BAB 4 : Udah lama, Udah beda

Aku berhenti berjalan dan menatap tanpa kedipan mata dan tubuhku terasa kaku seketika.

Ya Tuhan .... mengapa engkau beri aku pemandangan tak terduga hari ini? Padahal aku merasa banyak membuat kesalahan, entah itu pada Novi ataupun pada Rangga. 

Aku bergumam dalam hati, hati ku tak bisa diam seperti jarum jam yang terus bergerak sesuai detiknya, seperti itu lah jantungku sekarang. Entah bagaimana aku mendeskripsikan perasaan ini, tetapi aku yakin pasti kalian semua tahu maksudku. Karena, kalau aku jelaskan .... Nanti rumit! ini masalah hati, gak bisa di jelasin detail kayak rumus matematika.

"Apakah dia gadis kecil yang dulu suka dengan es krim vanila itu? Dia Tiara?" Tanya Leon dalam hatinya.

Kulihat semakin lama wajahnya yang tampan itu, kulitnya putih, matanya tidak sipit, padahal dia darah tionghoa, rambutnya juga tertata rapi menutupi keningnya dan dia ternyata juga sedang menatap ke arahku. Tidak kusangka aku akhirnya bisa kembali menatap wajahnya yang dulu masih seperti bayi itu, masih kelas 3 SD dia nya, kalau aku masih TK.

"Nah, ini nih yang di cariin dari tadi! Tiara, baru pulang? Tumben lama, biasanya jam setengah lima udah pulang?" Ucap ayahku membuka percakapan, sontak aku langsung terbangun dari lamunan indahku yang baru saja terukir kembali setelah belasan tahun lamanya. 

Ah, lebay deh Tiara!!! 

Aku tersenyum kecil, "Hehe ... Iya ayah, Tiara tadi agak lama pulangnya karena jalannya agak rame jadi ngobrol dulu sama temen." Jawabku.

Hahahahaha, Tiara .... Tiara.

Mereka semua jadi ikut tertawa karena tingkahku yang seperti orang bodoh, tetapi hanya dia saja yang tampak serius menanggapi semua yang aku katakan. Lah, mengapa? Apa kamu lupa sama aku kak? Mungkin saja, karena kan udah lama banget kita gak bertemu, walaupun belum tua siapa coba yang bisa ingat kalau udah lama gitu. Ya kan? Hahaha, lupakan!

"Tiara, masih ingat gak sama papa? Sama kak Leon? hayoo, masih ingat gak?" Tanya seorang pria paruh baya yang sepertinya adalah papa nya kak Leon.

Aku baru ingat sekarang, dulu aku selalu memanggil ayah dari kak Leon itu papa, karena mereka juga tak punya anak perempuan. Hanya kak Leon lah satu-satunya harapan dan masa depan mereka nantinya, sedangkan aku memiliki satu saudara laki-laki, ya adikku yang paling menjengkelkan sejagat raya. 

Oh, Alam! Jangan sampai detik ini, di momen ini, si Dhika pulang dari sekolahnya. Berdoa apa sih, ya pastilah dia pulang, dia kan juga tinggal di sini. 

"Hehe, iya. Tiara, ingat sama papa dan juga kak Leon, kok. Tadi sih, sempat pikir siapa yang punya motor di depan, ternyata ...." Aku cengengesan gak jelas. 

"Oh, iya. Ini si Leon, motor kesayangannya di bawa sampai ke sini. Dari Jakarta loh!"

"Oh, gitu?" Aku melihat jam tanganku, sudah menunjukkan pukul 17:10 WIB. "Emm, ayah, bunda, papa, dan kak Leon, Tiara masuk dulu ya mau bersih-bersih!" Ucapku dengan sopan. 

"Iya, sana mandi! yang bersih ya, rapikan kamarnya!"

"Iya, bunda." Jawabku sambil berjalan menuju lantai dua.

Ahh, padahal masih pengen ngobrol banyak dan aku sangat Penasaran dengan kak Leon, mengapa dia tidak berbicara apapun padaku? Aneh, apa dia gugup? Atau tidak percaya kalau aku adalah Tiara, gadis kecil yang makan es krim vanila bersamanya di taman? Hah, sudahlah! Lebih baik sekarang aku berkemas dulu, kan badan udah kena keringat dari pagi kena hukum di sekolah. Bete banget nih, Arga emang gitu suka buat masalah. Terutama pas pelajaran kosong.

