BAB 3 : Siapa dia?

Kalian ingin tahu apa yang aku rasakan sekarang? Sangat sakit, rasanya aku tak mau melangkah masuk ke dalam rumah, padahal itukan rumah ku sendiri! Tapi hatiku tetap menolaknya, jadi respon tubuhku pun juga tak mau mengikuti.

"Leon, kamu mau tinggal jauh dari mama sama papa kan? Kamu udah janji loh semalam di rumah! Kamu mau lanjutin studi di sini, katanya kamu juga mau ketemu sama Tiara."

Wahh, wahh .... Ada apa dengan mereka? Kenapa membawa namaku, apa yang akan terjadi selanjutnya? Kenapa aku jadi takut bangettt ?!!

"Iya, Pa. Leon mau kok, tapi masalahnya Leon masih belum bisa menghafal jalan di sekitar Kampus. "

"Ah, itu gampang! Leon tinggal minta sama Tiara aja, eh tapi ngomong-ngomong ini udah jam dia pulang kenapa belum sampe ya? "Tanya ayahku dengan nada khawatir. 

Aih, aku di cariin ayah. Aduh, gimana nih sekarang? Apa aku masuk saja dan seolah-olah tidak tahu apa-apa, atau gimana? Bantu aku dong!

"Memangnya, Tiara sekolah di mana ayah?"

"Ya, memang sih agak jauh, baru juga sekolahnya. "

Astaga, kenapa ayah ngomongnya jujur banget!! Aku harus apa nih sekarang???? 

Tiba-tiba bunda menghampiriku dan terlihat di wajahnya sangat bingung denganku, "Lah, Tiara? kamu udah pulang? Dari tadi berdiri disitu? Kenapa gak masuk, sayang? " Tanya bunda dengan nada lembut. 

Aku cengar-cengir sendiri, " Hehe... Iya, bun! Tiara baru aja sampe kok." Jawabku.

"Sayang, kok kamu gak bilang kalau pulangnya agak lambat tadi pagi, biar di jemput sama ayah! "

Aku mendengarkan perkataan bunda sambil melepas sepasang sepatu sekolahku, "Gak lah, bun! Kan Tiara juga udah gede, malas kalau di jemput gitu! Lagian bunda sama ayah pasti juga capek baru pulang kantor. "

Bunda menggeleng, "Ah, yasudahlah! Masuk sana, ganti baju terus makan! " bunda melangkah masuk ke dalam.

"Bun! "

"Iya, Tiara? " Bunda kembali menghampiriku.

"Itu siapa yang ada di dalam?" Tanyaku penasaran. 

Bunda menoleh ke dalam, "Oh, itu ..... Kamu gak ingat ya? Kak Leon, waktu kamu masih TK? " Bunda mencoba menjelaskan padaku secara detail. 

Aku ingat, "Oh, iya. Kakak laki-laki yang bermain denganku dulu, ya? Lah, dia di Batam? Kapan sampe nya, bun? "Tanyaku.

Entah apa yang ada di dalam hatiku, tapi rasanya mendengar dan mengetahui nama itu akhirnya tersebut lagi, membuatku menjadi semakin ingin melihatnya. Rasanya aku sudah lama merindukan sosok anak laki-laki yang berkulit putih itu lagi di dalam hidupku. Terukir senyuman di wajahku, hatiku juga bilang kalau aku harus segera bertemu dengannya, entah kenapa begitu. ...... Aku ragu, huuuh! Seperti ingin berbicara dengan orang lain saja, padahal kami kan dulu juga sudah dekat. Apa mungkin karena kami tidak bertemu lebih dua belas tahun lamanya, dia juga pasti sudah lupa padaku.

"Semalam, sekitar jam 3 sore lah. Sana masuk, udah dicariin ayah tadi! Soalnya ada yang mau di bilang sama kamu. " Jelas bunda. 

Aku menarik tangan bunda sambil merengek seperti anak kecil, "Bun, Tiara gak akan ditanya apa-apa kan? Iya kan? "Tanyaku gelisah. 

Lalu bunda tertawa, "Emangnya apa yang akan ditanya ayah? Ayo, masuk dulu! "

Aku mengangguk mengerti, aku mengikuti ibuku untuk masuk ke dalam rumah. Saat sampai di ruang tamu, aku langsung melihat ke arah seorang pria tampan yang mengenakan style kemeja kotak-kotak merah itu. Ternyata dia adalah ...... 

Aku berhenti berjalan dan menatap tanpa kedipan mata dan tubuhku terasa kaku seketika.

Ya Tuhan .... Kenapa engkau beri aku pemandangan tak terduga hari ini? Padahal aku merasa banyak membuat kesalahan, entah itu pada Novi ataupun pada Rangga. 

