Laka sudah tantrum sendiri di kamarnya. Sudah setengah jam dia berusaha memakai dasinya. Sudahlaaah, Laka menyerah. Sudah lupa caranya pakek dasi. Eh, bukan lupa tapi Laka memang gak pernah mau pakek dasi. Meski sekolahnya mewajibkan pakek dasi. Mending ganti baju aja, yang gak perlu pakek dasi. Laka kembali ke walk in closet. Mencari kaos untuk menggantikan kemejanya.
"Tampan," pujinya pada diri sendiri saat sudah berada di depan cermin.
Cih, memang narsis dia ini.
Sekarang dia benar-benar siap untuk bekerja. Malu kalau udah jadi suami tapi minta duit istri. Calon istrinya aja dosen. Laka gak mau kalah, lah.
Menuruni tangga, Laka disambut oleh senyum manis sang bunda. Bangga, anaknya udah mau bekerja.
"Kok bajunya gitu Lak? Gak pakek kemeja aja?" Tanya Ayah Hafiz setelah Laka sampai bawah.
Bunda mengangguk, tapi Laka menggeleng.
"Gak bisa pakek dasi," jawabnya.
"Kan, bisa minta tolong bunda," ujar Bunda Maya.
Laka menggeleng menolak tawaran bundanya. Memang Laka begitu menghormati orang tua. Cuma... Ya waktu itu aja dia gak sengaja, itu looo... Waktu di rumah Adhya. Inget, kan?
Laka sudah tidak mau dilayani bunda. Biar bunda layani ayah saja. Bagi Laka, bunda adalah ratu.
Mereka duduk di meja makan, mulai menikmati sarapan mereka.
"Sore ini Zahid pulang, nanti Laka yang jemput," ucap Laka setelah menghabiskan sarapannya.
"Bunda ikut!" ucap bunda bersemangat.
"Gak usah bun, lagian cuma jemput di bandara," balas Laka.
"Tapi bunda pengen ikuuut," merengek, lah bunda.
"Bunda di rumah aja, masakin yang enak buat Zahid, biar Laka yang jemput," ucap Ayah Hafiz yang langsung dituruti Bunda Maya.
"Yaudah deh," Tapi terpaksa.
...****************...
Laka sudah menyelesaikan setumpuk pekerjaan yang diberikan ayahnya. Ditemani oleh Agam, asisten Ayah Hafiz. Sebentar lagi jam makan siang.
"Ada lagi?" Tanya Laka.
"Tuan Laka bisa melihat-lihat mall ini dulu, setelah itu bisa istirahat sampai jam makan siang selesai," ucap Agam mengikuti perintah tuan besarnya.
"oke!" ucapnya yang kemudian berdiri.
"perlu saya temani tuan muda?" tanya Agam.
Laka menggeleng. Lalu pergi. Sambil manggut manggut. Ternyata, bekerja tidak sejenuh itu. Laka suka.
Makin suka lagi Laka saat berkeliling mall. Banyak cewek cantik soalnya. Sambil cuci mata.... Godain beberapa gak masalah kali, ya?
Hai cantik!
hai manis!
Dan masih banyak lagi sapaan-sapaan genit pada para pengunjung dan pegawai.
Gimana? Laka cocok, kan kerja di mall? Bisa ketemu banyak cewek cantik nan seksi.
Tengah asyik menggoda cewek cewek, Atensinya malah beralih ke gadis berhijab yang tengah memilih buku. Entah buku apa? Yang pasti dalam genggamannya ada dua buku tebal.
Adhya!
Laka menghampirinya. Tapi Adhya belum menyadari, atau malah pura pura cuek. Posisinya, Laka berada di belakang Adhya. Jadi Adhya gak tau kalau ada Laka.
"Lagi cari apa, sih, cantik?"
Bugh!
"Aww!!"
"Laka?!"
Laka ditimpuk buku gaeessss. Tapi, jangan salahkan Adhya, dia paling gak suka ada cowok genit padanya. Laka kok, yang mulai. Harusnya gak tiba tiba kayak gitu. Dan gak perlu genit juga!
...****************...
Laka dan Adhya ada di dalam resto yang ada di mall itu sekarang.
"Benjol nih, jidat gue!" Laka protes.
"Ya, maap, bukan murni salah gue juga! elo juga salah. Lagian ngapain sih pakek genit gitu?"
"Gue mau nyapa calon istri, malah ditimpuk pakek buku. Dah ah, gue mau ke kamar mandi dulu. Mau ngaca! Kalo sampek ketampanan gue berkurang karna lo timpuk elo harus tanggung jawab!" ucap Laka lalu pergi.