Aku meletakkan tas di atas meja belajarku, sedikit lelah dan panas aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur sambil melihat langit-langit yang ada di atas kamarku itu. Tak seperti kamar gadis lain, aku sama sekali dan paling anti dengan warna merah muda, entah mengapa aku sangat tidak suka dengan warna merah muda yang terlalu mendominasi di setiap gadis. Aku memang ada kelainan kan? Bahkan aku malah menyukai warna merah yang lebih segar dipandang mata, tetapi aku tidak suka melihat darah, sangat jijik dan takut. 

Semakin lama aku berbaring, aku jadi mengantuk, tak ada salahnya kan kalau aku berbaring sebentar dan memejamkan mataku? Aku sangat lelah hari ini, sepertinya hari ini masih sangat panjang sekali, banyak kejadian aneh yang terjadi tak seperti hari-hariku biasanya. Mulai dari Novi yang ngambek, sampai kak Leon yang muncul lagi dalam hidupku, Oh Tuhan! pertanda apa ini, bencana? 

Ya, mungkin benar! Akan terjadi bencana, bencana besar yang tak akan di duga-duga. Bahkan tampaknya bukan hanya pikiran yang di kurasnya, tetapi juga hatiku. 

Aihhh, ngomong apa sih Mutiara Nabila! 

Tak sadar akhirnya akupun tertidur sangat lelap sekali, rasanya nyaman dan aman sekali. Memang tampaknya aku sedang butuh banyak istirahatkan? apa aku depresi? Kekurangan minum air putih? Kasih saran dong!

3 jam berlalu, hah? tadi siang aku pulang jam 5, berarti sekarang jam 7 malam? Ohh, Alam! mengapa kalian tidak membangunkanku? Aku merasa sangat lapar sekali sekarang, dan ditambah lagi aku belum sempat mandi, huuh, emang kehidupanku sangat rumit ya? Aku membuka mata dan terbangun karena aku dengar seperti ada suara gemuruh dan air yang deras sekali. Ah, ternyata memang benar sedang hujan deras di luar. 

"hoaaah," Aku menguap dan mengusap mataku. "Hujan kan?"

"Hujan???" Aku langsung beranjak dari tempat tidur dan berlari sangat kencang turun menuju ke ruang tamu. Kulihat masih ada papa, bunda, dan ayah, tetapi aku tak melihat kak Leon!di mana dia? Apa dia sudah pulang lebih dulu? Ah, kalau saja aku tadi tidak ketiduran pasti aku sudah bertemu dengan seorang malaikat kecil yang dulu menyembuhkan kesedihanku itu lagi setelah belasan tahun lamanya.

Aku bergegas ke pintu depan, kulihat tidak ada siapa-siapa di luar, sepi! Sangat sepi. Kemanakah dia pergi? Apa dia memang tidak ada lagi di rumah ini? mengapa aku bimbang? mengapa aku merasa sedih? Padahal kak Leon sudah aku anggap seperti kakakku sendiri, apakah aku ..... 

Di tengah lamunanku melihat ke luar rumah, tiba-tiba ada suara dari belakang punggungku, seperti membisikkan sesuatu. Suara nya kali ini tidak asing bagiku, karena aku sudah pernah mendengarnya sekali. Dia berbisik .... 

"Sedang apa kamu berdiri di depan pintu? Tidak baik, apalagi seorang gadis, pamali!"

Aku segera berbalik karena mendengar suara lembut itu menghampiri telinga kananku, aku jadi penasaran. Ternyata, dia kak Leon. Tuh, dia tiba-tiba muncul dari belakangku, berarti dia memang masih ada di rumah ini sejak tadi. Apa mereka tak berniat pulang sebelum hujan tadi?

Aku tak bisa berucap apa-apa, mataku tertusuk pada wajahnya yang semakin dekat denganku semakin aku lihat wajahnya benar-benar tampan. Dia tersenyum kecil, lalu melanjutkan kata-katanya lagi, "mengapa menatapku begitu, Gadis es krim vanila? Kamu gak percaya kalau masih ada aku di dunia ini?"

Semakin kesini, jantungku berdetak sangat kencang sekali, entah dia mendengarnya atau tidak, tetapi kurasa suara jantungku sangat keras sekali seperti ingin keluar saja dari dalam tubuhku ini. mengapa denganku? Apa aku sakit jantung? Ah, iya. Mungkin karena aku terlalu lama menatap wajahnya yang tampan itu. Wajar kan? Pasti kalian juga sering merasa begitu, apalagi kalau seperti ada pangeran yang baru saja bertanya pada kalian? Rasakan sendiri saja ya, bagaimana perasaanku sekarang sangat tidak bisa kuukir.

Aku tersadar dan berusaha menjawab perkataannya tadi, "Ah, gak kok. Tiara cuman lagi bingung aja, hujan nya deras banget! Gak bisa ngapain-ngapain deh, dingin lagi." Jawabku dengan wajah gugup. 

