...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Betapa terkejutnya Zahra mendengar teriakan yang begitu sangat keras itu, dengan cepat Zahra membuka pintu rumahnya untuk melihat siapa yang bertamu karena suara ketukan pintunya yang semakin keras.
"RATIH!!!!.......
Pintu terbuka dengan menampakkan wajah terkejutnya Zahra, dan ternyata yang bertamu dirumahnya adalah tetangganya sendiri yang rumahnya tidak jauh dari rumah zahra.
"Ada apa ya Bu Danik?" tanya Zahra dengan ragu dan sedikit takut karena tetangganya itu menampilkan wajah yang begitu garang seakan-akan menunjukkan bahwa ia sedang marah
"Dimana ibu kamu?!!!" tanya Bu danik dengan sedikit ngegas.
"Mohon maaf Bu, ibu saya sedang tidak berada di rumah sejak saya pulang sekolah tadi. Kemungkinan beliau masih di kebun bersama ayah saya, kalau boleh tahu ada perlu apa ya Bu bersama ibu saya? Nanti saya sampaikan" jawab Zahra dengan jujur.
"Bilang ke ibu kamu ya! Hutang ibu kamu kepada saya itu waktunya bayar bunga!! Dan ini sudah telat satu hari!! Saya nggak mau tahu, hari ini juga ibu kamu harus bayar bunga nya ke saya!!!" jawab Bu Danik dan langsung melenggang pergi dari rumah zahra.
Zahra memegang dadanya karena sesak yang menyelimutinya, tubuhnya menegang sebentar dan ia mencoba untuk menetralkan detak jantungnya dengan mengambil nafas dalam-dalam.
Terkejut? Tentu saja, ia baru mengetahui bahwa ibunya itu mempunyai hutang kepada tetangganya. tapi untuk apa??? Otak Zahra berputar memikirkan hal itu terlebih lagi ia juga sangat terkejut karena Bu Danik menagih bunga kepada ibunya, sejak kapan tetangganya itu menjadi rentenir??? Tanyanya dalam hati.
Zahra memilih untuk kembali masuk ke dalam rumah dan menunggu ibunya pulang dari kebun untuk mempertanyakan hal ini nanti, ia bergegas mandi karena merasa tubuhnya yang sudah begitu lengket karena sejak pulang dari sekolah tadi ia langsung istirahat di sofa.
Tak berselang lama, ibu dan ayah Zahra pulang ke rumah. Zahra memilih memberikan waktu sebentar untuk kedua orangtuanya itu beristirahat karena letih bekerja di kebun. Zahra memang anak yang baik, dia selalu bisa mengerti kondisi kedua orangtuanya dan memilih untuk membantu mereka untuk membereskan barang-barang yang tadi dibawa ke kebun
"Terimakasih ya nak" kata pak Burhan ayah Zahra dengan wajah tersenyum nya. Zahra menjawabnya dengan senyuman kecil di bibirnya
Beberapa menit telah berlalu, kedua orangtuanya kini sudah duduk beristirahat di depan televisi setelah membersihkan badan mereka masing-masing. Dengan langkah pelan Zahra mulai mendekati orang tuanya untuk menanyakan hal yang tadi ia pikirkan.
"Yah, Bu maaf ya, Zahra mau tanya sesuatu. boleh?" tanya Zahra dengan sedikit ragu
"hahaha kenapa wajahmu seperti itu nak, tanya saja kalau kamu mau menanyakan sesuatu. Ada apa Zahra??" tanya pak Burhan yang tidak bisa menahan tawanya melihat wajah anaknya yang begitu gemas.
Dengan senyuman yang dipaksakan Zahra akhirnya memberanikan diri untuk bertanya "Tadi Bu Danik kesini yah dan mencari ibu" hanya dengan kalimat itu bisa membuat senyum di wajah ayahnya dengan perlahan memudar.
"Maafin ibu ya nak, ibu nggak kasih tahu kamu soal ini" Potong ibu Zahra dengan cepat sebelum Zahra menceritakan kejadian tadi siang.
"tidak papa Bu, tetapi untuk apa ibu melakukan ini? Kenapa ibu memiliki hutang ke tetangga kita? Apakah ini semua karena Zahra?" tanya Zahra dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.
"tidak sayang, ini bukan karena kamu. nanti ibu jelaskan ya, ibu ke rumah Bu Danik sebentar nak" jawab Bu Ratih dengan tergesa-gesa pergi menuju ke rumah Bu Danik.
Sebelum bibir Zahra ingin menanyakan sesuatu ke ayahnya yang kondisinya masih di sana bersama Zahra, Zahra langsung terdiam mendengar perkataan ayahnya "Tunggu ibumu pulang ya nak" ucapnya dan langsung melenggang pergi begitu saja.
Zahra terdiam, ia terduduk lemas di sofa depan televisinya dengan pikirannya yang berperang dengan otak mungilnya. Zahra takut jika ibunya itu berhutang hanya untuk membiayainya sekolah, jika memang seperti itu pasti ia akan merasa sangat bersalah kepada orangtuanya itu meskipun itu adalah suatu hal yang menjadi kewajiban orang tua kepada anaknya.
Tak berselang lama ibunya kembali pulang dengan wajah yang sedikit ketakutan tetapi ia mencoba menetralkannya di depan Zahra anaknya.
"Bu? Ibu nggak papa??" tanya Zahra sedikit panik melihat wajah ibunya
"Ibu nggak papa sayang" jawab Bu Ratih dengan senyuman yang dipaksakan
"Oh iya, bagaimana tadi perpisahan kamu?? Boleh ibu lihat ijazah kamu?" tambah Bu Ratih untuk mengalihkan pembicaraan tentang Bu Danik
Zahra sedikit panik mendengar pertanyaan ibunya tetapi dengan mengatur nafasnya ia mencoba menetralkan ekspresi wajahnya
"Ibu, Zahra dulu yang mau tanya. Tolong jangan mengalihkan pembicaraan. Sejak kapan ibu punya hutang ke Bu Danik? Kenapa Zahra tidak tahu hal ini?"
"Maafin ibu ya nak, ibu hanya tidak mau membebani pikiran kamu. Biarkan ini menjadi masalah bagi ibu dan ayah kamu saja, jangan dipikirkan lagi ya sayang" jawab Bu Ratih dengan senyuman yang begitu tulus
"Bu, Zahra sudah dewasa sekarang. Zahra berhak tahu masalah ibu dan ayah, tolong jangan sembunyikan apapun dari Zahra Bu, Zahra mohon. Siapa tahu Zahra bisa bantu ibu dan ayah untuk menyelesaikan masalah itu" jawab Zahra sedikit ragu mengatakannya karena dia tidak tahu apakah bisa membantu kedua orangtuanya itu atau justru malah membebani mereka nantinya.
Pak Burhan datang dan duduk di samping mereka berdua "Beritahukan saja Bu, bagaimanapun Zahra sudah lulus SMA sekarang dan dia sudah cukup dewasa untuk mengetahui hal ini"
Bu Ratih pun mengangguk dan kembali menatap Zahra "Maafin ibu ya nak, sebenarnya hutang ibu bukan hanya di Bu Danik saja. Tetapi banyak rentenir lain yang ibu dan ayah pinjami uangnya karena ibu terpaksa melakukannya sebab tidak ada pilihan lain lagi untuk menyelamatkan nyawa" jawab Bu Ratih dengan matanya yang berkaca-kaca
"Nyawa???" tanya Zahra dengan ekspresi terkejutnya karena baru saja mengetahui fakta yang menurutnya sangat berat untuk diterima oleh otaknya.....
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments