Langkah-langkah berat Alaric terdengar menggema di sepanjang koridor. Jas hitamnya masih sempurna, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang berubah—bukan marah, bukan cemas. Lebih ke... terpikat.
Bukan hal biasa seorang wanita membuatnya merasa tidak memegang kendali. Tapi Celeste—wanita asing bertopeng separuh wajah itu—membalikkan permainan malam ini tanpa harus membuka semua kartunya. Alaric bukan pria yang mudah terguncang. Tapi satu langkah Celeste di balkon tadi… cukup untuk membuat pikirannya sibuk membaca ulang setiap gerakan, setiap nada suara, setiap pilihan kata yang dia ucapkan.
Alaric D'Amore
Permainan chapter, huh?
Dia membatin sambil membuka pintu ruangannya. Interiornya mewah dan rapi. Tapi malam ini, suasananya terasa... hampa. Seolah kehadiran Celeste tadi menyisakan jejak.
Alaric D'Amore
Alaric menjatuhkan jasnya ke sofa, duduk, dan membuka kancing teratas kemejanya. Ia menatap layar monitor di hadapannya—rekaman pesta, daftar tamu, data real-time dari sistem pengawasan. Tapi tak satu pun yang menyebut nama 'Celeste' secara jelas.
Celeste bukan wanita biasa yang datang sekadar ingin menggoda atau menunjukkan keanggunan. Dia terlalu presisi. Terlalu tenang. Setiap jawabannya terukur. Seolah tahu betul bagaimana membaca respon lawan bicara.
Alaric D'Amore
Entah kau pion, ratu, atau malah pemain dari papan lain... tapi aku akan tahu siapa kau sebenarnya.
Lalu suara ketukan di pintu mengganggu lamunannya. Jean masuk, dengan wajah santai khasnya.
Jean Miller
Kelihatannya pesta tadi cukup menarik untukmu.
Alaric melirik tanpa senyum.
Alaric D'Amore
Apa kau dapat sesuatu dari sistem? Tamu bertopeng itu?
Jean mengangkat bahu.
Jean Miller
Hilang dari radar. Entah dia punya akses, atau punya orang dalam. Tapi... sepertinya ini bukan mainan biasa.
Alaric terdiam sebentar. Lalu tersenyum tipis.
Alaric D'Amore
Bagus. Artinya aku tidak sedang bermain sendiri.
Jean tak menjawab, hanya menatap Alaric beberapa detik—membaca, menimbang, lalu berbalik.
Jean Miller
Kalau begitu, selamat bermain, Boss.
Saat pintu menutup lagi, Alaric menatap bayangannya di kaca besar kamar itu. Senyumnya tipis, nyaris sadis.
Alaric D'Amore
Catur dimulai, Celeste. Tapi ingat… di permainan ini, Raja tak pernah rela disingkirkan.
Sedangkan di sisi Celeste
setelah Aurelie pulang, kini ia duduk di depan cermin, menatap refleksi dirinya. Sejenak, ia menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis.
Celeste Arsenault
Kau mulai bermain, D’Amore. Dan aku akan pastikan kau tak sadar kalau papan catur ini milikku.
_______________
POV ALARIC
Langit sudah menghitam sempurna ketika Alaric kembali ke mansion milik keluarganya—markas besar Nocturne Syndicate. Mobil hitam berhenti tepat di depan bangunan mewah bercorak arsitektur gothic-modern yang menjulang di tengah perkebunan pribadi.
Alaric D'Amore
Begitu memasuki lorong utama, suara langkah kaki yang berat dan kokoh menyambutnya. Lorenzo D’Amore, ayahnya, berdiri di depan perapian dengan jas gelap dan tatapan tajam yang sudah diwariskan pada putranya.
Lorenzo D'Amore (bapak alaric)
Lama kau di pesta. Ada sesuatu yang menarik?
Alaric melepas jasnya dan meletakkannya di sandaran kursi.
Alaric D'Amore
Beberapa wajah lama. Dan beberapa wajah yang tak seharusnya ada di sana.
Lorenzo memutar gelas whiskey di tangannya.
Lorenzo D'Amore (bapak alaric)
Kau bicara tentang tamu dari luar klan?
Alaric D'Amore
Bukan hanya luar klan. Tapi yang bahkan tak tercatat di database kita.
Lorenzo menoleh penuh perhatian.
Lorenzo D'Amore (bapak alaric)
Kau mencium bau penyusup?
Alaric D'Amore
Lebih tepatnya... seseorang yang menyembunyikan identitasnya dengan terlalu lihai.
Senyum tipis Lorenzo muncul.
Lorenzo D'Amore (bapak alaric)
Itu bisa jadi menarik. Atau mematikan.
Alaric menatap ayahnya lurus.
Alaric D'Amore
Keduanya.
Hening sesaat, lalu Lorenzo berkata,
Lorenzo D'Amore (bapak alaric)
Vérité Rouge memperkuat pengaruh mereka di sektor utara. Rafael semakin agresif. Dia seolah tahu kita sedang menyusun ulang kekuatan.
Alaric menanggapi dengan datar
Alaric D'Amore
Kalau dia pikir bisa menyelinap di saat kita sedang membangun ulang, maka dia terlalu meremehkan kita.
Lorenzo mendekat, menepuk bahu putranya
Lorenzo D'Amore (bapak alaric)
D’Amore tidak pernah jatuh dalam permainan yang sama dua kali. Pastikan semua anggota utama tetap waspada. Dan Lucien harus mulai mengawasi jalur komunikasi politik.
Alaric D'Amore
Sudah kuberikan tugas pada Valentina juga. Dia akan menyelidiki semua undangan yang tidak jelas latar belakangnya.
Lorenzo D'Amore (bapak alaric)
Termasuk wanita misterius itu?
Alaric tidak menjawab. Tapi tatapannya menguat.
Lorenzo tersenyum.
Lorenzo D'Amore (bapak alaric)
Kau tertarik padanya.
Alaric D'Amore
Dia menarik karena tidak bisa langsung dibaca. Tapi bukan berarti tidak bisa dikendalikan.
Lorenzo mengangguk pelan.
Lorenzo D'Amore (bapak alaric)
Kalau dia memang dari Vérité Rouge… maka dia bukan hanya umpan. Dia senjata.
Alaric berbalik, berjalan menuju lorong yang mengarah ke ruang kerjanya.
Alaric D'Amore
Kalau begitu, mari kita lihat siapa yang akan terkena pelurunya lebih dulu.
Comments
LALISA CHIQUITA
jadi keluarga mereka ini musuhan ya
2025-04-20
0
Maymel
lanjuuttkaaann.
2025-04-19
2