"nyenyenyenye...!hish!" Adhya mengejek tapi Laka tak tau.
"Orang yang salah dia!" masih menggerutu Adhya.
Adhya menunggu Laka sambil memesan makanan. Lalu main hp. Tak lama setelahnya, hp Laka bunyi. Semula dibiarin aja sama Adhya. Tapi setelah panggilan ke tiga dan Adhya melihat nama yang tertera di layar hp. Adhya jadi penasaran.
Sweety?
"Gue angkat ya, Lak? Siapa tau penting," Gumamnya.
Sayaaaang!
Suara diseberang sana. Lhoh?! kok sayang?
"Siapa ini?"tanya Adhya.
kamu siapa? Laka nya mana?
"saya calon istrinya, Laka. Sedang di kamar mandi,"
Tuut. Panggilan di putus oleh Adhya. Ia meletakkan hp Laka dengan kasar. Berani beraninya orang ini mau nikahin Adhya tapi pacarnya banyak!
Hp Laka bunyi lagi
Honey? Siapa lagi ini?
Yank!
astaga! Masak iya pacar lagi?
"Siapa?" tanya Adhya.
Pacarnya Laka. Ini siapa?
Tuut! tanpa menjawab Adhya mematikan telponnya. Kesal dia.
panggilan masuk lagi.
Sayang
Baby
Kissy
Lovely
Dan seterusnya.
"Pacarnya berapa, sih?" Adhya tak habis pikir.
"Benjol nih jidat gue, jadi jelek,kan?" suara Laka yang tiba tiba datang membuyarkan lamunan Adhya. Lalu ia duduk.
"Lak..., gue mau tanya..... Pacar lo berapa sih?" tanya Adhya menekan suaranya berusaha untuk tidak marah.
"Ooh, ada yang telpon ya? Yang mana?" kalimat yang bergaris tebal menunjukkan bahwa Laka pacarnya banyak.
"Semuanya telpon!" ada jeda" trus lo ngapain mau nikah sama gue? nikahin pacar lo sana!"
"Gak mau!"
"Gue laporin papa biar kita gak jadi nikah!" adhya beranjak, namun terhenti oleh ucapan Laka.
"Papa udah tau,"
"Trus masih mau nikahin gue sama lo gitu?"
"seratus buat lo. Papa Desta nuntut tanggung jawab dari gue. Lo itu permata buat dia, kalau ada yang nglecetin berarti harus berani tanggung jawab,"
Adhya menggelengkan kepala.
"Daripada terus menolak san akhirnya penolakan tidak diterima. Kita menikah saja. Soal kedepannya kita yang tau, mereka gak bisa ikut campur,"terang Laka.
"Duduk dulu, Ya! Gue mau ngomong," ucap Laka.
Adhya menuruti untuk duduk.
" gue mau buat kesepakatan karna gue tau kalo elo juga gak yakin sama pernikahan ini. Jadi nanti semisal kita nemuin orang yang benar benar kita yakin. Kita bisa berpisah secara baik baik. Gimana?"
Adhya menimbang nimbang. Kenapa pula papanya itu tidak bisa ditolak? Kenapa kehidupan pernikahannya jadi aneh gini? Tapi mungkin tawaran Laka baik.
Adhya mengangguk. Menyetujui.
...****************...
"Waaah!!! Abang ku yang ganteng udah dateng jemput adek kesayangannya. Peluk dulu, bang!" Zahid merentangkan tangannya. heboh sekali dia begitu melihat abang kesayangannya itu. Ya iya laaaah, abangnya cuma satu.
Laka malah menghindar, memasang ekspresi jijik. Tapi tentunya hanya bercanda.
"Abang mah, gak asik! Eh, btw tuh jidat kenapa ungu gitu bang, makin ganteng jadinya," Zahid tertawa cekikikan.
Toweeeng. Ditonyor jidat si adek.
"Ganteng gundulmu!" padahal Laka sudah menutupi benjolan itu dengan poninya, tapi emang mata si Zahid ini kalau soal aib abangnya paling jeli.
"trus tuh jidat kenapa? Habis cium batu?" tanyanya kepo.
"Gak usah kepo!" Lak tetap tidak mau mengatakannya. Laka berjalan meninggalkan Zahid. Jangan sampai ini makin jadi bahan olok olok an kalo Zahid tau nih jidat benjol karna ditimpuk buku kakak iparnya.
"bang! Tungguin! Bantuin bawa satu kek!" Zahid berteriak tapi tidak dihiraukan Laka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments