Laka sudah ada di kantornya sekarang. Sedang menghadapi pekerjaan yang menumpuk. Sudah separuh ia selesaikan, tinggal separuh nya lagi. Tapi kepalanya sudah pening. Ini akibat ia bolos dua hari yang lalu.
Drrrrt....
Hp nya bunyi. Menampilkan panggilan dari Bunda Maya.
"Iya, bun?"
Nanti sore fitting baju, loh bang. Gak lupa, kan?
"Iya, bun. Gak lupa kok," padahal, mah Laka lupa. Adhya aja belum dikabarin.
Yaudah, bunda cuma mau ngingetin. Siapa tau lupa.
Bunda Maya menutup telponnya. Huft, melelahkan ternyata mau nikah itu.
Laka segera menyelesaikan pekerjaannya. Ia harus pulang lebih awal hari ini.
Pukul 3 sore, Laka sudah selesai dengan pekerjaannya. Segera ia kirim pesan pada Adhya.
Laka
Dimana?
Adhya
Dirumah.
Laka beranjak, bergegas menuju rumah Adhya. Tiga puluh menit kemudian ia sampai.
Sudah ada di depan rumah. Tapi ia ragu mengetuk pintu.
Bismillah.....
Batinnya.
Tok, tok, tok,
"Assalamu alaikum,"
"Waalaikumusaalam," terdengar jawaban dari dalam. Lalu pintu terbuka. Mama Vina ternyata.
"Kenapa?" tanya nya judes. Laka jadi merasa canggung sekarang.
"Adhya nya ada, ma?" tanya Laka.
"Ada"
"Mau saya ajak-"
"Gak boleh!"
"Kalau gitu, boleh saya ketemu ben-"
"Gak boleh,"
"Maaf kalau boleh tau, kenapa?"
"Adhya lagi dipingit, lupa kalo minggu depan nikah?"
"Ooh"
"Dasar anak jaman sekarang, gak tau adat, pulang sana,!"
Brak! Pintu ditutup. Sepertinya Mama Vina masih belum bisa suka sama Laka. Yasudah, Laka pulang saja. Sampai di rumah malah ditanya, kan sama bunda.
"Kok udah pulang, bang?"
"Gak jadi fitting baju,"
"Kenapa?"
"Adhya dipingit," jawabnya berbisik seolah takut ada yang dengar. Bunda Maya tertawa karna ulah anaknya itu.
"Keluarga mereka masih menggunakan adat, bang. Trus gimana bajunya Adhya?"
"Ini mau telpon, ma"
"Kenapa gak tadi aja?"
"Gak boleh ketemu," jawabnya. Lalu naik ke kamarnya untuk bersih bersih. Merebahkan dirinya dulu untuk melepas penat hari ini. Sudah terlanjur dikebut, eh Adhya gak boleh dijemput. Laka mulai memejamkan matanya lalu terbang ke alam mimpi.
Jarum jam menunjukkan pukul lima sore. Laka sudah bangun. Sudah fresh lagi. Oh iya, tadi, kan mau nelpon Adhya.
Laka mengambil ponselnya, mencari nama 'istri baru' . Ealaaaah.... Belum juga jadi istri, mas. Laka menelpon Adhya.
"Kenapa tadi gak bilang kalau dalam masa pingitan? Gue mau ajak lo ke butik tadi, buat fitting baju," ucap Laka begitu panggilan masuk.
Situ, kan gak nanya
"Ck, trus baju pengantennya gimana?"
Butiknya melayani gak, kalau suruh datang ke rumah?
"Bisa kayaknya. Nanti gue hubungi,"
Tapi tadi lo jadi kesana, kan?
"Nggak,"
Harusnya tadi kesana aja, nanti, kan gue tinggal nyesuai in sama punya lo.
"Pilihin buat gue, aja"
Gak bisa gitu, donk! Kita nikah berdua jadi harus milih berdua. Lo pilih aja dulu nanti gue sesuai in.
"Terserah lo aja deh,"
Laka sedang bicara serius dengan Adhya, tau tau hp nya diserobot Zahid yang entah sejak kapan sudah masuk kamarnya. Ceroboh Laka tidak mengunci pintunya.
"Kakak ipaaaar!!" sapanya heboh. Adhya bingung. ini suara adeknya Laka?
"Kok diem sih kak? Diancem sama abang, ya?"
Laka menyerobot hp nya lagi.tuut. Panggilan diputus olehnya.
"Apa an, sih. Rusuh!"
"Posesif amat sih bang? Kenapa? Takut calon istrinya kepincut sama adek gantengnya ini...." goda Zahid.
"Gantengan juga gue,"
Laka menyimpan ponselnya di saku Lalu turun bersama Zahid.
...****************...
Adhya tengah sibuk memilih gaun yang sebelumnya sudah ia pilih di foto foto yang sudah dikirim oleh pihak butik. Tentunya juga sudah ia sesuaikan dengan yang Laka pilih.
"Cantik semua gaunnya, jadi bingung mau milih yang mana," ucapnya pada Mbak Hana, pihak butik yang diutus ke rumah Adhya.
"Dicoba aja dulu satu satu," usul Mbak Hana.
Adhya mengangguk. "Ke kamar aja mbak , biar lebih leluasa saya."
"Baik," Mbak Hana mengikuti Adhya ke kamarnya. Lalu mulai mencoba satu satu.
Setalah 7 kali mencoba. Adhya baru memutuskan.
"Yang ini," tunjuknya pada gaun yang ia pilih.
"Pilihannya cantik sekali, kayak yang milih," kata Mbak Hana.
"Makasih mbak," balas Adhya.
Mbak Hana membereskan semuanya, termasuk gaun yang dipilih Adhya.
"Saya sesuaikan dulu mbak,"
Adhya mengangguk lalu mengantar Mbak Hana sampai ambang pintu. Ya, ada di sampek situ doang, soalnya Mama Vina bener bener gak ngebolehin Adhya keluar , bahkan teras saja tidak boleh ia injak sampai hari pernikahannya.
Jujur, dirumah aja membuatnya bosan, kesehariannya hanya rebahan, nonton drakor, drachin, baca novel, baca komik. Ya, Adhya memang pecinta dunia fiksi. Apalagi kalau udah lihat drachin. yang main mas Lin Yi, pula. Waah.... Idola Adhya mah itu.
Adhya kembali ke kamarnya. Melanjutkan aktivitasnya membaca novel.
...****************...
Laka datang lagi ke rumah Adhya di H-2 pernikahan mereka. Melihat persiapannya. Ternyata rasanya dag dig dug juga. Mengingat dia akan menikah sebentar lagi. Oh, iya. Sejak hari dipingitnya Adhya itu, Laka sama sekali belum melihat batang hidungnya.
Bahkan H-2 ini, pun Adhya tidak kelihatan. Seketat itu, ya kalo lagi dipingit? Keluar halaman aja gak boleh.
Laka tidak masuk ke dalam rumah karna akad nikah nya akan diselenggarakan di halaman rumah Adhya. Ya, hanya walimatul akad besok, gak ada walimatul ursyi/ resepsi. Adhya yang minta soalnya. Katanya gak mau dibikinin panggung gak mau dipajang kayak patung suruh senyum melulu. Dan lain lain yang Adhya gak suka. Lagipula waktunya juga singkat sekali. Mempersiapkan begitu tidaklah mudah.
Laka mencoba mengintip ke kamar Adhya. Dia sudah tau letaknya. Namun jendelanya tertutup hanya tirainya yang Adhya buka. Laka mengamatinya dari kejauhan tidak berani mendekat. Tapi seolah terhipnotis, langkahnya malah makin dekat. Terlihat banget mengendap endap.
"Laka," panggil Papa Desta.
Lah! Ketahuan, kan! Kurang pinter, sih.
"Sini kamu! Ngapain disitu," Laka datang ke Papa Desta
"Gak boleh ngintip kamar orang," Papa Desta mengingatkan.
Tuh, kan Laka jadi malu.
"Maaf, pa" ucapnya. Lalh mereka berjalan beriringan. Sambil mengamati persiapan pernikahan. Sekali kali, Papa Desta membenarkan yang belum sesuai dengan keinginannya.
"Semoga gak hujan, ya pa" ucap Laka mencairkan kecanggungan menantu dan mertua.
"Gak bakal hujan. Adhya gak pernah makan di cobek soalnya,"
Hah, apa hubungannya?.batin Laka bingung.
Papa Desta tertawa melihat kebingungan calon mantunya ini.
"Gak pernah denger, ya?"
Laka menggeleng.
"Itu kepercayaan sesepuh, Laka. Keluarga dari pihak mamanya Adhya masih percaya gitu. Jadi kita saling menghormati saja," jelas Papa Desta.
Jadi kalo makan di cobek, nikahannya bakal hujan gitu? Tanya Laka dalam hati. Tapi sudah menerka jawabannya sendiri.
"Mau tau yang lain?" Papa Desta menawarkan.
Laka mengangguk, sepertinya menarik. Itung itung biar nanti gk kejebak omelan mama mertua karena kepercayaan mereka. Laka cekikikan sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
ian gomes
Aku suka banget tokoh-tokohnya. Jangan berhenti nulis thor.
2025-04-18
0