"mengapa wajahmu pucat? Apa belum makan? Oh, iya. Tadi kata bunda kamu ketiduran di kamar, makanya gak turun-turun, kecapean ya?" Dia mendekatkan wajahnya semakin dekat padaku. 

Aku tak bisa menahannya, jadi aku mundur selangkah supaya tidak terlalu dekat dengan kak Leon. "Anuu, tidak kok. Paling cuman kedinginan aja, tadi masih hidupkan AC di kamar, kan gak tau tadi hujan jam berapa."

"Tadi hujan pas setelah kamu naik ke atas, mungkin kamu aja yang gak dengar. " Ucapnya. "Oh, iya. Kamu ada merasa pusing atau mata kamu terasa lelah?" Tanya kak Leon dengan wajah serius.

Aku menggelengkan kepala tetapi ragu, "Emm, tadi sih iya sedikit merasa pusing dan mataku sakit, tetapi sekarang sudah tidak apa-apa kok." Jawabku.

"Oke, berarti kamu cuman kecapean biasa. tetapi jangan dianggap sepele, banyakin minum air putih, terus tidurnya jangan kemaleman." 

Wahh, beneran di kasih perhatian sama kak Leon? Aku benar-benar tidak menyangka sikapnya padaku tidak berubah, padahal sudah lama sekali.

Oh, ya ampun!!! aku lupa salat. mengapa bunda gak bangunin, biar aku bisa salat magrib, sekarang sudah hampir jam setengah delapan, udah mau isya lagi. Gimana dong??? Aku bolong lagi deh salat magrib nya, memalukan!

"Berarti udah 3 jam, hujan deras nya?" Tanyaku sambil menunjuk lima jariku padanya, dia mengangguk. 

"Iya, kamu tampaknya juga tidur dengan baik. Makanya bunda gak mau bangunin kamu, tadinya mau nyuruh salat, tetapi gak jadi kamu tampak kecapean."

Oh, gitu? Ah, bunda emang sayang banget sama aku, dia yang paling mengerti tentangku.

Aku ingin mengungkapkan sesuatu padanya, tetapi entah mengapa mulutku sangat sulit untuk menyuarakannya. Mataku tak bisa lepas dari pandangannya, malah semakin lama hatiku juga tertarik padanya, pada sosok yang hilang dari dalam hidupku dulu. 

Aku memberanikan diri untuk bertanya padanya, karena hatiku sudah sangat penasaran dengan dirinya yang sekarang ada di depan mataku. 

"Kak!"

"Iya, kamu mau bertanya apa Mutiara yang suka es vanila?" Ledeknya sambil membungkukkan tubuhnya ke hadapanku, maklum karena aku memang pendek, kira-kira 160 cm. Sedangkan dia tinggi sepertinya 170 cm lebih. 

Aku gugup lagi, "Anu .... Kakak masih orang yang sama kan? Kakak, masih ingat kan?" Tanyaku gemetaran. 

Dia tersenyum kecil lalu kembali berdiri tegak, tetapi dia malah melangkah semakin dekat padaku, itu membuatku tak bisa diam. "mengapa bertanya begitu? Ya, tentu saja aku orang yang sama. Apakah kamu tidak kenal dengan sesuatu yang berbeda?"

Ah, aku baru ingat. Ya, tentu saja ini dia. mengapa kamu begitu lugu, Tiara??? Kan sudah jelas, kamu sendiri yang bilang kalau yang membedakannya adalah kelopak matanya yang tidak sipit seperti orang tionghoa pada umumnya, dia memang berbeda. 

"Udah, mikirnya? Masuk, sana! Tadi kamu dicariin, ayah sama bunda!"

Aku mengangguk, "Ya, kak."

Dia langsung pergi meninggalkan percakapan kami yang tak tahu ujungnya ini, aku berdiri seperti patung memperhatikan tubuh nya dari belakang. Wah, kalian pasti terkejut jika melihatnya. mengapa?karena di lihat dari belakang saja sudah tampak kalau dia adalah Makhluk Tuhan yang sangat sempurna di hidupku. Aku baru ingat, kalau tadi aku lapar, jadi aku juga segera beranjak untuk pergi ke ruang makan berkumpul bersama keluarga dan juga dua tamu yang sudah lama ditunggu.

BERSAMBUNG .....

Episodes
1 BAB 1 : Awalnya
2 BAB 2 : Mengerti
3 BAB 3 : Siapa dia?
4 BAB 4 : Udah lama, Udah beda
5 BAB 5 : Panggil aku, Leon!
6 BAB 6 : Perasaan apa ini?
7 BAB 7 : Benci
8 BAB 8 : Benci part 2
9 BAB 9 : Jalan-jalan
10 BAB 10 : Jalan-jalan part 2
11 BAB 11 : Ketenangan
12 BAB 12 : Ulang tahun, bunda
13 BAB 13 : Leon sakit?
14 BAB 14 : Leon sakit? part 2
15 BAB 15 : Tersembunyi di hatiku
16 BAB 16 : Ada di depan mata
17 BAB 17 : Aku yang dulu
18 BAB 18 : Kembali seperti semula
19 BAB 19 : Nenek sakit
20 BAB 20 : Aku mencintaimu
21 BAB 21 : Jadi yang terbaik
22 BAB 22 : Rangga bukan Berrysmile ku
23 BAB 23 : Kekecewaan
24 BAB 24 : Di balik semua itu
25 BAB 25 : Firasat buruk
26 BAB 26 : Dia
27 BAB 27 : Bukan dia kan?
28 BAB 28 : Lebih kenal keluarga
29 BAB 29 : Mimpi
30 BAB 30 : Terungkap
31 BAB 31 : Tahu semuanya
32 BAB 32 : BERAKHIR
33 BAB 33 : Debat
34 BAB 34 : Kami pulang
35 BAB 35 : Makan
36 BAB 36 : Lupakan sejenak
37 BAB 37 : Di perjalanan mengantarnya
38 BAB 38 : Good bye, Malaikat penyembuhku
39 BAB 39 : Berusaha Baik
40 BAB 40 : OH, Leodi?
41 BAB 41 : Salah Paham
42 BAB 42 : Flash Back
43 BAB 43 : Rindu, Leon!
44 BAB 44 : Hanya Kenangan
45 BAB 45 : Tetangga Aneh
46 BAB 46 : Pergi diam-diam
47 BAB 47 : Rumah Sendiri
48 BAB 48 : Panik
49 BAB 49 : Runding
50 BAB 50 : Kembali ke rumah
51 BAB 51 : Tiket
52 BAB 52 : Mustahil
53 BAB 53 : OTW Yogyakarta
54 Comeback
55 Welcome To Yogyakarta
56 Skenario Pengakuan Cinta
Episodes

Updated 56 Episodes

1
BAB 1 : Awalnya
2
BAB 2 : Mengerti
3
BAB 3 : Siapa dia?
4
BAB 4 : Udah lama, Udah beda
5
BAB 5 : Panggil aku, Leon!
6
BAB 6 : Perasaan apa ini?
7
BAB 7 : Benci
8
BAB 8 : Benci part 2
9
BAB 9 : Jalan-jalan
10
BAB 10 : Jalan-jalan part 2
11
BAB 11 : Ketenangan
12
BAB 12 : Ulang tahun, bunda
13
BAB 13 : Leon sakit?
14
BAB 14 : Leon sakit? part 2
15
BAB 15 : Tersembunyi di hatiku
16
BAB 16 : Ada di depan mata
17
BAB 17 : Aku yang dulu
18
BAB 18 : Kembali seperti semula
19
BAB 19 : Nenek sakit
20
BAB 20 : Aku mencintaimu
21
BAB 21 : Jadi yang terbaik
22
BAB 22 : Rangga bukan Berrysmile ku
23
BAB 23 : Kekecewaan
24
BAB 24 : Di balik semua itu
25
BAB 25 : Firasat buruk
26
BAB 26 : Dia
27
BAB 27 : Bukan dia kan?
28
BAB 28 : Lebih kenal keluarga
29
BAB 29 : Mimpi
30
BAB 30 : Terungkap
31
BAB 31 : Tahu semuanya
32
BAB 32 : BERAKHIR
33
BAB 33 : Debat
34
BAB 34 : Kami pulang
35
BAB 35 : Makan
36
BAB 36 : Lupakan sejenak
37
BAB 37 : Di perjalanan mengantarnya
38
BAB 38 : Good bye, Malaikat penyembuhku
39
BAB 39 : Berusaha Baik
40
BAB 40 : OH, Leodi?
41
BAB 41 : Salah Paham
42
BAB 42 : Flash Back
43
BAB 43 : Rindu, Leon!
44
BAB 44 : Hanya Kenangan
45
BAB 45 : Tetangga Aneh
46
BAB 46 : Pergi diam-diam
47
BAB 47 : Rumah Sendiri
48
BAB 48 : Panik
49
BAB 49 : Runding
50
BAB 50 : Kembali ke rumah
51
BAB 51 : Tiket
52
BAB 52 : Mustahil
53
BAB 53 : OTW Yogyakarta
54
Comeback
55
Welcome To Yogyakarta
56
Skenario Pengakuan Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!