kolek. Hadeuh bisa-bisa kena diabet semua pulang dari sini!" protes Arisa dengan ketus.

"Maaf Mbak. Saya rasa Mbak bisa memaklumi anak saya. Dia masih kecil jadi wajar kalau takarannya tidak sesuai dengan lidah Mbak juga yang lain, sekali lagi maaf. Biar nanti saya ganti dengan yang baru?" Bi Irah mengambil kembali beberapa gelas yang tadi disuguhkan Shaka.

"Tidak perlu! Aku jadi tidak berselera untuk minum teh!" sargah Arisa masih marah.

"Baik kalau begitu saya permisi," pamit Bi Irah sopan.

"Eeeh tunggu! Buatkan aku minuman capucino saja dan sirop dingin. Tidak pake lama, paham!"

Bi Irah hanya mengangguk. Lalu langsung membalikkan badannya.

Shaka hanya bergeming menatap satu persatu orang yang sedang menghujatnya. Lengannya ditarik Bi Irah dengan pelan, seolah tidak mau membiarkan putri majikannya itu dibuly di rumahnya sendiri. Hal ini jelas akan memengaruhi kejiwaannya.

Sementara itu Naya hanya bisa menatap Bi Irah yang begitu perhatian pada Shaka. Ia tidak bisa melindungi Shaka disaat putri kecilnya itu dicemooh. Naya merasa khawatir, takut dengan Juan. Rasa berani untuk melawan, yang selalu ia berikan pada Dikara seolah tidak ada lagi sekarang. Nyalinya ciut untuk sekedar membela anaknya di depan keluarga Juan yang begitu arogan.

Naya kembali ke ruang tamu untuk bergabung dengan mertuanya.

"Di luar ada apa, Sayang? Kedengarannya si Arisa teriak-teriak," tanya Juan ingin tahu dengan keributan yang terjadi di luar sana.

"Tidak ada apa-apa kok Mas. Hanya masalah kecil, sudah bisa diatasi," jawab Naya sambil tersenyum, lalu memperhatikan perbincangan bersama kedua orang tua Juan.

"Juan beberapa hari ke depan, Mama dan Papa mau menginap di sini, mereka juga. Kebetulan anak-anak libur sekolah. Melina juga bisa cuti karena mereka ingin sekali menikmati rumah baru kalian," ujar Mamanya dengan mata berbinar.

Naya terhenyak mendengarnya. Ia merasa belum siap kalau harus membereskan segala sesuatunya di rumah ini. Apalagi ia menyaksikan sendiri insiden yang menimpa anaknya. Bagaimana kalau berhari-hari mereka ada di rumah ini? Rasa kekhawatiran yang mendalam menyelimuti hatinya yang gundah. Apalagi kamar Shaka yang terletak di lantai 2, tentu saja akan menjadi pertanyaan besar bagi mereka. Siapa Shaka sebenarnya?

"Lho kok Mama mendadak?"

"Memangnya kenapa? Engga boleh?" tanya kakaknya judes salah paham.

"Bukan begitu Kak. Kami belum mempersiapkan kamar buat kalian."

"Ya siapkan dong! Ada tamu itu harus diutamakan. Kamu memang ada pembantu berapa sih? Rumahmu besar gini harusnya lebih dari 4 pembantu. Biar engga repot kalau ada tamu. Ini baru keluarga aja yang datang, malah anak kecil yang disuruh menjamu. Hasilnya jadi engga becus kan?"

Wajah Naya memerah menahan amarah. Ucapan Melina sungguh membuatnya mendidih, hanya saja ia tahan. Ia hanya ingin dianggap baik oleh mertuanya, agar tidak terlihat bar-bar dalam mengambil sikap.

"Buat apa ambil pembantu banyak sih kak? Kurasa cukup Bi Irah saja yang kerja di sini." protes Juan.

"Kamu tuh gimana sih? Emang lantai atas tidak dibersihkan? Kasihan kalau cuma Bi Irah yang kerja. Apalagi Bi irah masih punya anak kecil. Kalau dia keteteran, anaknya juga yang turun tangan. Pokoknya aku engga setuju kalau anak pembantu itu terlibat dalam pekerjaan yang tidak seharusnya," kata Melina yang sebenarnya punya sisi prihatin pada Shaka yang masih kecil sudah harus bekerja membantu ibunya.

"Kurasa lantai atas bisa dibersihkan sewaktu-waktu saja Kak. Lagi pula kan ada Naya yang bisa bersih-bersih. Mumpung belum punya anak, iya kan sayang?"

Deg

Naya terhenyak dengan ucapan Juan yang tega memperlakukannya sama seperti seorang pembantu.

Dulu waktu pernikahannya dengan Dikara ia dilarang untuk melakukan pekerjaan rumah kecuali memasak untuknya. Ia sangat diratukan oleh Dikara. Tapi sekarang? Juan tidak mau mencarikan pembantu lainnya, ia enggan mengeluarkan uang untuk membayar mereka.

"Bukankah Naya bekerja?" tanya Melina.

"Iya memang Naya bekerja. Tapi kita bisa lihat Kak, di luar sana banyak wanita karir yang berperan ganda. Di rumah tetap sebagai ibu rumah tangga yang tugasnya mengurus pekerjaan rumah, sedangkan di luar dia sebagai wanita yang dihormati dan disegani. Juan hanya ingin Naya memperoleh pahala sebagai baktinya pada suami,"

"Sudah-sudah kalian ini selalu berdebat. Juan, benar kata kakakmu, tidak seharusnya kamu memperlakukan Naya sebagai pembantu. Dia sudah bekerja di luar. Kasihan kalau dia kecapekan seharusnya kamu tidak menyuruhnya untuk bekerja. Karena ini akan mempengaruhi Naya untuk bisa hamil. Kalau kalian sama-sama bekerja, faktor kelelahan bisa menjadi hal utama yang bisa menghambat kehamilan," kata Ratih dengan wajah serius.

Ratih memang harus sering memberi arahan pada anak tengahnya itu. Apalagi usianya yang masih relatif muda dalam menikah. Egonya pasti masih sangat tinggi.

Naya bukannya tidak mau melawan atau membantah ucapan suaminya. Namun ia berusaha untuk menghindari pertengkaran. Ia hanya ingin berubah menjadi istri yang lebih baik lagi.

Rasa cintanya yang begitu besar telah menutup pintu hatinya untuk menguak kebenaran. Dia hanya bisa menerima keadaan dengan mengalah terhadap keputusan suami yang cenderung bertolak belakang dengan keputusannya.

"Mama tenang saja. Kami akan berusaha untuk secepatnya memiliki anak. Juan akan coba mencari beberapa pembantu yang akan menggantikan Bi irah. Yang pastinya tidak punya anak kecil," akhirnya keputusan itu keluar juga dari bibirnya.

"Apa maksudmu Mas?" tanya Naya, hatinya berdegup kencang.

"Sepertinya Bi Irah harus keluar dari rumah ini. Biar dia lebih fokus urus anaknya yang masih kecil itu!"

"Apa!"

Terpopuler

Comments

ᶯᵗ⃝🐍𝐀⃝🥀

ᶯᵗ⃝🐍𝐀⃝🥀

shaka ini berapa tahun umurnya,kok sudah ngejain kerjaan orang dewasa

2025-07-07

1

ᶯᵗ⃝🐍𝐀⃝🥀

ᶯᵗ⃝🐍𝐀⃝🥀

wajar lah klo teh kek kolek, memangnya anak kecil tau takaran gula.Tugas anak itu belajar,n sekolah.lagian GK boleh anak kecil disuruh2.walaupun Untu belajar tapi kan harus di arahkan terlebih dahulu

2025-07-07

0

§𝆺𝅥⃝©𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Afya~Tan™≛⃝⃕|ℙ$

§𝆺𝅥⃝©𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Afya~Tan™≛⃝⃕|ℙ$

kasihan Naya anaknya diperlakukan seperti org luar oleh suaminya sendiri iaitu ayah sambung anaknya Shaka.
keluar saja daripada kehidupan yg seperti itu.