Aku bergumam dalam hati, hati ku tak bisa diam seperti jarum jam yang terus bergerak sesuai detiknya, seperti itu lah jantungku sekarang. Entah bagaimana aku mendeskripsikan perasaan ini, tapi aku yakin pasti kalian semua tahu maksudku. Karena, kalau aku jelaskan .... Nanti rumit! ini masalah hati, gak bisa di jelasin detail kayak rumus matematika.

"Apakah dia gadis kecil yang dulu suka dengan es krim vanila itu? Dia Tiara? " Tanya Leon dalam hatinya.

Kulihat semakin lama wajahnya yang tampan itu, kulitnya putih, matanya tidak sipit, padahal dia darah tionghoa, rambutnya juga tertata rapi menutupi keningnya dan dia ternyata juga sedang menatap ke arahku. Tidak kusangka aku akhirnya bisa kembali menatap wajahnya yang dulu masih seperti bayi itu, masih kelas 3 SD dia nya, kalau aku masih TK.

"Nah, ini nih yang di cariin dari tadi! Tiara, baru pulang? Tumben lama, biasanya jam setengah lima udah pulang?" Ucap ayahku membuka percakapan, sontak aku langsung terbangun dari lamunan indahku yang baru saja terukir kembali setelah belasan tahun lamanya. 

Ah, lebay deh Tiara!!! 

Aku tersenyum kecil, "Hehe ... Iya ayah, Tiara tadi agak lama pulangnya karena jalannya agak rame jadi ngobrol dulu sama temen. " Jawabku.

Hahahahaha, Tiara .... Tiara.

Mereka semua jadi ikut tertawa karena tingkahku yang seperti orang bodoh, tapi hanya dia saja yang tampak serius menanggapi semua yang aku katakan. Lah, kenapa? Apa kamu lupa sama aku kak? Mungkin saja, karena kan udah lama banget kita gak ketemu, walaupun belum tua siapa coba yang bisa ingat kalau udah lama gitu. Ya kan? Hahaha, lupakan!

"Tiara, masih ingat gak sama papa? Sama kak Leon? hayoo, masih ingat gak? " Tanya seorang pria paruh baya yang sepertinya adalah papa nya kak Leon.

Aku baru ingat sekarang, dulu aku selalu memanggil ayah dari kak Leon itu papa, karna mereka juga tak punya anak perempuan. Hanya kak Leon lah satu-satunya harapan dan masa depan mereka nantinya, sedangkan aku memiliki satu saudara laki-laki, ya adikku yang paling menjengkelkan sejagat raya. 

Oh, Alam! Jangan sampai detik ini, di momen ini, si Dhika pulang dari sekolahnya. Berdoa apa sih, ya pastilah dia pulang, dia kan juga tinggal di sini. 

"Hehe, iya. Tiara, ingat sama papa dan juga kak Leon, kok. Tadi sih, sempat pikir siapa yang punya motor di depan, ternyata .... "Aku cengengesan gak jelas. 

"Oh, iya. Ini si Leon, motor kesayangannya di bawa sampai ke sini. Dari Jakarta loh!"

"Oh, gitu?" Aku melihat jam tanganku, sudah menunjukkan pukul 17:10 WIB. "Emm, ayah, bunda, papa, dan kak Leon, Tiara masuk dulu ya mau bersih-bersih! " Ucapku dengan sopan. 

"Iya, sana mandi! yang bersih ya, rapikan kamarnya! "

"Iya, bunda. "Jawabku sambil berjalan menuju lantai dua.

Ahh, padahal masih pengen ngobrol banyak dan aku sangat Penasaran dengan kak Leon, kenapa dia tidak berbicara apapun padaku? Aneh, apa dia gugup? Atau tidak percaya kalau aku adalah Tiara, gadis kecil yang makan es krim vanila bersamanya di taman? Hah, sudahlah! Lebih baik sekarang aku berkemas dulu, kan badan udah kena keringat dari pagi kena hukum di sekolah. Bete banget nih, Arga emang gitu suka buat masalah. Terutama pas pelajaran kosong.

BERSAMBUNG..... 