2025-06-30

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Dia Anak Pembantu
2 BAB 2 Perkara Teh
3 BAB 3 Rencana Shaka
4 BAB 4 Berhasil Kabur
5 BAB 5 Panik
6 BAB 6 Di rumah Sopir
7 BAB 7 Empati Shaka
8 BAB 8 Dibawa Pulang
9 BAB 9 Demi Mama
10 BAB 10 Kemarahan Juan
11 BAB 11 Kejujuran Arisa
12 BAB 12 Permintaan Shaka
13 BAB 13 Sebuah Permohonan
14 BAB 14 Dilema
15 BAB 15 Harus Mengalah
16 BAB 16 Ada apa dengan Naya
17 BAB 17 Penyesalan
18 BAB 18 Shaka Hilang
19 BAB 19 Shaka Ada di Mana?
20 BAB 20 Anak Tuyul Siapa?
21 BAB 21 Stok Amara
22 BAB 22 Mirip Buatan Papa
23 BAB 23 Akhirnya...
24 BAB 24 Diantar Pulang
25 BAB 25 Bertemu Orang Spesial
26 BAB 26 Hasrat Arya
27 BAB 27 Arisa Mencari Tahu
28 BAB 28 Jadi Ketahuan
29 BAB 29 Yes berhasil
30 BAB 30 Spesial Pake Cinta
31 BAB 31 Tanya Alamat
32 BAB 32 Memenuhi Undangan
33 BAB 33 Ditembak Santan Kara
34 BAB 34 Tawaran Dikara
35 BAB 35 Kado Terindah
36 BAB 36 Kado Terindah 2
37 BAB 37 Reaksi Dikara
38 BAB 38 Minta Restu
39 BAB 39 Menemui Mantan Mertua
40 BAB 40 Reaksi Mantan Mertua
41 BABA 41 Sikapnya Berubah
42 BAB 42 Menyamar Lagi
43 BAB 43 Memenuhi Janji
44 BAB 44 Penawaran Calon Mertua
45 BAB 45 Bertemu Tuyul
46 BAB 46 Kekecewaan Amara
47 BAB 47 Keputusan Amara
48 BAB 48 Sebuah Pilihan
49 BAB 49 Harapan Dikara
50 BAB 50 Nasihat Mama
51 BAB 51 Kepergian Naya
52 BAB 52 Ilusi Naya
53 BAB 53 Ternyata
54 BAB 54 Ditangkap Satpam
55 BAB 55 Ke Rumah Mantan Mertua
56 BAB 56 Pingsan
57 BAB 57 Permintaan Naya
58 BAB 58 Bertemu Shaka
59 BAB 59 Luapan rasa
60 BAB 60 Bertemu Juan
61 BAB 61 Sakit Tak Berdarah
Episodes

Updated 61 Episodes

1
BAB 1 Dia Anak Pembantu
2
BAB 2 Perkara Teh
3
BAB 3 Rencana Shaka
4
BAB 4 Berhasil Kabur
5
BAB 5 Panik
6
BAB 6 Di rumah Sopir
7
BAB 7 Empati Shaka
8
BAB 8 Dibawa Pulang
9
BAB 9 Demi Mama
10
BAB 10 Kemarahan Juan
11
BAB 11 Kejujuran Arisa
12
BAB 12 Permintaan Shaka
13
BAB 13 Sebuah Permohonan
14
BAB 14 Dilema
15
BAB 15 Harus Mengalah
16
BAB 16 Ada apa dengan Naya
17
BAB 17 Penyesalan
18
BAB 18 Shaka Hilang
19
BAB 19 Shaka Ada di Mana?
20
BAB 20 Anak Tuyul Siapa?
21
BAB 21 Stok Amara
22
BAB 22 Mirip Buatan Papa
23
BAB 23 Akhirnya...
24
BAB 24 Diantar Pulang
25
BAB 25 Bertemu Orang Spesial
26
BAB 26 Hasrat Arya
27
BAB 27 Arisa Mencari Tahu
28
BAB 28 Jadi Ketahuan
29
BAB 29 Yes berhasil
30
BAB 30 Spesial Pake Cinta
31
BAB 31 Tanya Alamat
32
BAB 32 Memenuhi Undangan
33
BAB 33 Ditembak Santan Kara
34
BAB 34 Tawaran Dikara
35
BAB 35 Kado Terindah
36
BAB 36 Kado Terindah 2
37
BAB 37 Reaksi Dikara
38
BAB 38 Minta Restu
39
BAB 39 Menemui Mantan Mertua
40
BAB 40 Reaksi Mantan Mertua
41
BABA 41 Sikapnya Berubah
42
BAB 42 Menyamar Lagi
43
BAB 43 Memenuhi Janji
44
BAB 44 Penawaran Calon Mertua
45
BAB 45 Bertemu Tuyul
46
BAB 46 Kekecewaan Amara
47
BAB 47 Keputusan Amara
48
BAB 48 Sebuah Pilihan
49
BAB 49 Harapan Dikara
50
BAB 50 Nasihat Mama
51
BAB 51 Kepergian Naya
52
BAB 52 Ilusi Naya
53
BAB 53 Ternyata
54
BAB 54 Ditangkap Satpam
55
BAB 55 Ke Rumah Mantan Mertua
56
BAB 56 Pingsan
57
BAB 57 Permintaan Naya
58
BAB 58 Bertemu Shaka
59
BAB 59 Luapan rasa
60
BAB 60 Bertemu Juan
61
BAB 61 Sakit Tak Berdarah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!