Terpopuler

Comments

Sisin Kim

Sisin Kim

hallo, selamat membaca

2020-01-25

8

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Awalnya
2 BAB 2 : Mengerti
3 BAB 3 : Siapa dia?
4 BAB 4 : Udah lama, Udah beda
5 BAB 5 : Panggil aku, Leon!
6 BAB 6 : Perasaan apa ini?
7 BAB 7 : Benci
8 BAB 8 : Benci part 2
9 BAB 9 : Jalan-jalan
10 BAB 10 : Jalan-jalan part 2
11 BAB 11 : Ketenangan
12 BAB 12 : Ulang tahun, bunda
13 BAB 13 : Leon sakit?
14 BAB 14 : Leon sakit? part 2
15 BAB 15 : Tersembunyi di hatiku
16 BAB 16 : Ada di depan mata
17 BAB 17 : Aku yang dulu
18 BAB 18 : Kembali seperti semula
19 BAB 19 : Nenek sakit
20 BAB 20 : Aku mencintaimu
21 BAB 21 : Jadi yang terbaik
22 BAB 22 : Rangga bukan Berrysmile ku
23 BAB 23 : Kekecewaan
24 BAB 24 : Di balik semua itu
25 BAB 25 : Firasat buruk
26 BAB 26 : Dia
27 BAB 27 : Bukan dia kan?
28 BAB 28 : Lebih kenal keluarga
29 BAB 29 : Mimpi
30 BAB 30 : Terungkap
31 BAB 31 : Tahu semuanya
32 BAB 32 : BERAKHIR
33 BAB 33 : Debat
34 BAB 34 : Kami pulang
35 BAB 35 : Makan
36 BAB 36 : Lupakan sejenak
37 BAB 37 : Di perjalanan mengantarnya
38 BAB 38 : Good bye, Malaikat penyembuhku
39 BAB 39 : Berusaha Baik
40 BAB 40 : OH, Leodi?
41 BAB 41 : Salah Paham
42 BAB 42 : Flash Back
43 BAB 43 : Rindu, Leon!
44 BAB 44 : Hanya Kenangan
45 BAB 45 : Tetangga Aneh
46 BAB 46 : Pergi diam-diam
47 BAB 47 : Rumah Sendiri
48 BAB 48 : Panik
49 BAB 49 : Runding
50 BAB 50 : Kembali ke rumah
51 BAB 51 : Tiket
52 BAB 52 : Mustahil
53 BAB 53 : OTW Yogyakarta
54 Comeback
55 Welcome To Yogyakarta
56 Skenario Pengakuan Cinta
Episodes

Updated 56 Episodes

1
BAB 1 : Awalnya
2
BAB 2 : Mengerti
3
BAB 3 : Siapa dia?
4
BAB 4 : Udah lama, Udah beda
5
BAB 5 : Panggil aku, Leon!
6
BAB 6 : Perasaan apa ini?
7
BAB 7 : Benci
8
BAB 8 : Benci part 2
9
BAB 9 : Jalan-jalan
10
BAB 10 : Jalan-jalan part 2
11
BAB 11 : Ketenangan
12
BAB 12 : Ulang tahun, bunda
13
BAB 13 : Leon sakit?
14
BAB 14 : Leon sakit? part 2
15
BAB 15 : Tersembunyi di hatiku
16
BAB 16 : Ada di depan mata
17
BAB 17 : Aku yang dulu
18
BAB 18 : Kembali seperti semula
19
BAB 19 : Nenek sakit
20
BAB 20 : Aku mencintaimu
21
BAB 21 : Jadi yang terbaik
22
BAB 22 : Rangga bukan Berrysmile ku
23
BAB 23 : Kekecewaan
24
BAB 24 : Di balik semua itu
25
BAB 25 : Firasat buruk
26
BAB 26 : Dia
27
BAB 27 : Bukan dia kan?
28
BAB 28 : Lebih kenal keluarga
29
BAB 29 : Mimpi
30
BAB 30 : Terungkap
31
BAB 31 : Tahu semuanya
32
BAB 32 : BERAKHIR
33
BAB 33 : Debat
34
BAB 34 : Kami pulang
35
BAB 35 : Makan
36
BAB 36 : Lupakan sejenak
37
BAB 37 : Di perjalanan mengantarnya
38
BAB 38 : Good bye, Malaikat penyembuhku
39
BAB 39 : Berusaha Baik
40
BAB 40 : OH, Leodi?
41
BAB 41 : Salah Paham
42
BAB 42 : Flash Back
43
BAB 43 : Rindu, Leon!
44
BAB 44 : Hanya Kenangan
45
BAB 45 : Tetangga Aneh
46
BAB 46 : Pergi diam-diam
47
BAB 47 : Rumah Sendiri
48
BAB 48 : Panik
49
BAB 49 : Runding
50
BAB 50 : Kembali ke rumah
51
BAB 51 : Tiket
52
BAB 52 : Mustahil
53
BAB 53 : OTW Yogyakarta
54
Comeback
55
Welcome To Yogyakarta
56
Skenario Pengakuan Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!